
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dia kurang yakin dibandingkan beberapa bulan lalu tentang prospek mencapai kesepakatan dengan Iran atas program nuklirnya. Ia berbicara dalam podcast yang ditayangkan Rabu (11/6).
Kedua negara tampaknya terkunci dalam kebuntuan atas pengayaan uranium hampir dua bulan dalam negosiasi berisiko tinggi. Berbicara pada Senin (9/6) dalam podcast New York Post, Trump berjanji lagi untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
Ketika ditanya apakah menurutnya dia bisa membuat Iran setuju untuk mengakhiri program nuklirnya, Trump berkata, "Saya tidak tahu. Saya pikir begitu dan saya semakin tidak yakin tentang hal itu," kata pemimpin AS itu kepada pewawancara.
Dia menambahkan, "Mereka tampaknya menunda dan saya pikir itu memalukan. Saya kurang yakin sekarang dibandingkan beberapa bulan yang lalu. Sesuatu terjadi pada mereka. Namun saya jauh lebih tidak yakin tentang kesepakatan yang dibuat."
Trump menegaskan bahwa dengan atau tanpa kesepakatan, ia tidak akan pernah membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir. "Ya, jika mereka tidak membuat kesepakatan, mereka tidak akan memiliki senjata nuklir," katanya menurut surat kabar tersebut.
"Jika membuat kesepakatan, mereka juga tidak akan memiliki senjata nuklir, Anda tahu?"
Iran mengatakan pada Selasa (10/6) bahwa putaran keenam pembicaraan dengan Amerika Serikat direncanakan pada Minggu (15/6). Musuh lama tersebut telah mengadakan lima putaran negosiasi sejak April, kontak tingkat tertinggi sejak Trump menarik Washington dari perjanjian nuklir 2015 selama masa jabatan pertamanya.
Iran, dalam komentar yang disampaikan beberapa hari setelah Trump memberikan wawancara tersebut, mengancam pada Rabu untuk menargetkan pangkalan AS di seluruh Timur Tengah jika konflik pecah. "Semua pangkalannya berada dalam jangkauan kami. Kami memiliki akses ke sana dan tanpa ragu kami akan menargetkan semuanya di negara tuan rumah," kata Menteri Pertahanan Aziz Nasirzadeh dalam menanggapi ancaman AS akan tindakan militer jika pembicaraan gagal. (AFP/I-2)