
MENTERI Kehutanan Republik Indonesia, Raja Juli Antoni, melakukan kunjungan kerja ke Desa Rancasalak, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Sabtu (10/5). Kunjungan tersebut, dilakukan bertujuan untuk meninjau langsung pengolahan kopi agroforestri oleh Kelompok Perhutani Sosial Mitra Paguyuban Tani Sunda Hejo.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Haeruman mengatakan, kopi merupakan komoditas perkebunan menjadi perhatian pemerintah daerah dan selama ini terus memberikan bantuan kepada kelompok tani, baik di lahan milik maupun perhutanan sosial. Namun, pelestarian aren sebagai tanaman pengikat air dan menjadi potensi ekonomi dari limbah kopi berupa kasarah (kulit buah kopi) dan kulit ari kopi.
"Kami sudah membantu petani kelompok termasuk kelompok lain di perhutanan sosial dan sistem penanaman kopi yang optimal hingga pengalaman membantu pengembangan kopi di berbagai wilayah," katanya, Minggu (11/5/2025).
Ia mengatakan, selama ini sudah 20 tahun lebih dari 8 juta pohon terutama membantu dalam mengembangkan kopi dan sekarang alhamdulillah taraf kehidupan petani lebih meningkat dan pentingnya penguatan kelembagaan petani kopi agar bersatu dan bekerja sama meningkatkan produksi dan kualitas kopi.
"Kami menekankan pentingnya penguatan kelembagaan petani kopi di wilayahnya agar dapat bersatu dan bekerja sama untuk meningkatkan produksi termasuk kualitas. Karena, komoditas perkebunan menjadi perhatian pemerintah daerah dan selama ini memberikan bantuan kepada kelompok tani, baik di lahan milik maupun perhutanan sosial," ujarnya.
Tingkatkan Cara Produksi Kopi
Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni mengatakan, keinginannya untuk meningkatkan produktivitas kopi melalui model agroforestri dan selama ini menyoroti pentingnya peran intermediary yang kredibel dalam perdagangan kopi, sehingga keuntungan dapat dibagi secara adil dengan para petani. Namun, tugas kelompok kerja yang dibentuk membuka akses pasar Internasional terutama bagi kopi Indonesia dan konsumen saat ini tidak hanya memperhatikan rasa, tapi juga asal dan cara produksi kopi.
"Kalau kita memiliki intermediary yang kredibel, tentu yang namanya dagang harus mendapatkan keuntungan, namun berbagi keuntungannya lebih baik dengan petani. Khususnya teruntuk kopi, sekarang orang lebih tidak hanya soal rasa, tapi asal dari mana dan cara memproduksinya juga seperti apa meski secara nasional bisa meningkat serta kesejahteraan petani lebih baik dengan hutan tetap lestari," katanya.
Menurunya, pihaknya mengajak semua pihak bekerja sama dalam memperluas lahan perhutanan sosial dan meningkatkan produktivitas kopi dan model agroforestri diharapkan ke depan dapat meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus menjaga kelestarian hutan. Namun, menekankan pentingnya kekompakan kelompok tani dalam mengelola usaha kopi harus secara bersama-sama dan optimisme atas potensi pengembangan kopi agroforestri di Indonesia.
"Yang kaya ini bukan yang dagang di ujung dan tengah, tapi juga ada para petaninya, tentu orang dagang pengen memiliki keuntungan, tapi bagaimana tata kelola kita terurus agar kesejahteraannya lebih maksimum dan para petani dengan cara mengkoordinasi diri. Kami berharap agar dapat memberikan dorongan terutama bagi pengembangan kopi agroforestri di Garut dan wilayah lainnnya di Indonesia, serta meningkatkan kesejahteraan petani agar menjaga kelestarian hutan," pungkasnya.(H-2)