
DI tengah pesatnya transformasi digital, kecerdasan buatan (AI) bukan lagi sekadar tren teknologi. AI telah menjadi faktor pembeda dalam persaingan pencari kerja.
Laporan Hiring, Compensation, and Benefits 2025 dari Jobstreet by SEEK mengungkap bahwa pengetahuan seputar AI kini dinilai sebagai nilai tambah penting oleh mayoritas perusahaan di Indonesia. Tahun 2025 akan menjadi momentum krusial bagi para pencari kerja untuk memperkuat daya saing mereka melalui pemahaman teknologi ini.
Survei terhadap 1.273 profesional rekrutmen dan SDM dari berbagai industri di Indonesia menunjukkan bahwa 71% perusahaan menilai pengetahuan kandidat tentang AI sebagai keunggulan dalam proses seleksi, meskipun belum menjadi persyaratan utama. Kemampuan ini dinilai melalui berbagai cara, seperti pengenalan diri (53%), pertanyaan teknis (46%), serta portofolio proyek berbasis AI (44%).
Fakta ini menunjukkan pemahaman terhadap AI, meskipun sederhana, dapat meningkatkan daya tarik kandidat di mata perekrut. Terlebih, penggunaan sertifikasi AI dan tugas proyek sebagai tolok ukur masih tergolong rendah, membuka peluang luas bagi mereka yang belajar secara mandiri atau melalui pengalaman praktis.
AI untuk Inklusivitas dan Pengembangan Karier
Tak hanya bagi perusahaan, teknologi AI kini juga digunakan untuk meningkatkan inklusivitas dan mengurangi bias dalam perekrutan. Ini berarti, dengan memanfaatkan teknologi yang sama, pencari kerja bisa mendapatkan peluang yang lebih adil dan meritokratis.
Namun, untuk benar-benar mendapat manfaat dari sistem berbasis AI, para kandidat perlu memastikan profil dan CV mereka diisi secara lengkap, akurat, dan sesuai dengan kualifikasi pekerjaan yang dilamar.
“Cantumkan semua keterampilan dan pengalaman yang relevan. Jangan mengada-ada, karena ketidaksesuaian akan terungkap di tahap seleksi lanjutan,” tegas Wisnu Darmawan, Sales Director Indonesia Jobstreet by SEEK.
Peluang Global bagi Talenta Lokal
Pemahaman AI juga membuka pintu menuju peluang kerja global. Platform Jobstreet by SEEK yang terintegrasi dengan delapan negara—termasuk Australia, Selandia Baru, Singapura, dan Thailand—memungkinkan kandidat dari Indonesia bersaing secara internasional.
“Kandidat Indonesia dapat melamar pekerjaan di luar negeri melalui platform kami. Begitu pula sebaliknya, perusahaan dari negara lain bisa menemukan talenta Indonesia yang relevan,” jelas Wisnu.
Memasuki 2025, tantangan dunia kerja menuntut pencari kerja untuk terus beradaptasi. Belajar AI, meskipun pada level dasar, kini menjadi investasi keterampilan yang tak bisa diabaikan. Mulai dari memahami cara kerja chatbot, analitik data sederhana, hingga penggunaan AI untuk efisiensi kerja, semua ini dapat memperkaya profil kandidat dan membedakannya dari pelamar lain.
Dengan menguasai AI, para pencari kerja tidak hanya menjawab kebutuhan pasar, tetapi juga menunjukkan kesiapan mereka untuk tumbuh bersama transformasi digital yang tengah berlangsung. Di tengah dunia kerja yang semakin kompetitif, menguasai teknologi adalah langkah nyata menuju masa depan karier yang lebih cerah. (Z-2)