
JEJAK peradaban masa lampau senantiasa memikat, membawa kita menyelami kehidupan dan pencapaian generasi terdahulu. Salah satu peradaban yang meninggalkan warisan budaya yang kaya dan mengagumkan adalah Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan ini, yang pernah berjaya di tanah Jawa, telah mewariskan berbagai peninggalan bersejarah yang menjadi saksi bisu kejayaan dan keagungannya. Dari candi-candi megah hingga prasasti-prasasti kuno, peninggalan Kerajaan Mataram Kuno menyimpan cerita panjang tentang sejarah, kepercayaan, seni, dan kehidupan sosial masyarakat pada masa itu. Mari kita telusuri lebih dalam warisan peradaban yang tak ternilai harganya ini.
Peninggalan Arsitektur yang Megah: Candi-Candi Mataram Kuno
Salah satu ciri khas Kerajaan Mataram Kuno adalah peninggalan arsitektur berupa candi-candi megah yang tersebar di berbagai wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Candi-candi ini bukan hanya sekadar bangunan keagamaan, tetapi juga merupakan karya seni yang tinggi dan representasi dari kosmologi serta kepercayaan masyarakat Mataram Kuno. Setiap candi memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri, mencerminkan perkembangan seni arsitektur dan kepercayaan agama pada masanya.
Candi Borobudur: Mahakarya Arsitektur Buddha
Tak diragukan lagi, Candi Borobudur adalah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang paling terkenal dan menjadi ikon Indonesia di mata dunia. Candi Buddha ini merupakan mahakarya arsitektur yang luar biasa, dengan struktur bangunan yang megah dan relief-relief yang indah menggambarkan ajaran Buddha. Borobudur dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 Masehi, pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra yang berkuasa di Mataram Kuno. Candi ini terdiri dari sembilan tingkat, dengan stupa utama yang terletak di puncak candi. Relief-relief yang menghiasi dinding candi menceritakan kisah kehidupan Buddha, ajaran Dharma, dan perjalanan spiritual menuju pencerahan. Borobudur bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga merupakan pusat pembelajaran dan ziarah bagi umat Buddha dari berbagai penjuru dunia.
Candi Prambanan: Kemegahan Arsitektur Hindu
Selain Borobudur, Kerajaan Mataram Kuno juga mewariskan Candi Prambanan, kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini dibangun pada abad ke-9 Masehi, pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya. Prambanan didedikasikan untuk Trimurti, tiga dewa utama dalam agama Hindu: Brahma (pencipta), Wisnu (pemelihara), dan Siwa (penghancur). Kompleks candi ini terdiri dari delapan candi utama dan ratusan candi perwara (pendamping) yang lebih kecil. Candi utama adalah Candi Siwa, yang menjulang tinggi dengan arsitektur yang megah dan relief-relief yang menggambarkan kisah Ramayana. Prambanan merupakan simbol kejayaan Kerajaan Mataram Kuno dan keharmonisan antara agama Hindu dan Buddha pada masa itu.
Candi Mendut dan Pawon: Penghubung Spiritual ke Borobudur
Tidak jauh dari Borobudur, terdapat dua candi yang lebih kecil namun memiliki hubungan erat dengan candi Buddha tersebut, yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon. Candi Mendut diperkirakan dibangun lebih dahulu daripada Borobudur, dan di dalamnya terdapat arca Buddha yang sangat indah. Candi Pawon terletak di antara Mendut dan Borobudur, dan berfungsi sebagai tempat penyucian sebelum mengunjungi Borobudur. Ketiga candi ini membentuk satu kesatuan spiritual yang tak terpisahkan, menggambarkan perjalanan spiritual menuju pencerahan.
Candi-Candi Lainnya: Keanekaragaman Arsitektur Mataram Kuno
Selain candi-candi yang telah disebutkan di atas, Kerajaan Mataram Kuno juga meninggalkan banyak candi lainnya yang tersebar di berbagai wilayah. Beberapa di antaranya adalah Candi Plaosan, Candi Sambisari, Candi Kalasan, dan Candi Ijo. Setiap candi memiliki karakteristik arsitektur yang unik dan menyimpan cerita sejarah yang menarik. Candi Plaosan, misalnya, merupakan kompleks candi Buddha yang memiliki arsitektur yang indah dan relief-relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Mataram Kuno. Candi Sambisari, yang ditemukan terkubur di dalam tanah, menawarkan pemandangan yang unik dengan struktur candi yang berada di bawah permukaan tanah. Candi Kalasan, yang didedikasikan untuk Dewi Tara, memiliki arsitektur yang elegan dan relief-relief yang menggambarkan dewi-dewi Buddha. Candi Ijo, yang terletak di perbukitan, menawarkan pemandangan alam yang indah dan arsitektur candi yang sederhana namun menawan.
Prasasti-Prasasti Kuno: Sumber Informasi Sejarah yang Berharga
Selain peninggalan arsitektur, Kerajaan Mataram Kuno juga meninggalkan prasasti-prasasti kuno yang menjadi sumber informasi sejarah yang sangat berharga. Prasasti-prasasti ini ditulis dalam berbagai bahasa, seperti bahasa Sanskerta dan bahasa Jawa Kuno, dan berisi berbagai informasi tentang sejarah kerajaan, pemerintahan, agama, sosial, dan ekonomi masyarakat Mataram Kuno. Melalui prasasti-prasasti ini, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan dan peradaban Mataram Kuno.
Prasasti Canggal: Catatan Awal Sejarah Mataram Kuno
Salah satu prasasti tertua dan terpenting dari Kerajaan Mataram Kuno adalah Prasasti Canggal, yang ditemukan di desa Canggal, Jawa Tengah. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sanskerta dan berasal dari tahun 732 Masehi. Prasasti Canggal menceritakan tentang pendirian sebuah lingga (simbol Siwa) di daerah Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya, yang dianggap sebagai pendiri Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini juga menyebutkan tentang pembangunan sebuah candi untuk menghormati Siwa. Prasasti Canggal merupakan bukti awal keberadaan Kerajaan Mataram Kuno dan memberikan informasi penting tentang sejarah awal kerajaan ini.
Prasasti Mantyasih: Daftar Raja-Raja Mataram Kuno
Prasasti Mantyasih, yang ditemukan di desa Mantyasih, Jawa Tengah, merupakan prasasti penting lainnya dari Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan berasal dari tahun 907 Masehi. Prasasti Mantyasih berisi daftar raja-raja Mataram Kuno yang memerintah sebelum Rakai Watukura Dyah Balitung, raja yang mengeluarkan prasasti tersebut. Daftar raja-raja ini sangat penting untuk merekonstruksi sejarah Kerajaan Mataram Kuno dan mengetahui silsilah raja-raja yang pernah berkuasa.
Prasasti Balitung: Penetapan Sima dan Peraturan Pajak
Prasasti Balitung, yang dikeluarkan oleh Rakai Watukura Dyah Balitung, berisi tentang penetapan sima (tanah bebas pajak) dan peraturan pajak di wilayah Mataram Kuno. Prasasti ini memberikan informasi tentang sistem pemerintahan dan ekonomi kerajaan, serta hubungan antara raja dan masyarakat. Prasasti Balitung juga menyebutkan tentang berbagai jenis pajak yang dikenakan pada masyarakat, seperti pajak tanah, pajak perdagangan, dan pajak hasil bumi.
Prasasti-Prasasti Lainnya: Ragam Informasi tentang Mataram Kuno
Selain prasasti-prasasti yang telah disebutkan di atas, terdapat banyak prasasti lainnya yang memberikan informasi tentang berbagai aspek kehidupan di Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti Kalasan, misalnya, menceritakan tentang pembangunan Candi Kalasan dan pemberian tanah kepada para biksu Buddha. Prasasti Kayumwungan menceritakan tentang pembangunan sebuah bendungan untuk mengairi sawah. Prasasti Wanua Tengah III menceritakan tentang penetapan batas wilayah dan peraturan tentang penggunaan air. Melalui prasasti-prasasti ini, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang sejarah, pemerintahan, sosial, dan ekonomi masyarakat Mataram Kuno.
Artefak dan Benda-Benda Kuno: Bukti Kehidupan Sehari-hari Masyarakat Mataram Kuno
Selain peninggalan arsitektur dan prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga meninggalkan berbagai artefak dan benda-benda kuno yang menjadi bukti kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa itu. Artefak-artefak ini ditemukan di berbagai situs arkeologi dan museum, dan memberikan informasi tentang teknologi, seni, kerajinan, dan kepercayaan masyarakat Mataram Kuno.
Arca dan Patung: Representasi Dewa dan Tokoh Penting
Arca dan patung merupakan salah satu jenis artefak yang paling banyak ditemukan dari Kerajaan Mataram Kuno. Arca-arca ini terbuat dari berbagai bahan, seperti batu, perunggu, dan emas, dan menggambarkan dewa-dewi Hindu dan Buddha, serta tokoh-tokoh penting dalam sejarah kerajaan. Arca-arca ini bukan hanya sekadar karya seni, tetapi juga merupakan representasi dari kepercayaan dan ideologi masyarakat Mataram Kuno.
Keramik dan Gerabah: Bukti Keterampilan Kerajinan
Keramik dan gerabah juga merupakan artefak yang umum ditemukan dari Kerajaan Mataram Kuno. Keramik dan gerabah ini digunakan untuk berbagai keperluan, seperti wadah makanan dan minuman, peralatan memasak, dan hiasan rumah. Keramik dan gerabah Mataram Kuno memiliki berbagai bentuk dan motif yang unik, mencerminkan keterampilan kerajinan dan estetika masyarakat pada masa itu.
Perhiasan dan Aksesori: Simbol Status dan Keindahan
Perhiasan dan aksesori juga merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Mataram Kuno. Perhiasan dan aksesori ini terbuat dari berbagai bahan, seperti emas, perak, perunggu, dan batu mulia, dan digunakan sebagai simbol status, keindahan, dan perlindungan. Perhiasan dan aksesori Mataram Kuno memiliki desain yang rumit dan indah, mencerminkan kekayaan dan kemakmuran kerajaan.
Senjata dan Peralatan: Bukti Teknologi dan Kehidupan Sehari-hari
Senjata dan peralatan juga merupakan artefak yang penting untuk memahami kehidupan masyarakat Mataram Kuno. Senjata-senjata seperti keris, pedang, dan tombak digunakan untuk berperang dan berburu, sedangkan peralatan seperti alat pertanian, alat pertukangan, dan alat rumah tangga digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Senjata dan peralatan Mataram Kuno menunjukkan tingkat teknologi dan keterampilan masyarakat pada masa itu.
Sistem Kepercayaan dan Agama: Sinkretisme Hindu-Buddha
Kerajaan Mataram Kuno dikenal dengan sistem kepercayaan dan agama yang unik, yaitu sinkretisme antara agama Hindu dan Buddha. Sinkretisme ini tercermin dalam peninggalan-peninggalan arsitektur, prasasti, dan artefak yang ditemukan dari masa Mataram Kuno. Candi Borobudur, yang merupakan candi Buddha, dan Candi Prambanan, yang merupakan candi Hindu, berdiri berdampingan sebagai simbol toleransi dan harmoni antar agama pada masa itu.
Pengaruh Hindu: Trimurti dan Dewa-Dewi Hindu
Agama Hindu memiliki pengaruh yang kuat dalam sistem kepercayaan masyarakat Mataram Kuno. Trimurti, tiga dewa utama dalam agama Hindu (Brahma, Wisnu, dan Siwa), sangat dihormati dan dipuja. Selain itu, dewa-dewi Hindu lainnya, seperti Durga, Ganesha, dan Saraswati, juga memiliki peran penting dalam kepercayaan masyarakat Mataram Kuno.
Pengaruh Buddha: Ajaran Dharma dan Bodhisattva
Agama Buddha juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam sistem kepercayaan masyarakat Mataram Kuno. Ajaran Dharma, yang merupakan ajaran utama dalam agama Buddha, dipelajari dan diamalkan oleh masyarakat Mataram Kuno. Selain itu, Bodhisattva, makhluk yang telah mencapai pencerahan namun memilih untuk tetap berada di dunia untuk membantu orang lain, juga sangat dihormati dan dipuja.
Sinkretisme Hindu-Buddha: Harmoni dalam Keberagaman
Sinkretisme antara agama Hindu dan Buddha di Kerajaan Mataram Kuno menciptakan sistem kepercayaan yang unik dan harmonis. Masyarakat Mataram Kuno tidak membedakan antara kedua agama tersebut, dan mereka mempraktikkan ajaran-ajaran dari kedua agama secara bersamaan. Sinkretisme ini tercermin dalam arsitektur candi, di mana unsur-unsur Hindu dan Buddha seringkali digabungkan dalam satu bangunan. Prasasti-prasasti juga menunjukkan adanya toleransi dan kerjasama antara umat Hindu dan Buddha dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan.
Kehidupan Sosial dan Ekonomi: Masyarakat Agraris yang Maju
Masyarakat Kerajaan Mataram Kuno adalah masyarakat agraris yang maju. Pertanian merupakan tulang punggung perekonomian kerajaan, dan masyarakat Mataram Kuno sangat terampil dalam mengelola lahan pertanian dan menghasilkan berbagai jenis tanaman. Selain pertanian, perdagangan juga memainkan peran penting dalam perekonomian kerajaan. Mataram Kuno menjalin hubungan dagang dengan berbagai wilayah di Nusantara dan bahkan dengan negara-negara asing.
Pertanian: Tulang Punggung Perekonomian
Pertanian merupakan sektor ekonomi yang paling penting di Kerajaan Mataram Kuno. Masyarakat Mataram Kuno menanam berbagai jenis tanaman, seperti padi, jagung, umbi-umbian, dan buah-buahan. Mereka juga mengembangkan sistem irigasi yang canggih untuk mengairi sawah dan ladang. Hasil pertanian tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi juga untuk diperdagangkan dengan wilayah lain.
Perdagangan: Hubungan dengan Wilayah Lain
Perdagangan juga merupakan sektor ekonomi yang penting di Kerajaan Mataram Kuno. Mataram Kuno menjalin hubungan dagang dengan berbagai wilayah di Nusantara, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Mereka juga menjalin hubungan dagang dengan negara-negara asing, seperti India, Tiongkok, dan Arab. Barang-barang yang diperdagangkan antara lain adalah hasil pertanian, hasil kerajinan, dan rempah-rempah.
Struktur Sosial: Hierarki dan Peran Masyarakat
Masyarakat Kerajaan Mataram Kuno memiliki struktur sosial yang hierarkis. Raja berada di puncak hierarki, diikuti oleh para bangsawan, pendeta, dan pejabat kerajaan. Di bawah mereka terdapat masyarakat biasa, seperti petani, pedagang, dan pengrajin. Setiap lapisan masyarakat memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing dalam kehidupan kerajaan.
Warisan Budaya yang Tak Ternilai Harganya
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya bagi bangsa Indonesia. Candi Borobudur dan Candi Prambanan telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO, dan menjadi daya tarik wisata yang populer bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Prasasti-prasasti kuno dan artefak-artefak lainnya menjadi sumber informasi yang berharga untuk memahami sejarah dan peradaban Mataram Kuno. Warisan budaya Mataram Kuno juga menginspirasi seni, budaya, dan pendidikan di Indonesia.
Pelestarian dan Pengembangan: Tanggung Jawab Bersama
Pelestarian dan pengembangan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno merupakan tanggung jawab bersama seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta perlu bekerja sama untuk menjaga dan melestarikan peninggalan-peninggalan tersebut agar tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Selain itu, perlu dilakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk mengungkap lebih banyak informasi tentang sejarah dan peradaban Mataram Kuno.
Inspirasi untuk Masa Depan: Belajar dari Sejarah
Warisan budaya Kerajaan Mataram Kuno dapat menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia untuk membangun masa depan yang lebih baik. Nilai-nilai toleransi, harmoni, dan kerjasama yang tercermin dalam sejarah Mataram Kuno dapat menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia untuk hidup berdampingan secara damai dan membangun bangsa yang maju dan sejahtera. Dengan belajar dari sejarah, kita dapat menghindari kesalahan masa lalu dan membangun masa depan yang lebih cerah. (Z-4)