
SERANGAN asma adalah kondisi ketika gejala asma memburuk secara tiba-tiba akibat peradangan dan penyempitan saluran napas. Hal ini dapat membuat pernapasan menjadi sulit dan, dalam kasus yang parah, bisa mengancam jiwa.
Asma memengaruhi ratusan juta orang di seluruh dunia, dan serangannya dapat dipicu alergen, infeksi saluran pernapasan, udara dingin, olahraga, atau iritan seperti asap dan polusi. Namun, apa yang sebenarnya terjadi di dalam tubuh saat serangan asma terjadi?
Apa yang Terjadi dalam Tubuh Saat Serangan Asma?
"Ada dua perubahan fisiologis utama selama serangan asma," kata Dr. Allen Dozor, profesor pediatri dan kepala divisi pulmonologi, alergi, serta pengobatan tidur di New York Medical College.
Perubahan pertama adalah bronkospasme, yaitu ketika bronkus, saluran yang menghubungkan tenggorokan ke paru-paru, mengalami kejang dan menyempit, sehingga sulit bernapas.
Perubahan kedua adalah peradangan pada saluran napas, yang merupakan respons tubuh terhadap alergen atau polutan yang terhirup. "Peradangan ini cukup kompleks, tetapi kini kita memahami beberapa penderita asma mengalami peradangan ringan, sementara yang lain bisa mengalami peradangan yang sangat parah," jelas Dozor.
Selain bronkospasme dan peradangan, produksi lendir berlebih juga berperan dalam serangan asma. Paru-paru menghasilkan lendir kental yang menyumbat saluran napas yang sudah menyempit, membuat pernapasan semakin sulit.
Penderita asma biasanya mengalami peradangan kronis pada saluran napas, yang menyebabkan produksi lendir yang terus-menerus meningkat serta penebalan dinding saluran napas seiring waktu. Selain itu, selama serangan asma, terjadi lonjakan produksi lendir dalam jangka pendek yang dipicu zat kimia inflamasi seperti histamin dan leukotrien yang dihasilkan oleh sel imun.
Gabungan dari bronkospasme, peradangan, dan produksi lendir menyebabkan gangguan pernapasan yang ditandai dengan gejala khas serangan asma, yaitu mengi, sesak napas, batuk, dan rasa sesak di dada.
Ketika saluran napas mulai tertutup, tubuh kesulitan mendapatkan oksigen yang cukup. Dalam kasus ringan, hal ini menyebabkan sesak napas dan batuk, tetapi pada serangan yang lebih parah, kadar oksigen dalam tubuh bisa turun drastis, menyebabkan pusing, kebingungan, hingga kehilangan kesadaran. Jika tidak ditangani, serangan asma yang parah bisa berakibat fatal.
Penanganan Serangan Asma
Pengobatan utama saat serangan asma terjadi adalah inhaler penyelamat yang biasanya mengandung albuterol. Obat ini bekerja cepat untuk melemaskan otot-otot saluran napas dan menghentikan pelepasan zat kimia yang memicu reaksi alergi berlebihan. Untuk kasus yang lebih parah, kortikosteroid, yang berfungsi menekan peradangan, dapat diberikan secara oral atau melalui infus. Dalam situasi darurat, pasien mungkin memerlukan terapi oksigen atau ventilasi mekanis untuk membantu pernapasan.
Pencegahan Serangan Asma
Menghindari pemicu serangan adalah langkah penting dalam mencegah serangan asma. "Pencegahan adalah salah satu aspek terpenting dalam perawatan asma," kata Dr. James Lyons, dokter spesialis pengobatan keluarga dengan keahlian dalam asma dan konsultan medis untuk Synergy Houses.
"Cara terbaik untuk mencegah serangan parah adalah dengan mengenali dan meminimalkan paparan terhadap pemicunya, baik itu alergen, asap, udara dingin, atau bau menyengat."
Selain itu, obat-obatan pencegahan dapat membantu mengurangi risiko bronkospasme, peradangan, dan produksi lendir. Obat-obatan ini meliputi kortikosteroid inhalasi, yang mengurangi peradangan dan produksi lendir, serta beta-agonis kerja panjang, yang membantu melemaskan saluran napas. Beberapa inhaler bahkan mengombinasikan beberapa jenis obat untuk mencegah serangan asma lebih efektif.
"Mematuhi jadwal penggunaan obat yang telah diresepkan, terutama bagi penderita asma persisten, juga sangat penting," tambah Lyons.
Dengan kombinasi pencegahan dan pengobatan yang tepat, penderita asma dapat mengelola kondisinya dengan lebih baik dan mengurangi risiko serangan yang membahayakan. (Live Science/Z-2)