
LEMBAGA Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) sukses menyelenggarakan Seminar & CEO Talk 2025 bertema “Unlocking Potential Values of BUMN: Prospect and Challenges Aligned with the Amendment of BUMN Act 2025” pada Kamis, 27 Februari 2025, di Jakarta.
Acara yang diinisiasi oleh LM FEB UI ini bertujuan memberikan pemahaman mendalam mengenai prospek dan strategi pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di tengah perubahan regulasi terbaru, sekaligus menjadi platform strategis untuk membahas tantangan serta peluang yang dihadapi BUMN dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan melibatkan para pemimpin industri, akademisi, dan pengamat BUMN, seminar ini mengupas kinerja BUMN, strategi penciptaan nilai, serta benchmarking dengan sovereign wealth fund (SWF) global seperti Khazanah (Malaysia), Temasek (Singapura), dan National Investment and Infrastructure Fund (NIIF) India. Momentum amendemen UU BUMN No. 1 Tahun 2025 dan peluncuran SWF “Danantara” menjadi fokus utama, menandai babak baru transformasi BUMN menuju daya saing global.
Seminar ini dirancang untuk membahas prospek dan tantangan BUMN dalam menghadapi perubahan regulasi yang dinamis, dengan para pembicara memberikan wawasan mendalam terkait strategi manajemen serta langkah-langkah inovatif yang dapat memperkuat posisi BUMN di tengah perkembangan industri.
Sesi pertama, “Overview Kinerja BUMN dan Prospek 2025,” menganalisis kinerja BUMN terkini, tantangan struktural, dan prospek di tahun 2025 dengan pendekatan investasi jangka panjang serta optimalisasi aset. Sesi kedua, “Value Creation of BUMN; Outlook & Lesson Learned,” menyoroti strategi penciptaan nilai melalui studi kasus merger PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dan pelajaran berharga untuk menghadapi kompetisi global.
Acara dimulai dengan sambutan dari Ibu Dr. Yasmine Nasution, Direktur Utama LM FEB UI, yang menegaskan komitmen lembaga ini
dalam mendukung transformasi BUMN melalui analisis mendalam dan solusi inovatif. “Danantara adalah langkah fundamental untuk mengoptimalkan aset, meningkatkan tata kelola, dan mendorong inovasi menuju ekonomi hijau yang kompetitif,” ujarnya.
Dr. Toto Pranoto, Ketua BUMN Research Group LM FEB UI, menjadi salah satu narasumber kunci yang menekankan peran strategis Danantara. Ia berharap Danantara tidak hanya berfokus pada pendapatan dari pengelolaan portofolio investasi, tetapi juga menciptakan aset sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi masa depan, seperti konektivitas, transisi energi, dan digitalisasi—sesuai visi Presiden Prabowo Subianto saat peluncuran Danantara.
Mengambil inspirasi dari Khazanah Malaysia, Toto mencontohkan bagaimana fokus pada sektor strategis dapat menjadi pendorong ekonomi. Ia juga menyoroti potensi Danantara menarik investor global dengan skema master fund seperti NIIF India, di mana pemerintah hanya memiliki 49% saham untuk mengundang investasi asing dalam proyek infrastruktur seperti pelabuhan, bandara, dan perkotaan. “Jika Danantara optimal, saya optimistis mereka bisa masuk ke area ini,” katanya.
Dalam analisis kinerja, Toto membandingkan BUMN Indonesia dengan Temasek dan Khazanah, mencatat bahwa aset BUMN tumbuh 6,8% (2019-2023) dibandingkan Temasek (-14,8%) dan Khazanah (-7,5%), meskipun revenue hanya naik 6,7%—tertinggal dari Temasek
(24,1%). “Tantangannya adalah konversi aset menjadi profit,” tambahnya.
Alberto Daniel Hanani, Managing Partner Crowe Horwath Indonesia, membawa perspektif manajemen risiko dengan mengusulkan strategi real options. Ia menjelaskan bahwa fleksibilitas dalam investasi, seperti opsi penundaan atau ekspansi, dapat memitigasi ketidakpastian dan meningkatkan ketahanan BUMN di pasar global.
Sementara itu, Arif Suhartono, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Persero), berbagi pengalaman transformasi kepelabuhanan. Ia mengungkapkan bahwa sejak 1960-an, industri ini menghadapi berbagai tantangan, namun standarisasi proses sejak Maret 2021 telah meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing. “Pelindo kini berada di peringkat 157 Fortune 500 Southeast Asia dengan rating ‘BAA2 Stable Outlook’ dari Moody’s,” ujarnya, menekankan pentingnya
inovasi dan adaptasi terhadap regulasi. (H-2)