
KEPALA Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae memprediksi industri nonmigas berprospek cerah di tengah ketidakpastian global yang dipicu perang tarif oleh Amerika Serikat (AS).
Hal ini, katanya, dilihat dari peningkatan permintaan elektronik dan industri otomotif global. Sementara, Indonesia memiliki prospek pada pengembangan semikonduktor mulai dari pertambangan silika, tembaga, bauksit, emas, pengolahan, pembuatan, hingga fabrikasi semikonduktor.
"Ke depannya, industri nonmigas memiliki prospek yang baik apabila mampu dikembangkan dengan baik pula," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (28/4).
Dian menyoroti komoditas nonmigas nikel yang dinilai menjadi hot commodity, atau komoditas yang sedang sangat dicari atau diminati terkait pengembangan kendaraan listrik (EV). Nikel sendiri menjadi bahan utama baterai litium EV dan Indonesia merupakan penghasil nikel terbesar. Indonesia disebut memiliki peran dan peluang pengembangan melalui proses hilirisasi nikel.
"Ini dapat dimulai dari proses penambangan, pembangunan smelter, produksi dan perakitan baterai serta daur ulang baterai," imbuhnya.
Selain itu, Dian juga menyoroti sektor nonmigas lainnya, yaitu tekstil dan produk tekstil (TPT). Industri ini dinilai memiliki prospek yang menjanjikan sebagaimana tecermin dari peningkatan realisasi investasi di sektor TPT. Yakni, mencapai Rp39,21 triliun pada 2024, naik 31,1% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp29,92 triliun.
Selain itu, pada kuartal I 2025, OJK mencatat sebanyak empat perusahaan di sektor tekstil dan pakaian jadi telah mengantongi Surat Keterangan Usaha (SKU) dengan nilai investasi keseluruhan mencapai Rp304,43 miliar.
"Secara umum, perkembangan industri TPT di Indonesia masih cukup menjanjikan dilihat dari meningkatnya realisasi investasi," ungkap Dian.
Industri TPT, lanjutnya, juga menyerap 3,87 juta tenaga kerja atau 20,51% terhadap total serapan tenaga kerja sektor manufaktur. Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor TPT mencapai US$1,02 miliar per Februari 25 atau naik 1,41% secara bulanan.
Kemudian, OJK juga mencatat pembiayaan kredit perbankan kepada industri pengolahan TPT pada Februari 2025 yang sebesar Rp103,54 triliun. Meningkat 0,19% secara tahunan (yoy) dibandingkan Februari 2024. Dilihat secara lebih rinci, kredit pengolahan kulit dan alas kaki masih mencatatkan pertumbuhan yang tinggi, masing-masing 14,14% dan 3,54%, (yoy).
Dian menegaskan diperlukan dukungan stakeholders dan sinergi perbankan untuk mendukung pengembangan industri TPT dengan tetap mengedepankan manajemen risiko yang baik dan terukur serta prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit. (Ins/E-1)