
OTORITAS Gereja Katolik tengah mempersiapkan konklaf kepausan berikutnya pada Rabu (7/5). Pakar Vatikan mengatakan bahwa para kardinal berada di bawah tekanan untuk memilih seorang paus yang mampu menjembatani perpecahan yang semakin besar antara sayap reformis dan konservatif Gereja.
Masa berkabung atas meninggalnya Paus Fransiskus sejak 21 April berakhir pada 4 Mei. Kini, semua mata tertuju pada Dewan Kardinal yang akan berkumpul di Kapel Sistina pada Rabu, 7 Mei untuk memilih paus berikutnya.
"Ini adalah pertemuan yang sangat dramatis," kata jurnalis dan penulis Italia Marco Politi kepada Anadolu dilansir Selasa (6/5).
"Gereja tidak pernah terpecah belah seperti sekarang dalam 50 tahun terakhir," sebutnya.
Politi mengatakan bahwa kepausan reformis Paus Fransiskus, yang ditandai dengan penjangkauan ke masyarakat terpinggirkan dan dorongan untuk transparansi dan akuntabilitas, menghadapi perlawanan terus-menerus dari faksi-faksi ultra-konservatif.
Dalam pesan publik terakhirnya sebelum kematiannya, Fransiskus mengakui ketegangan ini dan mendesak persatuan yang menyeluruh.
Politi menambahkan bahwa setelah satu dekade penolakan internal, Paus berikutnya haruslah seseorang yang dapat membawa persatuan, meskipun ia memperingatkan bahwa para kardinal — khususnya mereka yang berasal dari luar Eropa — sering kali tidak memiliki ikatan pribadi yang kuat, sehingga mempersulit konsensus.
Nama-nama yang disebut dalam lingkaran Vatikan antara lain Kardinal Pietro Parolin, Patriark Pierbattista Pizzaballa, dan Kardinal Matteo Maria Zuppi.
Politi mencatat bahwa sebelum keputusan apa pun dibuat, para kardinal harus terlebih dahulu menyetujui tema dan prioritas yang akan membentuk arah Gereja.
Sementara itu, Jurnalis Italia Giovanna Chirri, yang mengabarkan berita pengunduran diri Paus Benediktus XVI pada tahun 2013, mengatakan konklaf tersebut merupakan momen yang sangat penting.
“Paus berikutnya harus meneruskan warisan Fransiskus sambil juga menyatukan berbagai faksi,” kata Chirri.
Ia menambahkan bahwa meskipun pembalikan total reformasi Fransiskus tidak mungkin terjadi, Paus baru mungkin akan mengadopsi nada yang lebih mendamaikan dan gaya yang tidak terlalu tegas.
“Jika dalam pertemuan itu mereka berhasil mencapai kesepakatan tentang masalah yang akan dibahas, maka mereka dapat segera menemukan nama,” tambah Chirri.
"Itu bisa berlangsung hingga 3–4 hari. Namun, saya kira tidak akan lebih lama dari itu," pungkasnya. (Fer/I-1)