
KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan akibat aksi premanisme dari organisasi kemasyarakatan (ormas) membuat investor enggan menanamkan modal di Indonesia.
Ia mengaku menangkap banyak keluhan dan keresahan dari para pelaku usaha atas ulah oknum ormas. Katanya, modusnya bermacam-macam dari mulai pungutan liar, uang keamanan, jatah proyek, dan lainnya.
Hal-hal tersebut membuat investor tidak nyaman berinvestasi di Indonesia.
"Sehingga, investasi yang masuk ke Indonesia hilang karena ketidakpastian berusaha," ujar Shinta kepada Media Indonesia, Senin (17/3).
Ulah oknum ormas yang meresahkan, katanya, juga menyebabkan gangguan keamanan dan menghambat operasional suatu industri. Gangguan yang muncul akibat tindakan semacam ini dapat memicu peningkatan biaya berusaha karena ketidakpastian dalam berbisnis. Investor pun dirugikan.
"Hitungan kerugian terbesar dari tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh para pelaku usaha," ucapnya.
Ketua Umum Apindo itu menegaskan jika kondisi tersebut dibiarkan, kondisi ini berpotensi menurunkan daya saing Indonesia sebagai tujuan investasi. Ia mendorong pemerintah untuk mengambil langkah tegas dalam mengatasi masalah ini, termasuk dengan menertibkan gangguan yang dapat membuat investor lari dari Indonesia.
Menurutnya, diperlukan sinergi antara pemerintah, aparat penegak hukum, serta pemangku kepentingan industri untuk memastikan adanya kepastian hukum dan rasa aman bagi dunia usaha.
Apindo juga mendorong adanya dialog yang lebih intensif antara pemerintah dan sektor industri untuk mencari solusi terbaik demi menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif di Indonesia.
"Kami percaya, ketika iklim investasi ini diperbaiki, hambatan dan biaya berbisnis di Indonesia dapat diturunkan, maka lapangan pekerjaan dapat meningkat," pungkas Shinta. (H-4)