KEPALA Pusat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat, Dwikorita Karnawati, berkunjung ke Sulawesi Selatan. Kunjungan ini guna membahas upaya antisipasi, mitigasi, dan peringatan dini terhadap cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi saat puncak musim hujan pada Maret dan April.
Dwikorita menyebut, saat itu bertepatan dengan arus mudik dan balik Lebaran Idul Fitri, sehingga harus dilakukan antisipasi sejak dini.
"Harus ada edukasi kebencanaan dan melatih masyarakat untuk tanggap menghadapi bencana," sebutnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel, Jufri Rahman, mengaku berterima kasih karena BMKG memberikan data terkait potensi daerah rawan bencana di Sulsel, khususnya dalam menghadapi arus mudik Lebaran.
"Mengingat kemiringan medan di Sulsel cukup ekstrem sehingga potensi longsor sangat besar," ucapnya.
Dengan data yang diberikan BMKG, pemerintah dapat segera melakukan mitigasi melalui Tim Terpadu Tanggap Bencana. Data tersebut sudah tersedia sejak 6 hari, 3 hari, bahkan real time mulai terlihat sejak 3 jam hingga 30 menit sebelumnya. Dengan demikian, potensi bencana sudah dapat diketahui lebih awal.
Menurut Jufri data potensi longsor yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum, agar alat berat dapat disiapkan di sekitar lokasi potensi longsor.
Kemudian, Dinas Perhubungan bersama Polres setempat dapat melakukan rekayasa lalu lintas dengan sistem buka tutup jalan untuk menghindari bencana bagi para pemudik.
"BPBD dan Dinas Sosial juga dapat melakukan evakuasi jika terjadi longsor. Data ini sangat penting karena menyangkut keselamatan manusia," jelasnya.
Selain itu, kata Jufri Rahman, BMKG juga berupaya menjamin keselamatan pelayaran di selat antara Selayar dan Jeneponto dengan membangun radar untuk mendeteksi gelombang laut. Sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan bagian utara, seperti Toraja, Luwu, Enrekang, dan Bone, termasuk wilayah Timur Tenggara, saat ini memasuki puncak musim hujan pada bulan Maret dan April. Di wilayah utara, dikhawatirkan terjadi banjir bandang dan longsor, yang juga terdapat jalur mudik.
"Lalu wilayah Tenggara rawan banjir, bahkan mungkin banjir rob. Oleh karena itu, penting untuk berkoordinasi dalam mengamankan dan mengelola risiko, misalnya dengan rekayasa lalu lintas buka tutup. Jika ada peringatan dini BMKG di zona rawan longsor, mungkin sementara waktu tidak ada kendaraan yang melintas, karena peringatan dini tersebut biasanya berlaku hingga 3 jam," terangnya.
Untuk penerbangan, Rita menjelaskan bahwa 6 jam sebelum pilot atau maskapai penerbangan melakukan penerbangan, mereka sudah mendapatkan prakiraan cuaca di sepanjang jalur penerbangan. Dengan demikian, maskapai sudah dapat merencanakan jalur penerbangan yang aman.
"Misalnya ada risiko erupsi gunung api, risiko turbulensi, semuanya dapat diketahui. Awan cumulonimbus juga bisa terdeteksi dan informasi ini selalu diperbarui, sehingga penerbangan dapat direncanakan dengan tepat dan aman," tegasnya. (LN/E-4)