Pementasan Drama “Masyitoh”, “Tikungan Iblis”, dan “Iblis” dalam Pekan Apresiasi Sastra dan Drama (Pestarama) #10

4 hours ago 3
Pementasan Drama “Masyitoh”, “Tikungan Iblis”, dan “Iblis” dalam Pekan Apresiasi Sastra dan Drama (Pestarama) #10 Ilustrasi(Dok UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

PROGRAM Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menggelar Pekan Apresiasi Sastra dan Drama (Pestarama) #10 yang diselenggarakan selama 3 hari, pada tanggal 20 Mei 2025 – 22 Mei 2025 di Bulungan Theater Building, Jakarta Selatan. Kegiatan ini bertujuan sebagai wadah bagi mahasiswa semester 6 untuk menyalurkan kreativitas sekaligus mengapresiasi karya sastra dan seni teater.  
'
Tahun ini, Pestarama mengangkat tema Relung Langkah Budayawan Muslim Indonesia #2 sebagai bentuk penghormatan terhadap kontribusi  budayawan muslim dalam dunia sastra Indonesia. 

Sebagai rangkaian utama, pada Pestarama #10 dipentaskan tiga drama karya sastrawan besar Indonesia, yaitu Masyitoh karya Ajip Rosidi, Iblis karya Mohammad Diponegoro, dan Tikungan Iblis karya Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). 

Para penulis naskah merupakan budayawan dan sastrawan Indonesia yang sangat berpengaruh. Mereka dikenal melalui karya-karya yang sarat dengan nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan kritik sosial, yang memberikan kontribusi signifikan pada dunia sastra dan budaya Indonesia. Karya-karya mereka mencerminkan kedalaman pemikiran dan kepedulian terhadap isu-isu sosial dan spiritual yang relevan dengan masyarakat Indonesia.

Pementasan drama pertama yang berjudul Masyitoh karya Ajip Rosidi yang dipentaskan tanggal 20 Mei mengangkat kisah keteguhan seorang perempuan bernama Masyitoh dalam mempertahankan keimanannya kepada Allah di tengah tirani kekuasaan Fir’aun. Dengan latar spiritual yang kuat, pementasan ini mendapat apresiasi tinggi dari penonton berkat penghayatan mendalam para pemain menggugah emosi dan menyampaikan pesan moral tentang keberanian dalam mempertahankan prinsip hidup. 

Selanjutnya pementasan drama kedua yang berjudul Tikungan Iblis karya Emha Ainun Nadjib yang dipentaskan tanggal 21 Mei 2025 menyoroti peran iblis dalam kehidupan manusia sebagai ujian, bukan sekadar kambing hitam atas kesalahan manusia. Melalui tokoh Smarabhumi, pementasan ini menyindir realitas sosial-politik Indonesia, menyoroti kemunafikan, manipulasi kekuasaan, dan persoalan ekonomi yang dihadapi masyarakat. 

Dengan gaya satir dan simbolik, Tikungan Iblis mengajak penonton untuk melakukan refleksi diri dan tidak mudah menyalahkan pihak lain atas kegagalan pribadi maupun sosial.

Dan pementasan terakhir karya Mohammad Diponegoro yang berjudul Iblis yang berlangsung pada tanggal 22 Mei 2025 menceritakan kisah Ibrahim dan keluarganya dalam menghadapi ujian keimanan ketika diperintahkan Allah untuk menyembelih Ismail. Iblis berusaha menggoda Siti Hajar, Ibrahim, dan Ismail, namun keteguhan iman mereka membuat Iblis tak berdaya. Pementasan ini menegaskan pentingnya keimanan dan ketaatan dalam menghadapi godaan serta tantangan hidup.

Pementasan selama 3 hari tersebut berhasil menarik perhatian sekitar 800 orang penonton dari berbagai kalangan, termasuk dosen, mahasiswa, alumni, serta masyarakat umum. Ketiga pertunjukan mendapatkan apresiasi tinggi atas penggarapan artistik, kedalaman pesan, serta totalitas para pemain.

Sebagai pelengkap rangkaian Pestarama #10, diselenggarakan pameran karya sastra yakni pameran karya tulis dan dokumentasi dari para penulis naskah dan tim produksi. Pameran ini menjadi ruang refleksi terhadap proses kreatif serta kontribusi intelektual mahasiswa dalam menyuarakan nilai budaya, spiritualitas, dan kemanusiaan melalui karya drama. 

Keberhasilan pelaksanaan Pementasan Drama Masyitoh, Tikungan Iblis, dan Iblis dalam rangka Pestarama #10 ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, baik dari civitas akademika, alumni, maupun masyarakat luas. 

Kegiatan ini terbukti memiliki urgensi yang tinggi sebagai wadah pengembangan softskill mahasiswa, khususnya dalam bidang pertunjukan dan pementasan. Melalui proses kreatif, kerja sama tim, pengelolaan produksi, serta penghayatan peran, mahasiswa PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memperoleh pengalaman nyata yang sangat bermanfaat sebagai bekal menjadi calon guru bahasa dan sastra Indonesia yang profesional dan inspiratif.

Tradisi Pestarama tidak hanya memperkuat apresiasi terhadap karya sastra dan seni teater, tetapi juga membentuk karakter, kreativitas, dan kompetensi mahasiswa dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan. (H-2)
 

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |