Ukraina dan AS Bertemu di Arab Saudi untuk Mencari Solusi

2 days ago 4
Ukraina dan AS Bertemu di Arab Saudi untuk Mencari Solusi Pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Pangeran Arab Saudi Muhammad bin Salman Al Saud(Media Sosial X)

PEJABAT senior Amerika Serikat dan Ukraina tiba di Arab Saudi, Selasa (11/3), untuk mengadakan pertemuan strategis di Jeddah. Pertemuan ini bertujuan memperbaiki hubungan yang memburuk antara kedua negara, yang berdampak pada berkurangnya dukungan Washington terhadap Kyiv. Situasi ini memaksa Ukraina untuk mencari solusi diplomatik guna memastikan kelangsungan bantuan militer dan intelijen dari AS.

Delegasi Ukraina dipimpin Andriy Yermak, Kepala Staf Presiden Volodymyr Zelensky. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, hadir bersama pejabat senior Gedung Putih lainnya. Jeddah dipilih sebagai lokasi pertemuan karena dianggap sebagai wilayah netral yang dapat memfasilitasi diskusi lebih kondusif.

Dalam perjalanannya ke Jeddah, Rubio menekankan pentingnya menilai kesiapan Ukraina untuk melakukan kompromi dalam rangka mencapai perdamaian.

“Hal terpenting yang harus kita capai di sini adalah memahami kesiapan Ukraina untuk melakukan hal-hal sulit, sebagaimana Rusia juga harus melakukan hal yang sama, demi mengakhiri konflik ini atau setidaknya menghentikannya dalam beberapa bentuk,” ujar Rubio.

Ia juga menambahkan tidak ada solusi militer yang realistis untuk konflik ini. “Rusia tidak bisa menaklukkan seluruh Ukraina, dan jelas akan sangat sulit bagi Ukraina dalam waktu yang wajar untuk memaksa Rusia mundur sepenuhnya ke posisi mereka pada 2014,” lanjutnya.

Latar Belakang dan Dinamika Diplomasi

Pertemuan ini menjadi yang pertama sejak ketegangan antara Zelensky dan mantan Presiden AS, Donald Trump, yang berujung pada keputusan penghentian bantuan militer serta pembatasan berbagi intelijen dari Washington. Ketegangan ini semakin memperumit upaya Ukraina untuk mempertahankan dukungan AS di tengah ancaman Rusia.

Meski kedua presiden tidak menghadiri pembicaraan ini, Zelensky telah lebih dulu tiba di Jeddah untuk bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman. Arab Saudi memainkan peran strategis sebagai mediator dalam konflik ini, mengingat hubungan baiknya dengan kedua belah pihak.

Zelensky juga mengirim menteri luar negeri dan menteri pertahanannya untuk mengikuti perundingan. “Dari pihak kami, kami sepenuhnya berkomitmen untuk berdialog secara konstruktif dan berharap dapat mendiskusikan serta menyepakati keputusan serta langkah-langkah yang diperlukan,” tulis Zelensky dalam platform X.

Ia menambahkan bahwa proposal realistis telah disiapkan dan berharap proses negosiasi bisa berlangsung cepat dan efektif.

Tantangan di Medan Perang

Di sisi lain, pasukan Rusia terus memanfaatkan ketidakpastian politik ini dengan meningkatkan serangan ke wilayah Ukraina. Mereka melancarkan serangan rudal balistik dan mencoba mengepung ribuan pasukan Ukraina yang telah bertahan selama tujuh bulan di wilayah Kursk, Rusia.

Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim pasukannya telah merebut tiga pemukiman lagi di wilayah Kursk. Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, mengungkapkan pasukan Ukraina hampir terkepung. “Tutup panci yang berasap ini hampir tertutup. Serangan terus berlanjut,” tulisnya di Telegram.

Namun, Panglima Tertinggi Ukraina, Oleksandr Syrskyi, membantah laporan tersebut. Ia menyatakan meskipun Rusia telah mengerahkan pasukan besar yang diperkuat infanteri Korea Utara, mereka mengalami kerugian besar dalam jumlah personel dan peralatan.

“Sejumlah pemukiman di perbatasan, yang namanya muncul dalam laporan propaganda Rusia, sebenarnya sudah tidak ada lagi—mereka telah dihancurkan oleh penembakan agresor,” tegas Syrskyi.

Dinamika Politik AS dan Implikasi bagi Ukraina

Di tengah negosiasi ini, kebijakan luar negeri AS terhadap Ukraina masih menjadi perdebatan panas di Washington. Presiden Trump dikabarkan menginginkan lebih dari sekadar kesepakatan mineral untuk kembali memberikan bantuan militer dan berbagi intelijen kepada Kyiv. Ia dilaporkan menuntut beberapa konsesi utama, termasuk kesiapan Ukraina menyerahkan sebagian wilayahnya kepada Rusia sebagai bagian dari pembicaraan damai serta kemajuan menuju pemilihan umum.

Media AS, termasuk NBC News, juga melaporkan Trump mungkin ingin melihat Zelensky mundur sebagai bagian dari kesepakatan. Namun, klaim ini belum dikonfirmasi secara resmi oleh Gedung Putih.

Seorang penasihat Trump, Steve Witkoff, mengatakan Washington mengharapkan kemajuan substansial dalam pembicaraan di Jeddah. Ketika ditanya oleh Fox News apakah ia yakin Zelensky akan menandatangani kesepakatan mineral pekan ini, Witkoff menjawab: “Saya sangat berharap. Semua tanda-tandanya sangat positif.”

Sementara itu, Juru Bicara Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mengatakan Starmer telah berbicara dengan Trump dan berharap pembicaraan di Arab Saudi menghasilkan keputusan positif yang memungkinkan bantuan AS dan berbagi intelijen kembali dilanjutkan.

Trump menyatakan AS “hampir” siap untuk kembali memberikan bantuan kepada Ukraina. “Kami ingin melakukan apa pun yang bisa membuat Ukraina benar-benar serius untuk mencapai sesuatu,” ujarnya kepada wartawan di Air Force One.

Pertemuan pejabat AS dan Ukraina di Jeddah menjadi titik krusial dalam upaya memperbaiki hubungan bilateral yang memburuk. Dengan meningkatnya tekanan dari Rusia di medan perang serta ketidakpastian dukungan dari AS, Ukraina berada dalam posisi yang sulit.

Keputusan yang diambil dalam perundingan ini tidak hanya akan menentukan nasib bantuan militer dan intelijen dari Washington, tetapi juga masa depan diplomasi Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.

Seluruh dunia kini menantikan hasil perundingan ini, yang diharapkan dapat membawa titik terang bagi perdamaian di kawasan. (The Guardian/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |