
PERTHERA, perusahaan yang dikenal sebagai The Therapeutic Intelligence Company bersama Pathgen Diagnostik Teknologi, penyedia diagnostik molekuler di Indonesia, mengumumkan kemitraan strategis dalam memperluas akses terhadap layanan kanker berkualitas tinggi di seluruh Indonesia, Senin (12/5).
Dengan menggabungkan kecerdasan terapi berbasis artificial intelligence (AI) milik Perthera dan infrastruktur serta keahlian klinis lokal milik Pathgen, kolaborasi ini mengintegrasikan profil molekuler, bioinformatika, dan dukungan keputusan berbasis bukti ke dalam lanskap pengobatan onkologi untuk meningkatkan hasil klinis pasien secara signifikan serta menekan biaya layanan kesehatan.
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin, mengatakan kanker adalah penyakit yang banyak diidap manusia. Jumlah kematian akibat kanker juga cukup tinggi.
"Kedua, saya ingin berbagi dengan Anda, salah satu penyakit terbesar adalah kanker, dan itu bertambah. Di Asia Tenggara, kanker itu membunuh lebih dari 34 ribu orang setahun," ujarnya.
Maka dari itu, pihaknya mendukung kemitraan Perthera dan Pathgen dalam mengatasi penyakit kanker yang melibatkan AI, sehingga semakin memudahkan.
"Saya berharap dengan penelitian ini bahwa Anda dapat menentukan Anda dapat menyelesaikan kesulitan besar karena bermiliar-miliar genoma, bermiliaran produk, metabolomis, mikrobiota, bermiliar-miliar data yang sangat sulit untuk menentukan dan mencari. Anda menggunakan AI dan kita memiliki semua bukti. Kita memiliki alat diagnosi untuk mencari semua genomis, proteomis, metabolomis, dan kita juga memiliki alat untuk menganalisa permutasi dan kombinasi yang membentuk kanker ini," papar Budi.
CEO Perthera, Inc, Donna Tuths menjelaskan kemitraan ini meliputi profil molekuler lanjutan, yakni penerapan teknologi next-generation sequencing (NGS) dan analisis proteomik untuk menghasilkan profil tumor yang komprehensif.
Selain itu, rekomendasi terapi berbasis artificial intelligence, yakni penggunaan kecerdasan onkologi presisi berbasis AI dari Perthera untuk memberikan rekomendasi pengobatan yang disesuaikan dengan konteks lokal berdasarkan data multi-omik.
Selanjutnya, kemitraan ini meliputi penguatan kapasitas dan pelatihan, berupa pengembangan dan penyelenggaraan program edukasi bagi onkolog, ahli patologi, dan tim klinis untuk mengintegrasikan pengobatan presisi dalam praktik medis rutin.
Kemudian, integrasi data untuk kebijakan dan riset, yakni konsolidasi data klinis dan molekuler untuk mendukung perumusan kebijakan kesehatan nasional, memfasilitasi riset lokal, serta berkontribusi pada basis data onkologi global.
“Di Perthera, kami berkomitmen untuk merevolusi perawatan kanker melalui platform Onkologi Presisi berbasis AI yang secara tepat mencocokkan pasien dengan pilihan terapi yang paling sesuai dengan karakteristik kanker mereka,” ujar Donna.
Melalui kemitraan dengan Pathgen Diagnostik Teknologi, kata ia, pihaknya akan menghadirkan teknologi mutakhir tersebut ke Indonesia. Sehingga, memungkinkan para dokter untuk memilih jalur diagnostik dan terapeutik terbaik bagi setiap pasien.
"Bersama-sama, kita akan menciptakan dampak signifikan dalam penanganan kanker di kawasan ini," jelasnya.
CEO Pathgen Diagnostik Teknologi, Susanti mengatakan, sebagai penyintas kanker, dirinya sangat memahami ketakutan dan ketidakpastian yang dihadapi pasien.
"Kemitraan ini bukan sekadar terobosan teknologi, ini adalah harapan. Dengan menggabungkan wawasan berbasis AI dari Perthera dan keahlian lokal Pathgen, kami dapat membimbing setiap pasien menuju terapi paling efektif sejak awal," ujarnya.
"Komitmen saya adalah memastikan tidak ada lagi pasien kanker di Indonesia yang berjuang tanpa harapan atau akses ke pengobatan terbaik," imbuhnya.
Adapun kerja sama Perthera dan Pathgen, memungkinkan adanya peningkatan hasil klinis, yakni transisi dari pendekatan pengobatan empiris menuju terapi target yang meningkatkan angka kesintasan bebas progresi dan kesintasan keseluruhan.
Selain itu, kerjasama ini membuat efisiensi biaya karena mengurangi penggunaan terapi yang tidak efektif, menekan pengeluaran pribadi pasien, serta mengurangi beban pada sistem asuransi kesehatan nasional (BPJS Kesehatan). Kemudian, penguatan sistem kesehatan, yakni membangun kerangka kerja onkologi presisi yang scalable dan sejalan dengan inisiatif modernisasi layanan kesehatan Indonesia. (M-3)