
SELAMA ini, obesitas sering dikaitkan dengan tingginya asupan kalori dan kurangnya aktivitas fisik. Namun, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa pola makan ternyata lebih dominan sebagai pemicu obesitas dibandingkan tingkat aktivitas harian.
Studi yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) ini menganalisis pengeluaran energi harian pada orang dewasa dari 34 populasi di enam benua. Pengeluaran ini mencakup berbagai gaya hidup dan tingkat perkembangan ekonomi.
Hasilnya menunjukkan pengeluaran energi harian relatif sama, baik pada masyarakat modern di negara maju maupun pada komunitas tradisional seperti pemburu-peramu dan petani. Artinya, meski aktivitas fisik lebih tinggi, tubuh akan menyesuaikan diri dan mengurangi pengeluaran energi untuk fungsi lain agar tetap stabil.
“Ketika kita lebih banyak membakar energi untuk olahraga, tubuh akan menyeimbangkan dengan mengurangi penggunaan energi pada proses lain yang tidak kita sadari,” jelas Herman Pontzer, profesor biologi dan kesehatan global, dikutip dari NPR.
Faktor Utama: Makanan Ultra-Proses
Karena aktivitas fisik dan pengeluaran energi tidak jauh berbeda antar populasi, pola makan menjadi faktor penentu. Peneliti menyoroti tingginya konsumsi makanan ultra-proses sebagai pemicu utama obesitas.
Semakin besar porsi makanan ultra-proses dalam konsumsi harian, semakin tinggi risiko obesitas. Sebaliknya, pola makan berbasis makanan utuh (whole foods) dinilai lebih efektif untuk mencegah penambahan berat badan berlebih.
Pontzer menegaskan, ini bukan berarti olahraga tidak penting. Namun, menjaga pola makan sehat tetap menjadi kunci utama untuk mengatasi obesitas. (The Guardian/Z-2)