
PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) dijadwalkan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024 pada 27 Mei 2025 mendatang. Salah satu yang menjadi perhatian dalam agenda tersebut adalah mengenai rencana penyegaran struktur direksi hingga komisaris.
"Tentu agenda tersebut menjadi penting. Ini sangat dinanti-nati publik karena Telkom selain merupakan aset penting bangsa, juga merupakan kebanggaan rakyat Indonesia," kata Fernando dikutip dari opininya, Rabu (21/5/2025).
Fernando memberikan beberapa pandangan ihwal RUPST Telkom 27 Mei mendatang. Pertama, soal kinerja Telkom yang sedang tidak baik-baik saja. Berdasarkan catatan Fernando, setidaknya dalam 3 tahun terakhir, kinerja fundamental Telkom Group berada pada tren stagnan. Pada kuartal pertama 2023, laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp6,42 triliun, setahun berselang, Telkom hanya mampu mencatatkan laba bersih senilai Rp6,05 triliun. Puncaknya, pada kuartal pertama tahun ini, perusaahan pelat merah tersebut hanya mampu membukukan laba bersih senilai Rp5,81 triliun.
"Tentu saja capaian tersebut menjadi catatan penting dan perhatian serius," tuturnya.
Alasan kedua, mengenai isu-isu hukum yang diduga menerpa Telkom Group, yang tengah diusut oleh Aparat Penegak Hukum (APH), Kejaksaan, KPK hingga Bareskrim Polri. Mulai dari kasus dugaan korupsi pengadaan server dan storage di PT Sigma Cipta Raka atau TelkomSigma (anak usaha Telkom) periode 2017, kasus proyek digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) PT Pertamina (Persero) tahun 2018–2023. Kemudian, kasus dugaan korupsi pembiayaan proyek fiktif di PT Telkom periode 2016–2018, dengan perkiraan kerugian negara Rp 431,7 miliar, yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati DKI Jakarta, dan sudah 10 orang tetapkan sebagai tersangka.
Alasan keempat, mengenai rentetan masalah yang memengaruhi harga saham. Menurut Fernando, sekecil apapun persoalan yang terjadi di sebuah perusahaan publik (Tbk) yang terdaftar di lantai bursa, itu bisa berdampak terhadap kinerja saham sebuah perusahaan termasuk Telkom. Dia menilai, faktor internal maupun eksternal seperti menjadi hukum dasar bagi pasar atau investor dalam menentukan keputusan investasi mereka terhadap suatu perusahaan.
Sebagai catatan, nilai saham Telkom mampu bertengger di level Rp4.200. Kini, saham Telkom merosot hingga kurang lebih 50%. Data terbaru dari IDX menyebut nilai saham Telkom per Selasa (20/5) ada di level Rp2.740.
Fernando mengatakan nilai saham Telkom sulit naik lantaran para petinggi kurang membaca persoalan secara komprehensif, sehingga keputusan yang diambil pun terlihat kurang matang. Padahal, hanya ada dua kunci untuk memulihkan kepercayaan investor. Kunci pertama, melakukan pembenahan secara fundamental (kinerja, isu hukum, saham, struktur manajemen dan lainnya).
Fernando melanjutkan alasan kelima, yaitu investor cenderung jenuh dengan struktur kepemimpinan Telkom. Dia menganggap, faktor yang tak kalah penting yang turut memengaruhi penilaian para investor atau pasar yaitu soal struktur kepemimpinan. Pasar cenderung pesimis dan melihat Telkom sebagai perusahaan yang terjebak dalam status quo.
Oleh karena itu, ia menekankan bahwa RUPST Telkom, harus dijadikan forum serius oleh para pemegang saham termasuk pemerintah di dalamnya selaku pemegang saham mayoritas, untuk melakukan perbaikan secara komprehensif.
"Melalui forum RUPST, publik berharap agar pemerintah selaku pemegang saham mayoritas mampu menghadirkan harapan baru di tubuh Telkom ke depan. Bagaimanapun juga sudah menjadi tugas dan kewajiban pemerintah menghadirkan citra positif Telkom ke hadapan publik," tuntasnya. (E-3)