Lebih dari Sekadar Gigitan Nyamuk: Menguak Penyebab dan Faktor Risiko Demam Berdarah Dengue (DBD)

1 week ago 12
 Menguak Penyebab dan Faktor Risiko Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue (DBD) memang disebabkan oleh dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti, namun ternyata bukan hanya itu penyebabnya.(freepik)

DEMAM Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi salah satu penyakit menular berbahaya di wilayah tropis seperti Indonesia. Penyakit ini disebabkan virus dengue yang menyebar lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Lonjakan kasus DBD biasanya terjadi saat musim hujan karena banyaknya genangan air yang jadi sarang nyamuk.

Namun ternyata, gigitan nyamuk bukan satu-satunya penyebab meningkatnya kasus DBD. Ada beberapa faktor lain yang bisa memperbesar risiko penularan dan patut diwaspadai.

Penyebab Utama DBD

DBD disebabkan virus dengue yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus ini memiliki empat jenis serotipe: DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, yang semuanya bisa menginfeksi manusia.

Nyamuk betina menjadi vektor penyebaran virus. Setelah menggigit orang yang sudah terinfeksi, nyamuk akan membawa virus dan menyebarkannya ke orang lain lewat gigitan berikutnya.

Saat virus masuk ke tubuh manusia, ia menyebar lewat aliran darah dan menyerang sel-sel tubuh, menimbulkan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala hebat, nyeri sendi, mual, bahkan pendarahan dalam kasus yang parah. Masa inkubasi virus ini biasanya 4–10 hari sejak gigitan nyamuk terinfeksi.

Penyebaran DBD bisa meluas dengan cepat, apalagi di daerah padat penduduk dan lingkungan yang kurang bersih. Nyamuk mudah berkembang biak di tempat-tempat yang menyimpan air seperti ember terbuka, ban bekas, atau wadah di halaman. Karena itu, menjaga kebersihan dan menghilangkan genangan air jadi langkah penting untuk mencegah DBD.

Faktor Risiko Lain Penyebab DBD

Selain dari gigitan nyamuk, berikut beberapa faktor yang turut memperbesar risiko penyebaran dan keparahan DBD:

1. Kepadatan Penduduk

Wilayah dengan jumlah penduduk padat, terutama di kota-kota besar, membuat penyebaran virus lebih cepat. Nyamuk lebih mudah menggigit banyak orang dalam waktu singkat. Ditambah lagi, sistem drainase yang buruk memicu terbentuknya genangan air.

2. Lingkungan dan Sanitasi yang Buruk

Sampah menumpuk dan saluran air yang tersumbat jadi tempat ideal bagi nyamuk berkembang biak. Wadah plastik bekas, ban, atau kaleng bisa jadi sarang nyamuk jika dibiarkan terbuka. Daerah kumuh atau kurang perhatian terhadap kebersihan lingkungan pun lebih rentan terkena wabah.

3. Perubahan Musim

Musim hujan membawa banyak genangan air, yang otomatis meningkatkan populasi nyamuk Aedes. Selain itu, suhu yang lebih hangat akibat perubahan iklim mempercepat siklus hidup nyamuk, membuat mereka berkembang biak lebih cepat dan menyebarkan virus lebih luas.

4. Mobilitas dan Perjalanan ke Daerah Wabah

Orang yang bepergian ke wilayah yang sedang mengalami wabah DBD bisa membawa virus dengue ke daerah lain. Jika di tempat tersebut terdapat nyamuk Aedes, maka virus berisiko menyebar lebih luas. Ini juga berlaku untuk perjalanan internasional.

5. Sistem Imun Lemah

Orang dengan daya tahan tubuh rendah, seperti yang mengalami malnutrisi, penyakit kronis, atau sedang mengonsumsi obat penekan imun, lebih rentan mengalami gejala DBD yang parah. Pada kasus seperti ini, perawatan intensif sering kali dibutuhkan.

6. Riwayat Pernah Terkena DBD

Jika seseorang sudah pernah terinfeksi salah satu jenis virus dengue, infeksi berikutnya bisa lebih parah jika virusnya berbeda jenis. Fenomena ini disebut antibody-dependent enhancement, yaitu kondisi ketika antibodi dari infeksi sebelumnya justru memperparah infeksi kedua.

7. Kurangnya Edukasi dan Kesadaran Masyarakat

Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang cara mencegah DBD dan mengenali gejalanya juga jadi faktor risiko. Jika masyarakat tidak tahu pentingnya membersihkan lingkungan atau menghilangkan genangan air, maka peluang penyebaran virus akan semakin tinggi. (Halodoc/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |