
PENONTON Indonesia era 90-an tentu saja lekat dengan waralaba Condor Heroes melalui serial Return of Condor Heroes yang memopulerkan karakter Yo Ko dan Bibi Leung. Kini, kisah lain dari waralaba Condor Heroes kembali lewat film layar lebar Legend of Condor Heroes: The Gallants.
Legend of Condor Heroes: The Gallants bukan menceritakan kisah Yo Ko dan Bibi Leung, melainkan Guo Jing (Xiao Zhan), yang merupakan paman dari Yo Ko. Guo Jing adalah pahlawan yang berusaha mengumpulkan dan menyatukan kekuatan seni bela diri yang ada di Dataran Tengah demi mempertahankan Xiangyang dari bangsa Mongol. Film ini juga mengikuti kisah romansa Guo Jing, serta patriotisme yang dijunjungnya.
Film ini mengadaptasi bab 34 hingga bab 40 dari buku 1 The Legend of the Condor Heroes dalam seri novel Condor Trilogy karya Jin. Legends Of The Condor Heroes: The Gallants menghadirkan aksi kolosal yang penuh ketegangan dibalut fantasi. Pertarungan jurus demi jurus, hingga seni beladiri tersaji di film ini. Menjadi sebuah nostalgia pada sebuah karya klasik drama silat Mandarin.
Menggunakan alur non-linier, Legends Of The Condor Heroes: The Gallants memanfaatkan dua sudut penceritaan lewat Guo Jing dan Huang Rong (Zhuang Dafei). Anak muda yang tengah sama-sama dalam masa pelarian. Guo Jing, adalah anak yang lahir dari Tanah Song yang ada di Dataran Tengah. Namun ia mencari suaka ke bangsa Mongol, dan sang ibu tinggal di kamp Mongol. Sementara Huang Rong, merupakan anak dari seorang ternama di Pulau Bunga Persik.
Keduanya menjalani hari-hari dengan indah. Seperti sejoli yang tengah menikmati buah cinta. Namun, suatu ketika karena kesalahpahaman akibat para guru Guo Jing ditemukan mati di tempat asal Huang Rong, Guo Jing meminta Huang Rong untuk pergi. Tidak mungkin keduanya bersama.
Meski kemudian Guo Jing menyadari apa yang telah dilakukannya merupakan kesalahan dan ada salah paham. Keduanya kembali bertemu, tapi dalam situasi yang berbeda.
Situasi tengah berada dalam perang. Di antara kekuasaan saling memperebutkan kuasa dan pendudukan. Guo Jing dan Huang Rong kembali terpisah. Guo Jing kembali ke kamp Mongol sementara Huang Rong harus berhadapan dengan ganasnya Racun Barat (Tony Leung Ka Fai).
Sutradara Hark Tsui mencoba menciptakan romansa di tengah peperangan. Melihat skala desain produksi film ini, Tsui tampak begitu ambisius untuk menghadirkan betapa kolosalnya peperangan. Upaya invasi bangsa Mongol yang hendak menuju ke Dinasti Jin, menjadi salah satu momen ikonik dan terkolosal di film ini.
Sementara itu, kisah Guo Jing dan Huang Rong menjadi sebuah romansa yang indah. Manis, lugu, tapi hangat. Sebuah ujian tentang kisah cinta di tengah perang. Tsui yang juga menulis skenarionya bersama Louis Cha membawa kisah romansa Guo Jing dan Huang Rong menjadi lebih hidup. Ditambah dengan kehadiran Hua Zheng, anak dari Jengis Khan, yang cinta dengan Guo Jing. Membuat suatu sketsa komedi yang menggelitik di tengah situasi peperangan.
Salah satu yang juga menarik adalah duel antara Huang Rong dan Hua Zheng. Sesaat Huang Rong meninggalkan Padang Rumput, kamp bangsa Mongol. Pada titik ini, menunjukkan layaknya ‘catfight’ yang tengah memperebutkan Guo Jing.
Legends Of The Condor Heroes: The Gallants adalah film yang membawa kisah romansa cinta di tengah peperangan kolosal. Menjadi bukti ujian cinta antara Guo Jing dan Huang Rong meski berbagai situasi krisis memisahkan keduanya. Film Legends Of The Condor Heroes: The Gallants sedang tayang di bioskop. Media Indonesia menyaksikannya saat sesi pratinjau pada Selasa, (25/2). (M-3)