
PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron memperingatkan agresi Rusia bukan hanya ancaman bagi Ukraina, tetapi juga bagi Eropa secara keseluruhan. Dalam pidato televisi pada Rabu malam, Macron menegaskan Eropa harus bersiap menghadapi skenario di mana Amerika Serikat menarik dukungannya terhadap sekutu-sekutu Eropanya.
“Saya ingin percaya bahwa AS akan tetap bersama kita,” ujar Macron. “Namun, kita harus siap jika hal itu tidak terjadi.” Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran mendalam terkait kebijakan luar negeri AS di bawah Donald Trump, yang telah menghentikan sementara bantuan militer ke Ukraina dan mengancam menerapkan tarif pada barang-barang dari Uni Eropa.
Macron menyoroti perang di Ukraina telah menyebabkan hampir satu juta korban jiwa dan masih berlangsung dengan intensitas tinggi. Ia menekankan Eropa tidak boleh menjadi penonton dalam dinamika geopolitik yang semakin brutal. “Siapa yang bisa percaya bahwa Rusia akan berhenti di Ukraina?” tanyanya.
Peran Krusial Intelijen AS dan Dampaknya bagi Ukraina
Dalam konteks ini, peran intelijen AS dalam mendukung Ukraina menjadi sangat krusial. Informasi satelit dan penyadapan sinyal membantu militer Ukraina merencanakan operasi ofensif serta memberikan peringatan dini terhadap serangan rudal dan drone Rusia. Tanpa dukungan ini, Ukraina kesulitan memanfaatkan senjata jarak jauh buatan Barat, seperti sistem Himars dari AS dan rudal Stormshadow dari Inggris dan Prancis.
Namun, kebijakan Trump yang menangguhkan bantuan militer dan intelijen telah menimbulkan ketidakpastian baru. Gangguan berkepanjangan dalam pasokan informasi ini dapat melemahkan pertahanan Ukraina, terutama karena stok rudal Patriot mereka semakin menipis. Janji terbaru dari negara-negara Eropa untuk menyediakan sistem pertahanan jarak pendek dan menengah bisa membantu, tetapi tidak cukup untuk menghadapi ancaman rudal balistik hipersonik Rusia yang lebih canggih.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, menyatakan bantuan militer ke Ukraina dapat berlanjut jika Kyiv setuju untuk terlibat dalam upaya diplomatik yang dipimpin oleh AS. Direktur CIA, John Ratcliffe, juga menegaskan penangguhan bantuan ini “akan berakhir,” tetapi dengan syarat yang menguntungkan kepentingan Washington.
Eropa Perlu Meningkatkan Kapasitas Pertahanan
Dalam menghadapi kemungkinan berkurangnya dukungan AS, Uni Eropa kini mempertimbangkan peningkatan anggaran pertahanan yang signifikan. Pada Kamis ini, KTT Uni Eropa di Brussels akan membahas langkah-langkah strategis untuk memastikan keamanan regional dan memperkuat persatuan dalam menghadapi ancaman Rusia.
Macron menegaskan jika pasukan Eropa dikerahkan, mereka tidak akan bertempur di garis depan, melainkan akan berperan dalam menjaga stabilitas setelah kesepakatan damai tercapai. Ia juga membuka diskusi mengenai kemungkinan memperluas perlindungan nuklir Prancis ke negara-negara Eropa lainnya, meskipun keputusan akhir tetap berada di tangan Prancis.
Seorang pejabat Istana Élysée menyatakan Prancis bersikap “inklusif” dan “terbuka untuk berbicara dengan semua pihak,” menegaskan Ukraina harus dilibatkan dalam setiap diskusi tentang masa depannya.
Di tengah ketidakpastian geopolitik global, peran Prancis dalam diplomasi internasional mulai meningkatkan kembali popularitas Macron di dalam negeri. Namun, usulan peningkatan anggaran pertahanan ini juga menghadapi tantangan besar, terutama terkait dengan upaya pemerintah mengurangi defisit anggaran.
Dengan meningkatnya ancaman dari Rusia dan potensi berkurangnya dukungan dari AS, Eropa kini berada di persimpangan penting untuk menentukan masa depannya sendiri. “Eropa tidak boleh membiarkan masa depannya ditentukan di Washington atau Moskow,” tegas Macron. (The Guardian/BBC/Z-2)