
POLA asuh atau gaya parenting orangtua kerap dituduh menjadi penyebab seorang anak mengalami kondisi autisme. Khususnya di era kemajuan teknologi saat ini, di mana seorang anak umumnya sudah terpapar gawai sejak usia sangat dini.
Namun, bagaimana fakta sebenarnya, apakah pola asuh orangtua memang menjadi faktor penyebab autisme pada anak?
Dokter subspesialis neurologi anak Amanda Soebadi menjelaskan, pada anak autisme, orangtua memang kerap menjadi sosok yang disalahkan berbagai pihak terutama soal pola asuh. Padahal sebenarnya belum ada studi konklusif tentang penyebab utama kondisi autisme pada anak, termasuk kaitannya dengan berbagai macam pola asuh.
"Memberi nilai parenting satu ke itu sangat sulit dan parenting style pada anak dengan karakteristik berbeda itu tidak sama," ujarnya, beberapa waktu lalu.
Namun, ia mengatakan berdasarkan studi, ada beberapa hal yang ditemukan. Pertama anak dengan risiko tinggi autisme cenderung memiliki ibu dengan pola asuh yang mengatur atau memberi instruksi dibanding merespons inisiatif dari anak. Misalnya menyuruh anak mandi usai pulang sekolah kemudian melakukan beberapa hal setelahnya.
Sementara pola asuh anak secara responsif yakni menegosiasikan beberapa hal yang akan dilakukan anak dengan berdiskusi.
Namun, menurutnya pola asuh baik direktif dan responsif memang belum dapat disimpulkan secara pasti soal apakah autisme pada anak membuat orangtua cenderung mengambil sikap direktif atau sikap direktif orangtua merupakan faktor risiko autisme.
Amanda mengatakan, hal yang diketahui memegang peran penting dalam meningkatkan risiko autisme adalah faktor genetik. Ia mengatakan, seorang anak yang memiliki orang tua atau saudara kandung autisme, memiliki risiko lima hingga sebelas kali lipat lebih besar mengalami autisme. (ANT/H-3)