Kemenkes Keluarkan Surat Kewaspadaan Dini DBD, Bagaimana Tren Penyakit Ini di Indonesia? 

4 hours ago 5
Kemenkes Keluarkan Surat Kewaspadaan Dini DBD, Bagaimana Tren Penyakit Ini di Indonesia?  ilustrasi(freepik)

KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes)  mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/466/2025 tentang “Kewaspadaan Dini terhadap Penyakit DBD dan Chikungunya” kepada seluruh Dinas Kesehatan sebagai bentuk kewaspadaan dini terhadap potensi peningkatan kasus.

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan hingga 13 April 2025, terdapat 38.740 kasus dengue di Indonesia (Incidence Rate/IR: 13,67/100.000 penduduk) dengan kematian sebanyak 182 kasus (Case Fatality Rate/CFR: 0,47%), yang tersebar di 447 kabupaten/kota di 34 provinsi. Ia mengatakan walaupun angkanya lebih rendah jika dibandingkan dengan lonjakan kasus pada periode yang sama tahun lalu, penurunan tren menurutnya bukan alasan untuk melonggarkan kewaspadaan. terhadap penyakit endemik ini.  

"Kita semua menyadari bahwa DBD dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perubahan iklim, kepadatan penduduk, dan mobilitas masyarakat. Siapapun berisiko terkena penyakit ini," kata Dante, dikutip dari siaran pers, Senin (28/4).

Mengapa DBD Bisa Berbahaya?

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dirga Sakti Rambe menjelaskan ada anggapan bahwa denguesekadar demam yang bisa sembuh dengan sendirinya. Oleh karena itu, masyarakat sering kali menganggap penyakit ini ringan. Padahal, ujar dia, DBD merupakan infeksi serius yang bahkan dapat berkembang menjadi komplikasi. Ia mengatakan DBD bisa menimbulkan shock pada golongan tertentu seperti anak-anak dan lansia.

"Dengue bisa berkembang cepat dan menimbulkan komplikasi berat, seperti dengue shock syndrome (DSS), perdarahan hebat, dan penurunan drastis jumlah trombosit, yang bisa berujung pada kondisi gawat darurat—terutama pada anak-anak, lansia, atau individu dengan penyakit penyerta," paparnya. 

Rambe juga menuturkan seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari satu kali. Sebab, virus dengue memiliki empat serotipe berbeda. Ketika pernah terinfeksi, ujar dia, seseorang yang terkena infeksi berulang dapat berisiko lebih parah.

"Terutama pada orang-orang dengan penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, dan ginjal kronik," ucapnya.

Bagaimana Mencegah DBD?

Menurutnya  belum ada obat spesifik untuk mengobati penyakit tersebut. Oleh karena itu, menurutnya pencegah merupakan cara terbaik yakni dengan mengendalikan vektor nyamuk pembawa virus dengue dengan menerapkan 3M Plus, edukasi pada masyarakat dan vaksinasi.

Cukup kah Mencegah saat Musim Hujan?

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht menjelaskan hasil studi lintas negara yang dilakukan pihaknya menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tergolong aktif melakukan pencegahan. Studi itu, kata dia, melibatkan 3.800 responden dari tujuh negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia. 

"Studi ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman masyarakat tentang dengue, termasuk vektor, pencegahan, dan vaksinasi, masih rendah ata-rata hanya 47%. Menariknya, Indonesia mencatat skor tertinggi dalam praktik pengendalian vektor secara mandiri, dengan 56% responden aktif melakukan upaya pencegahan," papar dia. 

Meskipun demikian, ia menyampaikan hasil studi juga menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak konsisten dan hanya mengintensifkan tindakan pencegahan pada musim hujan atau saat terjadi lonjakan kasus. (H-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |