
CUACA ekstrem mengakibatkan hasil panen jagung petani di kawasan pesisir Kabupaten Gresik, Jatim, pada musim ini turun hingga 35 persen. Anomali cuaca mengakibatkan jagung mengalami banyak semangat penyakit sejak awal tanam.
Kondisi ini membuat petani di kawasan pesir serempat merugi pada musim ini. Beruntung harga jagung cukup stabil sehingga sedikit menolong nasib petani. Anomali cuaca, dengan curah hujan yang cukup tinggi mengakibatkan tanaman jagung diserang sejumlah hama.
"Batang busuk mulai menyerang sejak jagung mulai berbuah, " keluh Wahid, 60, warga Kecamatan Panceng, Gresik, Kamis (6/3).
Dengan serangan batang busuk itu, lanjut dia, produksivitas jagung turun hingga 35 persen dibandung panen pada saat cuaca normal. Lahannya dengan benih sekitar 4,5 kg biasanya mampu menghasilkan jagung 95 karung kini, hanya panen 60 karung jantung glondongan.
Begitu juga dengan lahan lainnya, juga mengalami penurunan produksivitas sekitar 35 persen. Namun petani masih tertolong dengan harga jagung pilihan kering yang cukup stabil. Yakni, pada kisaran Rp 4.800 hingga Rp4700 ribu per kg.
Hal senada juga disampaikan Suwardi, petani lainnya. Menurut dia, pada musim kali ini produksi jagung pada kisaran 30-35 persen. " Batang busuk dan jagung putih menyebabkan jagung produksi kurang maksimal, " jelasnya.
Anomali cuaca, lanjut dia, dengan adanya curah hujan yang cukup tinggai tidak hanya menyebabkan batang busuk sejak tanaman muda tetapi, batang busuk juga berlangsung hingga jagung memasuki masa berbuah. Sedangkan, angin kencang, juga mengakibatkan tanaman jagung menjadi putih.
"Dan ini ga ada obatnya. Jagung jadi tidak berbuat, " tambahnya.
Meski demikian, petani setempat masih besyukur karena tertolong dengan harga jagung yang cukup stabil. Yakni, pada kisaran harga Rp4.800 ribu, dibanding musim sebelumnya yang hanya kisaran Rp3.500 hingga Rp3. 700 per kg.(H-2)