OJK: Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat

7 hours ago 1
 Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat Ilustrasi(Dok OJK)

PERTUMBUHAN kredit pada April 2025 mencapai 9,16% secara tahunan (year on year/yoy) dengan nilai Rp7.908 triliun. Kendati relatif positif, angka pertumbuhan tersebut melambat dari bulan sebelumnya yang tercatat 10,30% (yoy). 

"Pada Maret 2025 pertumbuhan kredit masih melanjutkan pertumbuhan sebesar 9,16% yoy," kata Anggota Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae melalui konferensi pers secara daring, Jumat (9/5).

Laju pertumbuhan kredit tersebut dapat dilihat dari penggunaannya. Data OJK menunjukkan kredit investasi menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan 13,36%, diikuti kredit konsumsi 9,32%, dan kredit modal kerja hanya 6,51%.

Kredit Korporasi Tumbuh

Dari sisi kepemilikan, bank BUMN mendorong pertumbuhan kredit sebesar 9,54% secara tahunan. Sementara dari sisi debitur, kredit korporasi tumbuh cukup tinggi di angka 13,52%, namun kredit kepada UMKM hanya tumbuh 1,91%.

"Kredit usaha kecil tumbuh tertinggi sebesar 8,65% di tengah upaya perbankan yang fokus pada pemulihan kualitas kredit UMKM," terang Dian. 

Kinerja kredit dari kantor perwakilan bank luar negeri (offshore loan) mencatatkan peningkatan sebesar 44,65% menjadi Rp327,67 triliun, menunjukkan meningkatnya peran pembiayaan eksternal. Meski demikian, pertumbuhan kredit secara agregat masih melambat seiring kehati-hatian bank dalam menyalurkan pembiayaan.

Tekanan Kualitas Aset

Di tengah tren melambatnya kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh moderat sebesar 4,75% (yoy) menjadi Rp9.010 triliun, melambat dari pertumbuhan Februari sebesar 5,75%. Komponen giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh 4,01%, 7,74%, dan 4,75%.

Likuiditas perbankan juga dinilai terjaga dengan baik. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) tercatat sebesar 26,22% dan likuiditas terhadap dana non-inti (AL/NCD) sebesar 116,05%, masih jauh di atas ambang batas minimum masing-masing sebesar 10% dan 50%.

Namun demikian, kualitas aset menunjukkan adanya tekanan. "Rasio NPL gross sebesar 2,71% pada Maret 2025, naik dari Februari sebelumnya sebesar 2,22,%," kata Dian.

Rasio NPL net berada di 0,80%, sedangkan Loan at Risk (LAR) tercatat 9,86%, lebih tinggi dari Februari namun masih lebih rendah dibanding Maret 2024 yang mencapai 13,94%.

Kendati demikian, permodalan perbankan tetap kuat, tercermin dari Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,43%. Ini dinilai menjadi bantalan penting dalam menghadapi ketidakpastian global. (H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |