
GURU besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Fatma Lestari mengungkapkan pentingnya inovasi dalam memperkuat sistem keselamatan dan kesehatan kerja. Hal tersebut ia sampaikan saat mewakili Indonesia dalam ajang internasional International Conference on Intellectual Property and Development, Jenewa, Swiss.
Konferensi yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali ini, pada 2025 mengambil tema Peran Hak Kekayaan Intelektual dan Inovasi dalam Mengatasi Tantangan Kesehatan Global: Mendorong Transfer Teknologi dan Kolaborasi. Jumlah partisipannya pun lebih dari 200 negara. Kegiatan ini sendiri dibuka dan ditutup oleh WIPO Deputy Director General, Hasan KLEIB yang merupakan orang Indonesia.
Fatma dalam paparannya fokus tentang peran penting inovasi dalam perkuatan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. Lebih khusus, melalui penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI), realitas virtual (VR), dan Internet of Things (IoT) pada berbagai sektor industri berisiko tinggi, termasuk pertambangan, manufaktur, dan konstruksi.
Selain itu, ia menyampaikan perlunya perlindungan kekayaan intelektual untuk mendukung keberlanjutan beragam inovasi tersebut.
"Inovasi AI dan transformasi IoT di Indonesia dapat meningkatkan deteksi potensi bahaya, pengawasan secara real-time, dan memprediksi analisis di tempat kerja. Kedua pritanti canggih ini memungkinkan lebih banyak lagi dilakukannya tindakan proaktif dan manajemen keselamatan (predictive safety management). Misalnya membantu secara aktif identifikasi risiko, SOP keselamatan secara otomoatis, dan membantu para pengambil kepurusan,” ungkap Fatma, melalui keterangannya, Senin (12/5).
Di antara materi yang disampaikan oleh Prof. Fatma adalah terkait rekam jejak organisasi dan dirinya dalam menghadapi tantangan melalui mobile apps for training, inspection, emergency response (edurisk), community-based programs, and media campaign. Diketahui, selain sebagai peneliti dan juga dosen di Departemen K3 FKM UI, Fatma juga sebagai kepala Pusat Pengurangan Risiko Bencana (Disaster Risk Reduction Center) di Universitas Indonesia.
Sebagai contoh aplikasi yang sudah dibuat adalah HIS (Hospital Safety Index). Aplikasi yang dikembangkan oleh DRRC UI ini berbentuk checklist kesiapsiagaan rumah sakit menghadapi keadaan darurat dan bencana.
Fatma juga mengungkapkan hal yang harus menjadi perbaikan ke depannya adalah terkait data yang disampaikan oleh BPJS Ketenagakerjaan yakni terkait angka kecelakaan kerja yang masih tinggi. Maka dari itu, salah satu cara yang dilakukan Fatma adalah dengan menghadirkan beragam aplikasi dan edukasi maupun program yang layak diimplementasikan pada sektor industri maupun minyak dan gas serta bidang lain yang memiliki risiko atas pekerjaan yang dilakukan. (M-3)