Upaya Kemandirian Pangan yang Dilakukan Prabowo Diapresiasi

3 hours ago 2
Upaya Kemandirian Pangan yang Dilakukan Prabowo Diapresiasi Presiden Prabowo Subianto(ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

PRESIDEN Prabowo Subianto dinilai berhasil memulai membangun kemandirian di sektor pangan pada awal masa pemerintahannya. Upaya itu dilakukan di tengah ketidakpastian geopolitik global.

"Kita sedang menghadapi situasi peperangan mengunakan senjata tarif dan currency. Di tengah guncangan dan ketidakpastian situasi geopolitik tersebut, bangsa kita berhasil memulai langkah dengan dasar yang kuat dan arah yang tepat, yaitu membangun kemandirian di sektor pangan," kata aktivis Gerakan Mahasiswa 1998 Yogyakarta, Haris Rusly Moti, melalui keterangan tertulis, Jakarta, Senin (28/4).

Haris mengapresiasi capaian 6 bulan pemerintahan Presiden Prabowo di sektor pertanian. Dalam waktu yang terbilang singkat itu, kata dia, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.

"Negara 'kebanjiran' beras dari petani kita sendiri," ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 24,22 juta ton pada Januari-April 2025 dengan produksi beras mencapai 13,95 juta ton. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam 7 tahun terakhir.

Sementara itu, konsumsi beras domestik tercatat sekitar 10,37 juta ton. Dengan data tersebut, Indonesia dipastikan tidak perlu lagi mengimpor beras. 

Perum Bulog tercatat berhasil menyerap 1,4 juta ton gabah dari target 2 juta ton pada April 2025. Angka tersebut tertinggi jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu 994 ribu ton pada 2022, 1,066 juta ton pada 2023, dan 1,266 juta ton pada 2024.

Tak hanya peningkatan produksi, pemerintah juga berupaya meningkatkan kesejahteraan petani dengan menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp6.500 per kilogram. Kebijakan itu telah memperbaiki persoalan petani Indonesia, yaitu harga gabah turun.

"Sedangkan ketika panen raya datang, petani dihadapkan pada kutukan jatuhnya harga gabah. Petani kita merintih dan merana justru di saat berlangsung panen raya," ujarnya.

Menurutnya, Indonesia saat ini berpeluang membangun kemandirian industri pangan justru ketika berlangsung perang tarif dan perang currency. Apalagi, ketika setiap negara menerapkan kebijakan border protection melalui penerapan tarif yang tinggi, keadaan itu memaksa setiap negara harus bisa hidup dan tumbuh dari sendiri, mandiri dan tidak bergantung.

Dia berharap pengusaha nasional mulai masuk di sektor pertanian membantu merujudkan swasembada pangan. Serta, pelibatan Kampus atau perguruan tinggi dalam riset dan inovasi terkait bibit maupun teknologi pertanian harus ditingkatkan.

"Dengan demikan, cita-cita menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia dapat diwujudkan," kata Haris. (P-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |