Sinergi Jadi Startegi Hadapi Tantangan Perdagangan Global

2 weeks ago 18
Sinergi Jadi Startegi Hadapi Tantangan Perdagangan Global Ilustrasi(Antara)

PT Krakatau Steel mengupayakan langkah strategis dalam menghadapi tantangan perdagangan global. Salah satu upaya yang diambil perusahaan ialah memperkuat sinergi dan kolaborasi dengan industri sejenis, khususnya industri baja yang bergerak di sektor hilir. Langkah tersebut juga dilakukan guna mendukung program hilirisasi dan industri berkelanjutan yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Direktur Utama PT Krakatau Steel Muhamad Akbar Djohan mengatakan pihaknya sebagai holding BUMN akan terus mendorong anak-anak perusahaan seperti PT Krakatau Baja Industri (KBI) untuk bisa melakukan sinergi dan kolaborasi dengan industri-industri baja lainnya di hilir. Pada Selasa 25 Februari 2025, PT Tata Metal Lestari, bagian dari Tatalogam Group dan PT Krakatau Baja Industri, anak usaha Krakatau Steel mengekspor 5.000 ton baja lapis Nexalume, Nexium, dan Nexcolor ke AS.

"Kami juga berperan mengelola stakeholder nasional, kemudian meyakinkan regulator untuk selalu memberikan dukungan baik itu perlindungan atau proteksi dalam negeri, maupun dengan regulasi-regulasi untuk mendorong ekosistem industri baja nasional kita," ujar Akbar dikutip dari siaran pers, Kamis (27/2). 

Akbar menjelaskan, kedua perusahan tersebutmampu mengekspor baja lapis dengan tujuan Amerika Serikat (AS) saat kondisi perdagangan global yang lesu bukan perkara mudah. Namun demikian, berkat sinergi dan kolaborasi yang baik antara PT Krakatau Baja Industri selaku penyedia bahan baku dan PT Tata Metal Lestari sebagai produsen baja lapis di sektor hilir, kegiatan ekspor produk baja ini berhasil terlaksana.

"Apa yang kita lakukan hari ini dengan melakukan ekspor ke US ini bukan hal yang biasa-biasa saja. Jujur, industri baja kita tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Tapi dengan ekspor yang dilakukan PT Tata Metal hari ini, cukup memberi pesan yang sangat jelas dan konkret, bahwa produk baja nasional kita masih sangat diperhitungkan di pasar global. Hari ini tentu menjadi satu implementasi dari hasta cita Bapak Presiden yaitu mengedepankan hilirisasi dan industri yang berkelanjutan dalam negeri," terang Akbar.  

Sementara tu, Direktur Utama PT Krakatau Baja Industri Arief Purnomo menambahkan, KBI memiliki kapasitas produksi hingga 90 ribu ton bahan baku baja lapis per tahunnya. Produk tersebut juga sudah mengandung 60 persen total kandungan dalam negeri. 

Dengan kapasitas produksi setinggi itu dan tingkat komponen dalam negeri yang cukup signifikan, pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung berkembangnya industri baja lapis di hilir sehingga mampu memproduksi produk berkualitas tinggi yang mampu bersaing tak hanya di pasar nasional, tapi juga hingga hingga menembus pasar global.

"Harapan kami, industri baja di hilir terus berkembang dan itu didukung. Jadi, semua kekuatan industri, terutama baja di Indonesia itu dari mulai hulu hingga hilir diperkuat. Hilir ini menjadi rentan karena produk impor ini banyak masuk ke hilir. Dampaknya nanti sampai hulu pun produksinya bisa terhenti. Karena itu penguatan industri hilir memang harus diutamakan," terang Arief.

Bersaing di Pasar Global

Vice Presiden PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan oleh PT Krakatau Steel dan PT Krakatau Baja Industri. Pasalnya, dengan kolaborasi yang dilakukan, sektor hilir baja kembali mengeliat dan semakin mantap menghasilkan produk-produk yang berkualitas sehingga mampu bersaing di pasar lokal maupun global.  

"Ini memperlihatkan industri baja nasional telah tumbuh menjadi semakin penting bagi perekonomian nasional maupun perekonomian di dunia. Jadi ini kita lihat adanya kemajuan khususnya di sektor hilir industri baja," ujarnya.

"Semua ini membuktikan bahwa kualitas baja dari Krakatau steel yang diproduksi di Indonesia tidak kalah kualitasnya dengan produk-produk yang ada di luar negeri dan bisa diterima diseluruh dunia dengan mengikuti standarisasi yang ada," tambah Stephanus.

Dia menerangkan, manuver ekspor sendiri mulai dilakukan PT Tata Metal Lestari setelah pihaknya membaca kompas geopolitik yang ada. Pertama, manuver ekspor dilakukan karena adanya gangguan rantai pasok dengan penghentian perang dagang antara Tiongkok dengan Amerika Serikat, gangguan logistik, juga adanya permintaan yang fluktuasi di Indonesia, terutama di kuartal pertama yang agak menurun yang kemudian dibarengi dengan ekspor. 

Kedua, ada juga kebijakan pemerintah dan regulasi untuk mendukung peningkatan ekspor. Sebagai bagian dari strategi ekpansi global, Tata Metal Lestari juga telah membuka kantor perwakilan di Sidney Australia dan Singapura guna memperluas jaringan bisnis dan memperkuat kemitraan dengan mitra internasional.

"Kami semakin yakin untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor, dari tahun lalu hanya sekitar 30%. Tahun ini kami coba tingkatkan lagi menjadi 40% dari kapasitas produksi kami yang setelah dilakukan investasi baru bisa mencapai 500.000 ton per tahun," pungkas Stephanus. (E-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |