
BADAN Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan pada Apil 2025 ini, Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami inflasi year on year (y-o-y) sebesar 2,10%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Herum Fajarwati dalam keterangan persnya, Sabtu (3/5) menjelaskan Kabupaten Gunungkidul tercatat mengalami inflasi y-on-y sebesar 2,19% dengan IHK sebesar 107,75, sedangkan Kota Yogyakarta mengalami inflasi y-on-y sebesar 2,01% dengan IHK sebesar 109,27. "Untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, Indeks Harga Konsumen atau IHK tercatat sebesat 107,75," kata Herum.
Dikatakan, inflasi di DIY ini terutama didorong oleh kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian indeks kelompok pengeluaran, kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 2,25%, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 3,04%, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,28%, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 2,01%, kelompok kesehatan sebesar 2,31%, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,74%, kelompok pendidikan sebesar 1,36%, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,76%, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 13,13%.
Herum menambahkan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi y-on-y pada April 2025, antara lain emas perhiasan, kopi bubuk, kelapa, cabai rawit, sigaret kretek mesin (SKM), bahan bakar rumah tangga, minyak goreng, sigaret kretek tangan (SKT), sepeda motor, dan tarif kontrak rumah.
Menurut Herum, tingkat inflasi month to month (m-to-m) pada April 2025 sebesar 1,67% dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) April 2025 sebesar 1,71%.
Di lain sisi katanya, kelompok yang mengalami penurunan indeks, kelompok transportasi sebesar 0,44% dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,65%.
Dia menjelaskan komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m pada April 2025, antara lain tarif listrik, emas perhiasan, kelapa, bawang merah, tarif angkutan antar kota dan beras. Sementara kelompok pengeluaran yang memberikan andil deflasi y-on-y yaitu kelompok transportasi sebesar 0,06% dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,04%.
"Komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, antara lain daging ayam ras, tomat, angkutan antar kota, beras, dan buncis. Sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan deflasi m-to-m, antara lain daging ayam ras, cabai rawit, telur ayam ras, bensin, dan wortel," katanya.
Kelompok kesehatan, Herum Fajarwati menyorot bahwa kelompok ini pada April 2025 mengalami inflasi y-on-y sebesar 2,31% atau terjadi kenaikan indeks dari 104,45 pada April 2024 menjadi 106,86 pada April 2025.
Subkelompok yang mengalami inflasi y-on-y tertinggi, yaitu subkelompok obat-obatan dan produk kesehatan sebesar 3,98% dan terendah yaitu subkelompok jasa kesehatan lainnya sebesar 0,20%. "Kelompok ini pada April 2025 memberikan andil inflasi y-on-y sebesar 0,07%. Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu obat dengan resep sebesar 0,02%, tarif dokter spesialis, obat flu, vitamin, obat batuk, dan tarif rumah sakit masing-masing sebesar 0,01%, ujarnya.
Kelompok Pendidikan Alami Inflasi 1,36% y-o-y
Di kelompok pendidikan, jelas Herum pada April 2025 mengalami inflasi y-on-y sebesar 1,36 persen atau terjadi kenaikan indeks sebesar 103,28 pada April 2024 menjadi 104,68 pada April 2025. Seluruh subkelompok dikelompok ini mengalami inflasi y-on-y pada April 2025. Subkelompok yang mengalami inflasi y-on-y tertinggi, yaitu subkelompok pendidikan dasar dan anak usia %dini sebesar 2,91% dan terendah yaitu subkelompok pendidikan tinggi sebesar 0,10%.
"Kelompok ini pada April 2025 memberikan sumbangan inflasi y-on-y sebesar 0,08%. Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu uang sekolah SD dan SMP masing-masing sebesar 0,03%, tarif bimbingan belajar dan uang sekolah kelompok bermain sebesar 0,01%," katanya. (H-2)