
PENASIHAT Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Michael Waltz — atau pejabat tinggi lainnya — dianggap sebagai pihak yang mungkin bertanggung jawab atas kebocoran yang tidak disengaja tentang serangan udara AS di Yaman.
Hal itu diutarakan sejumlah orang dalam (ordal) di Gedung Putih yang mengatakan kepada Politico, seperti dilansir Russia Today, Selasa (25/3) waktu setempat.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada Senin (24/3), jurnalis The Atlantic Jeffrey Goldberg mengungkap sebuah berita yang merinci dugaan percakapan di antara anggota senior pemerintahan Presiden Donald Trump mengenai strategi militer melawan kelompok bersenjata Houthi di Yaman, sekutu Iran.
Dalam artikel tersebut, Goldberg mengeklaim telah memperoleh akses ke obrolan grup di aplikasi pesan terenkripsi Signal dari pengguna yang diidentifikasi sebagai ‘Mike Waltz’.
Obrolan bertajuk "Houthi PC small group" tersebut dilaporkan melibatkan Wakil Presiden J.D. Vance, Menteri Pertahanan Pete Hegseth, Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard, dan anggota kabinet lainnya.
"Semua orang di Gedung Putih bisa sepakat pada satu hal: Mike Waltz adalah orang bodoh," kata seorang sumber anonim yang dikutip oleh Politico.
"Setengah dari mereka (mengatakan) bahwa dia (Waltz) tidak akan bisa dipertahankan atau seharusnya tidak dipertahankan," kata pejabat Gedung Putih lain kepada outlet tersebut.
"Sangat ceroboh karena tidak memeriksa siapa yang ada di utas tersebut. Sangat ceroboh karena melakukan percakapan itu di Signal. Anda tidak boleh bersikap ceroboh sebagai penasihat keamanan nasional."
Sumber lain mengindikasikan bahwa dampaknya akan sangat bergantung pada reaksi Presiden Donald Trump terhadap insiden tersebut dan bahwa Vance atau Hegseth mungkin akan mendapat dampak buruk atas pernyataan mereka dalam obrolan grup tersebut.
Hegseth telah mengecilkan kebocoran tersebut, mencap Goldberg sebagai wartawan yang suka menipu dan sangat tidak dipercaya yang berprofesi sebagai penyebar berita bohong.
Ia juga membantah telah mengirimkan rencana perang Yaman kepada Goldberg, menolak klaim yang dibuat dalam artikel tersebut. (Politico/Russia Today/B-3)