Wall Street Terpuruk: Dow Anjlok 850 Poin, Kekhawatiran Resesi Meningkat

1 day ago 4
 Dow Anjlok 850 Poin, Kekhawatiran Resesi Meningkat Pasar saham AS mengalami penurunan tajam pada Senin, dengan Dow Jones jatuh lebih dari 850 poin di tengah kekhawatiran resesi.(freepik)

KRISIS di Wall Street berlanjut, Senin (10/3) sore, ketika saham-saham AS anjlok dan Dow Jones turun lebih dari 850 poin, meskipun sempat menyentuh titik terendah 1.100 poin pada siang hari.

Aksi jual besar-besaran ini sebagian besar dipicu kekhawatiran terhadap dampak kebijakan tarif Presiden Donald Trump terhadap pertumbuhan ekonomi. Trump mengatakan ekonomi AS akan mengalami "periode transisi" dan tidak menutup kemungkinan terjadinya resesi.

Saat ditanya dalam acara Sunday Morning Futures With Maria Bartiromo di Fox News apakah ia memperkirakan resesi tahun ini, Trump menjawab, "Saya benci memprediksi hal-hal seperti itu. Ini adalah periode transisi karena apa yang kami lakukan sangat besar."

Indeks Dow Jones turun 2,1%. Indeks S&P 500 juga anjlok 2,7%, sementara Nasdaq Composite yang didominasi saham teknologi merosot hingga 3,9%.

Ketiga indeks utama sempat memangkas sebagian kerugiannya pada sore hari, meskipun masih jauh dari level terbaik mereka.

Saham Teknologi Memimpin Penurunan

Saham teknologi menjadi pendorong utama aksi jual ini, menekan S&P 500 dan membawa Nasdaq ke zona koreksi. S&P 500 mengalami hari terburuknya tahun ini dengan penurunan hampir 9% dari rekor tertingginya pada 19 Februari. Nasdaq mencatat hari terburuk sejak September 2022.

Tujuh raksasa teknologi, Alphabet (GOOG), Amazon (AMZN), Apple (AAPL), Meta (META), Microsoft (MSFT), Nvidia (NVDA), dan Tesla (TSLA), semuanya mengalami penurunan pada Senin, memperparah aksi jual di pasar.

"Komentar Presiden Trump yang tidak secara tegas mengesampingkan kemungkinan resesi semakin membuat investor cemas," kata Anthony Saglimbene, Kepala Strategi Pasar di Ameriprise.

Tesla Kehilangan Keuntungan Pascapemilu

Saham Tesla turun 14,8% pada Senin. Setelah pemilu presiden AS pada November lalu, saham Tesla sempat melonjak. Namun, hingga saat ini, sahamnya turun lebih dari 44% sepanjang tahun, menghapus semua keuntungan sejak November.

Dalam beberapa pekan terakhir, harga saham Tesla terpukul akibat protes terhadap CEO Elon Musk yang dianggap terlalu terlibat dalam pemerintahan Trump, serta penurunan penjualan di Eropa.

Saham Nvidia turun 5%, sementara Palantir (PLTR), yang menjadi sorotan dalam tren kecerdasan buatan, anjlok 10%.

"Saat harga saham terlalu tinggi, mereka juga cenderung turun dengan drastis," kata Gina Bolvin, Presiden Bolvin Wealth Management Group, dalam emailnya.

Indeks volatilitas VIX melonjak ke level tertinggi tahun ini. Menurut CNN Fear and Greed Index, sentimen pasar dalam dua minggu terakhir didominasi oleh "ketakutan ekstrem." "Ketidakpastian ini terus menguasai pasar," kata Saglimbene.

Sementara itu, harga Bitcoin turun menjadi US$78.000 pada Senin, level terendah sejak November, seiring dengan aksi jual besar-besaran pada aset-aset berisiko.

Kebijakan Tarif Trump Mengguncang Pasar

Pasar saham terus terpukul bulan ini akibat ketidakpastian kebijakan tarif Trump yang berubah-ubah. S&P 500 turun 3,1% minggu lalu, mencatat minggu terburuknya sejak September.

"Pasar saham mulai kehilangan kepercayaan pada kebijakan Trump 2.0," kata Ed Yardeni, Presiden Yardeni Research.

Trump sebelumnya mengancam akan memberlakukan tarif besar pada impor dari Kanada dan Meksiko, tetapi kemudian menundanya hingga 2 April. Ia juga menggandakan tarif impor dari Tiongkok menjadi 20% dari sebelumnya 10%, serta menetapkan tarif 25% untuk semua impor baja dan aluminium mulai 12 Maret. Selain itu, Trump pekan lalu mengancam akan mengenakan tarif 250% pada produk susu Kanada dan tarif "sangat tinggi" pada kayu Kanada. Dalam wawancara dengan Fox pada Minggu, Trump mengatakan tarif "bisa saja naik seiring waktu."

"Pembicaraan soal tarif sering kali lebih buruk daripada pelaksanaannya," kata David Bahnsen, Kepala Investasi di The Bahnsen Group. "Ketidakpastian yang diciptakan dari spekulasi, pembatalan, dan perubahan kebijakan justru memperburuk keadaan."

"Saya tidak yakin pemerintahan ini tahu bagaimana akhir dari kebijakan tarif ini, tetapi jika saya harus bertaruh, saya akan mengatakan bahwa ketidakpastian ini akan berlangsung cukup lama untuk merugikan aktivitas ekonomi selama satu atau dua kuartal, sebelum akhirnya mencapai kesepakatan dengan berbagai negara yang membuat kita bertanya-tanya mengapa kita harus melewati semua kekacauan ini," kata Bahnsen dalam catatannya pada Senin.

Tanda-Tanda Kelemahan Ekonomi Semakin Jelas

Indikator lain juga menunjukkan perlambatan ekonomi: PHK meningkat, perekrutan tenaga kerja melambat, kepercayaan konsumen menurun, dan inflasi mulai meningkat.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun menjadi 4,215% karena investor beralih ke aset yang lebih aman, menunjukkan kekhawatiran terhadap ketidakpastian dan pertumbuhan ekonomi.

Ke depan, investor akan menantikan data inflasi bulanan yang akan dirilis pada Rabu dan Kamis untuk menilai apakah inflasi tetap tinggi pada Februari.

Resesi umumnya didefinisikan sebagai dua kuartal berturut-turut dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) negatif. Komite Penentuan Siklus Bisnis di Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER), yang menjadi otoritas resmi dalam menentukan resesi, menyatakan bahwa resesi "melibatkan penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan, tersebar luas, dan berlangsung lebih dari beberapa bulan."

"Berapa lama periode kehati-hatian investor ini bertahan akan bergantung pada seberapa cepat ketidakpastian perdagangan global dan ancaman resesi dapat mereda," kata Sam Stovall, Kepala Strategi Investasi di CFRA Research, dalam catatannya pada Senin. (CNN/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |