
Peristiwa tragis yang terjadi di Malaysia pada 11 Mei 2025 menghebohkan publik, namun di balik keharuan video sang induk gajah, terdapat sejumlah fakta penting yang perlu dicermati.
Berikut adalah rangkuman faktual kejadian berdasarkan sumber resmi dan laporan media internasional.
1. Waktu dan Lokasi Kejadian
Tanggal: Sabtu, 11 Mei 2025
Waktu: Sekitar pukul 02.50 pagi waktu setempat
Lokasi: Jalan Raya Timur-Barat (JRTB), Gerik-Jeli, negara bagian Perak, Malaysia
Jenis jalan: Jalan utama yang membelah kawasan hutan Belum-Temenggor, habitat penting satwa liar
2. Kronologi Singkat
Seekor anak gajah jantan berusia sekitar 5 tahun menyeberang jalan bersama induknya.
Sebuah truk kontainer pengangkut unggas datang dari arah Jeli menuju Gerik.
Karena kondisi kabut tebal dan minim pencahayaan, sopir tidak sempat menghindar dan menabrak anak gajah.
Anak gajah tewas di tempat, sementara induknya selamat namun mengalami stres berat.
3. Reaksi Sang Induk
Induk gajah tetap berada di lokasi selama lebih dari 5 jam, berdiri di dekat bangkai anaknya.
Terlihat dalam video mencoba mendorong truk dengan belalainya – tindakan yang mengundang empati publik dan viral di media sosial.
Petugas dari Perhilitan (Jabatan Perlindungan Hidupan Liar dan Taman Negara) harus melakukan evakuasi secara hati-hati agar tidak memicu agresivitas induk.
4. Viral di Media Sosial
Video kejadian diambil oleh pengendara lain dan diunggah ke media sosial.
Reaksi publik meluas hingga ke negara tetangga seperti Indonesia, India, dan Thailand.
Banyak warganet menyoroti kurangnya upaya perlindungan lintasan satwa liar di jalur tersebut.
5. Kawasan Berisiko Tinggi
Jalan Raya Timur-Barat melintasi kawasan konservasi Hutan Belum-Temenggor, salah satu koridor migrasi gajah liar utama di Semenanjung Malaysia.
Jalur ini telah beberapa kali mencatat kasus kematian satwa liar akibat kecelakaan lalu lintas, termasuk harimau malaya dan tapir.
Belum tersedia sistem lintasan satwa, pagar, atau sensor otomatis di lokasi kecelakaan.
6. Tindakan Otoritas
Pihak Polisi Gerik menyatakan pengemudi tidak lalai, dan kecelakaan murni disebabkan faktor lingkungan.
Bangkai anak gajah dikubur secara resmi oleh Perhilitan, sementara induknya dipantau dan diarahkan kembali ke hutan.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi tentang rencana mitigasi baru pascakejadian.
Kesimpulan
Tragedi ini bukan sekadar kisah menyentuh hati, tapi menjadi pengingat akan perlunya infrastruktur jalan yang ramah satwa liar. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa kawasan berisiko tinggi seperti JRTB membutuhkan intervensi teknis agar peristiwa serupa tidak kembali terjadi. (Z-10)