
GUBUK tua di Desa Golo Langkok, Beokina, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, menjadi saksi peristiwa kelahiran seorang anak dengan sehat dan selamat, tepat 8 Juli 1978, yang kemudian diberi nama Hieronimus Canggung Darong. Iron, demikian sapaan anak pertama dari tujuh bersaudara, bukti cinta dan kesetiaan Romanus Dama dan Sobina Lemong.
Sebagai gerbang penyempurnaan kebahagiaan keluarga, Iron mendapat perhatian dan kasih sayang penuh dari Romanus dan Sobina. Seluruh diri kedua orangtua diberikan hanya untuk perkembangan dan pertumbuhan kehidupan Iron. Romanus memiliki keyakinan bahwa perhatian dan kasih sayang orangtua menjadi nilai dasar dan bekal kehidupan bagi Iron kelak sudah dewasa.
Kehidupan masa kecil Iron dilalui dan dinikmati bersama orangtua dan sanak keluarga di pedesaan Golo Langkok yang sangat asri, damai, dan alamnya masih terjaga sangat baik. Cerita Romanus, Iron merupakan seorang yang sangat aktif dan memiliki rasa ingin tahun tinggi terhadap sesuatu yang pertama dilihat dan rasakan. Iron juga dikenal sebagai anak yang sangat penurut dan tidak pernah meminta orangtua membelikan mainan atau barang lain.
Romanus dan Sobina selalu menanam sikap mandiri dan tidak boros melalui kebiasaan menabung supaya bisa membeli sesuatu dengan uang sendiri. Sifat rendah hati dan menghargai orang serta hal-hal baik merupakan nilai dan nadi warisan keluarga sehingga mengalir dalam setiap petumbuhan kehidupan Iron hingga saat ini.
Iron memiliki kebiasaan membaca, menulis, dan bercerita sejak kecil. Kebiasaan ini dibangun karena Bapak Romanus sendiri merasakan dampaknya ketika puluhan tahun mengabdi sebagai pahlawan tanpa tanda jasa di gelanggang sekolah dasar (SD) hingga pensiun pada 2012.
Nilai kehidupan milik Romanus sebagai pekerja keras dan selalu memberikan teladan kehidupan pun sudah menjadi milik Iron dan adik-adiknya. Keutamaan kasih sayang, bimbingan, dan perhatian Mama Sobina dari tungku api hingga ruang tamu tampak jelas beraroma di wajah Iron sampai kehidupan sendiri bercerita tentan kehadiran dirinya.
Iron tumbuh sehat di lingkungan perdesaan yang dikelilingi oleh perbukitan bagai satuan keamanan sedang menjaga dan mengawasi istana raja. Anak yang tumbuh di tengah kehidupan masyarakat Golo Langkok sebagai petani itu, menyukai permainan di luar rumah, bermain bersama teman-teman di kali, mencari katak, bermain air hujan, dan bermain dan menyukai hewan yang hidup di sekitarnya. Relasi emosional yang baik dengan orang-orang di luar rumah dan dikuatkan dengan relasi kasih bersama keluarga di rumah membuat Iron menjadi pribadi yang mudah bergaul, ramah, dan sangat menghormati orang lain.
Seorang teman sejawatnya bercerita, "Teman Iron bergaul dengan kami dan siapa saja tanpa memandang latar belakang apa pun dari kami. Bahkan dunia pesiarnya bukan hanya di sekitar rumah. Dia bermain dan bergaul sampai ke Cancar. Yah, wajar kalau relasinya boleh dibilang from the center of the woodto the center of the world."
Tiba pada usia pendidikan formal, Iron masuk di Sekolah Dasar (SD) Inpres Letang pada 1984 hingga 1990. Kebiasaan-kebiasaan baik senantiasa hidup dalam keluarga Romanus dan menjadi rutinitas anak-anaknya, termasuk Iron. Satu pengalaman menarik diceritakan oleh Romanus bahwa Iron selalu mengisi waktu luang dengan membaca dan menulis.
"Tiada hari tanpa cari tahu ke kami hal baru yang didengar, dilihat, maupun dibaca selama jam sekolah. Kebiasaan membaca dan menulis mengisi waktu luang menjadi rutinitas setiap pulang sekolah, sebelum bermain dan membantu orangtua memikul barang dari kebun," demikian cerita Romanus. "Soal baca membaca, kami akui Iron. Bahkan dia baca buku sampai tuntas. Biar sedang makan, dia tetap baca. Bahkan dia dan bapanya saling tukar buku untuk baca," tambah Sobina.
Lebih lanjut, cerita Romanus, setiap pulang sekolah maupun hari libur sekolah, Iron mengisi kesempatan tersebut dengan menjual pisang goreng racikan Sobina keliling kampung, menanggapi kesempatan orang-orang kampung sedang menikmati kopi pagi maupun sore. "Bahkan Iron berani berjalan kaki dari Beokina menuju Cancar untuk mengambil roti dari toko dan menjual kembali ke orang-orang di Beokina," lanjut mantan Dewan Paroki Beokina itu.
Iron menjadi salah satu siswa yang berhasil menyelesaikan pendidikan SD dengan mendapat NEM tertinggi di sekolahnya. Cita-cita masuk seminari terkabul ketika mendapat restu dari Sobina. Tepat awal Juli 1990 Iron berpamitan dengan keluarga untuk berangkat ke Seminari Pius XII Kisol. Kehidupan di seminari tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Baru dua bulan menikmati ekosistem seminari, tepat 15 Agustus 1990, Iron diam-diam meninggalkan seminari dan kembali ke kampung halaman tanpa izin dengan tujuan menghadiri pesta sekolah bapa kecilnya, Stanislaus kasira. Selesai acara, ia diantar oleh Romanus kembali ke Seminari Pius XII Kisol. Mereka menumpang kendaraan umum dari ruteng menuju Borong, lalu berjalan kaki dari Borong sampai di seminari kurang lebih pukul.23.00 Wita.
Keesokan hari, Iron bersama sang ayah menghadap Bapak Asrama. "Semoga hanya kali ini saja kau bolos, pergi tanpa pemberitahuan," ungkap Romanus mengenang kata-kata Bapa Asrama.
Perjalanan pendidikan menengah pertama Iron di Seminari Pius XII terhenti di tahun pertama, karena nilai karakter dan pengetahuan tidak memenuhi ketuntasan minimum. Akhirnya, Iron melanjutkan pendidikannya di SMP Immaculata Ruteng dan tamat 1993. Setelah tamat SMP, Iron memperjuangkan pendidikan SMA di Seminari Gabungan Ignatius Loyola Labuan Bajo, pada 1993 sampai 1996.
Masa SMA Seminari merupakan kesemempatan bagi sosok yang oleh teman-temannya menyapa Hiero untuk belajar banyak dan banyak belajar. Berkat dedikasi dan semangatnya, Hiero berhasil meraih luar biasa, sering masuk dalam sepuluh besar di sekolahnya. Ketika tiba saatnya memasuki dunia perkuliahan, Prof. Hiero menghadapi momen krusial saat harus memberitahukan niatnya untuk melanjutkan pendidikan di luar biara kepada orangtuanya.
Jawaban penuh kebijaksanaan dari sang ayah menjadi motivasi besar baginya. "Mau lanjut ke seminari tinggi atau memutuskan untuk lanjut kuliah yang lain, itu kebebasan pilihanmu. Tanggung jawab orangtua ialah menyekolahkan anaknya sampai dengan jenjang yang mapan. Tidak ada orangtua yang merasa direpotkan oleh anaknya, karena itu merupakan tugas kami." Hiero melanjutkan pendidikan tinggi di STIBA Malang pada 1996-2000.
Setelah menyelesaikan kuliah, Hiero langsung bekerja di Wearnes Education Center yang berlokasi di Malang, Bali, dan Semarang hingga 2007. Perjalanan akademiknya juga ditandai dengan kisah cinta yang tak terduga. Pada 2004 Hiero bertemu dengan seorang perempuan bernama Erna Mena Niman yang kemudian menjadi teman hidupnya.
Mereka berdua memutuskan untuk menikah pada 12 Januari 2006. Kini bukan hanya sebagai pasangan hidup, Erna Mena Niman pun menjadi kolega, mitra, rekan kerja sebagai dosen di Unika Santu Paulus Ruteng dengan predikat sebagai Dr. Erna Mena Niman, M.Pd. Bukti cinta, mereka dikaruniai empat anak: Octaviano Rafli Maldani Darong, Fransisco Gratio Darong, Angelitania Mechtildis Darong, dan Maria Clarita Fey Darong.
Tahun 2007, Hiero mulai berkarier sebagai dosen di Universitas Katolik Santo Paulus Ruteng. Keinginan untuk terus berkembang membawanya melanjutkan pendidikan Magister di Universitas Pendidikan Ganesha, Bali, jurusan Bahasa Inggris pada tahun 2010 dan pada tahun 2012. Setelah itu, Hiero kembali mengabdi sebagai dosen hingga tahun 2017.
Selanjutnya Hiero melanjutkan studi doktoral di Universitas Negeri Malang. Gelar Doktor perolehnya pada 2020. Sejak 2021 hingga sekarang, Hiero kembali mengabdi di Unika Santo Paulus Ruteng, meneruskan dedikasinya di dunia akademik hingga memperoleh predikat sebagai Guru Besar.
Perjalanan hidup Prof. Hiero penuh dinamika, dari masa kecil yang penuh tantangan hingga akhirnya menemukan panggilan di dunia pendidikan. Prof. Hiero percaya bahwa setiap pengalaman, baik suka maupun duka, membentuknya menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih siap untuk terus berkarya.
You Transform Me. Begitulah moto hidup Prof. Dr. Hieronimus C. Darong, S.S., M.Pd. Dosen asal Desa Golo Langkok, percaya bahwa sebuah perjalanan hidup dapat diubah oleh kehadiran orang lain dalam dalam perjuangan. Perjuangan akan selalu dimulai dan dibentuk dari orang lain (keluarga, para sahabat, rekan kerja, dan sesama lain) dan harus kembali kepada mereka. Prof. Hiero seorang pribadi yang percaya bahwa berjumpa dan bersama orang lain membentuk kehidupannya bertumbuh dan berarti. Dia sungguh menjaga marwah kepercayaan orang lain dalam hidupnya.
Perjalanan Prof. Hiero menuju kesuksesan tidaklah mudah. Beliau berasal dari desa dan harus berjuang keras untuk mendapatkan pendidikan tinggi hingga meraih jabatan tertinggi sebagai Guru Besar. Berkat dukungan orangtua, sang istri, anak-anak, keluarga, rekan-rekan kerja, para dosen, para mahasiswa, teman-teman seperjuangan sejak SD hingga Pascasarjana Prof. Hiero berhasil. "Perjuangan yang saya alami selama ini mengajarkan saya untuk selalu bersyukur dan dan berterima kasih kepada Tuhan dan sesama, serta tidak pernah menyerah pada keadaan," ungkapnya.
Kisah hidup Prof. Hiero menjadi bukti nyata bahwa dengan kerja keras, semangat pantang menyerah, tekun, ulet, rendah hati, dan dukungan dari berbagai pihak, seseorang dapat meraih prestasi yang membanggakan, bahkan dari latar belakang yang sederhana sekalipun. Dengan pengalaman dan pengetahuan yang luas, Prof. Hiero diharapkan dapat terus berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Ia juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus belajar dan berinovasi.
Prof. Hiero dengan hasil refleksi riset inovatif dan penuh dedikasi menjadi cerminan kesuksesan pendidikan yang bermutu. Melalui profil risetnya mendorong inovasi dan pengembangan model dalam pembelajaran bahasa Inggris. Hal ini menunjukkan pendidikan berkualitas dan penelitian baru di Indonesia.
Akhir perjumpaan suatu sore, Prof. Hiero memberi pesan sederhana kepada generasi milenial. "Jangan pernah berhenti berusaha, selalu tekun dan ulet, jangan pernah sombong, jangan merasa putus asa dalam berusaha. Selalu jaga belaikan dan kepercayaan orang lain yang kita terima dalam kehidupan. Selain itu, hargai orangtua dan selalu minta didoakan orangtua juga para leluhur dalam setiap usaha yang kita kerjakan."
Di balik kisah nyata Prof. Hiero, banyak yang mengalami kehadiran Prof. Hiero sejak dari rumah bersama keluarga hingga di perjalanan pendidikan, karier, dan pengukuhan beliau menjadi Guru Besar. Kehadiran Prof. Hiero sungguh dirasakan oleh orang-orang yang membentuknya.
Sesungguhnya banyak pelajaran menarik yang dapat kita jadikan motivasi hidup bagi generasi muda. Walaupun dalam nalar manusia adalah mustahil, tetapi ketika Allah menghendaki, semua itu bisa terjadi. Selamat Prof. Hiero, teruslah berkiprah untuk umat manusia. (I-2)