Hamas Sepakat Bebaskan Sandera Israel-AS Terakhir di Gaza

2 weeks ago 19
Portal Info Live Petang Jitu Terbaru
Hamas Sepakat Bebaskan Sandera Israel-AS Terakhir di Gaza Pembebasan sandera Israel dari Hamas ke tim Palang Merah di Jabalia pada 30 Januari 2025.(AFP)

KELOMPOK pejuang Hamas mengatakan akan membebaskan sandera warga Israel-Amerika Serikat (AS) terakhir yang masih hidup di Gaza, Palestina.

Keputusan ini disepakati setelah kelompok pejuang Hamas berunding  dengan AS, dan sebagai bagian dari upaya mencapai gencatan senjata di Gaza.

Hamas mengatakan bahwa sebagai bagian dari upaya yang dilakukan oleh para mediator untuk mencapai gencatan senjata, mereka telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah AS selama beberapa hari terakhir dan menyatakan kesepakatan tingkat positif yang tinggi.

Dilaporkan Anadolu, Senin (12/5), warga Israel-AS Idan Alexander, seorang prajurit yang bertugas di unit infanteri elit di perbatasan Gaza. Dia satu-satunya sandera Amerika yang tersisa di Gaza yang masih hidup.

Pembebasannya, kata pernyataan itu, akan menjadi salah satu dari beberapa langkah untuk memfasilitasi gencatan senjata, membuka kembali penyeberangan perbatasan dan mengizinkan bantuan kemanusiaan serta pasokan bantuan ke Jalur Gaza.

Hamas juga menyatakan kesediaannya untuk memasuki negosiasi segera dan intensif yang bertujuan mencapai kesepakatan gencatan senjata final, pertukaran tahanan yang disepakati bersama dan pembentukan badan profesional independen untuk memerintah Gaza.

Kelompok Hamas mengatakan bahwa kerangka kerja seperti itu akan membantu memastikan ketenangan dan stabilitas jangka panjang di samping rekonstruksi dan pencabutan blokade Israel.

Hamas juga memuji upaya mediasi yang sedang berlangsung oleh Qatar dan Mesir serta Turki.

Israel memperkirakan bahwa 59 tawanan masih berada di Gaza, termasuk 21 orang yang diyakini masih hidup.

Sementara itu, lebih dari 9.900 warga Palestina dipenjara di Israel, di mana kelompok-kelompok hak asasi manusia melaporkan penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis yang meluas, yang mengakibatkan beberapa kematian.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa AS memberi tahu Israel tentang niat Hamas untuk membebaskan Alexander sebagai tanda niat baik kepada Washington dan tanpa syarat atau imbalan apa pun.

Kantor Netanyahu menambahkan langkah itu diharapkan akan mengarah pada negosiasi mengenai pembebasan tawanan tambahan berdasarkan proposal awal dari utusan khusus Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, yang sebelumnya disetujui Israel.

Pernyataan itu menegaskan bahwa Israel sedang mempersiapkan kemungkinan pembebasan itu akan terjadi.

“Sesuai dengan kebijakan Israel, negosiasi akan dilakukan di bawah tembakan, dengan komitmen penuh untuk mencapai semua tujuan perang,” katanya.

Belum ada tanggapan langsung dari pejabat AS atau Palestina mengenai pernyataan tersebut.

Situs berita Israel Walla mengutip pejabat Israel yang mengatakan bahwa Tel Aviv berkewajiban menerapkan gencatan senjata sementara untuk memastikan pembebasan Alexander.

Harian Israel Hayom melaporkan bahwa gencatan senjata diperkirakan hanya berlangsung beberapa jam.

Dikatakan juga bahwa Israel akan mengizinkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza sebagai bagian dari pengaturan pembebasan Alexander, yang diharapkan akan berlangsung dalam 48 jam ke depan.

Mengutip sumber Israel yang tidak disebutkan namanya, Israel Hayom mengatakan Tel Aviv akan membuka penyeberangan perbatasan untuk memfasilitasi pengiriman bantuan ke Gaza sebagai bagian dari proses tersebut, sementara juga menyatakan bahwa tidak ada tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai imbalan atas Alexander.

Channel 13 melaporkan bahwa Israel bukan merupakan pihak dalam perjanjian tersebut dan hanya diberitahu setelah kesepakatan dikoordinasikan.

Channel 12, mengutip sumber Israel yang tidak disebutkan namanya, juga melaporkan bahwa beberapa hari terakhir muncul tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Hamas dapat membebaskan Alexander, meskipun Israel tidak terlibat dalam negosiasi tersebut.

Perilisan yang ditunggu-tunggu ini dilakukan menjelang jadwal lawatan Trump ke Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab mulai Selasa hingga Jumat. Rencana perjalanan tersebut tidak termasuk kunjungan ke Israel.

Perjalanan tersebut dilakukan di tengah laporan meningkatnya ketegangan antara Trump dan Netanyahu, termasuk tuduhan bahwa Trump telah memutus komunikasi langsung karena ada kecurigaan bahwa Netanyahu memanipulasi pemerintah AS.

Usulan Witkoff pada Maret lalu, mencakup pembebasan lima tawanan Israel dengan imbalan gencatan senjata selama 50 hari, pembebasan tahanan Palestina, pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza dan dimulainya negosiasi untuk tahap kedua, menurut outlet media Israel.

Hamas sebelumnya mengatakan pihaknya tidak menolak rencana Witkoff dan menuduh Netanyahu memulai kembali perang untuk menyabotase perjanjian tersebut.

Lebih dari 52.800 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut. (Fer/I-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |