Lapisan Es Dunia Mengarah pada Pencairan tak Terkendali

4 hours ago 1
Lapisan Es Dunia Mengarah pada Pencairan tak Terkendali Ilustrasi(freepik)

LAPISAN es di dunia berada di jalur pencairan tak terkendali. Kondisi itu menyebabkan kenaikan permukaan laut hingga beberapa meter dan memicu migrasi besar-besaran dari wilayah pesisir, bahkan jika dunia berhasil menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celsius, demikian hasil penelitian terbaru.

Sekelompok ilmuwan internasional berupaya menetapkan batas "aman" pemanasan untuk menjaga kelangsungan hidup lapisan es Greenland dan Antartika. Mereka menganalisis berbagai studi yang menggunakan data dari satelit, model iklim, serta bukti-bukti masa lalu seperti inti es, sedimen laut dalam, hingga DNA gurita.

Hasilnya menggambarkan skenario yang sangat mengkhawatirkan.

Selama ini, dunia telah berkomitmen membatasi pemanasan global hingga 1,5°C di atas level pra-industri demi menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim. Namun, tidak hanya target ini semakin sulit dicapai. Dunia saat ini berada di jalur menuju pemanasan hingga 2,9°C tahun 2100. Temuan paling mengkhawatirkan dari studi ini (yang dipublikasikan Selasa di jurnal Communications Earth and Environment) adalah bahkan 1,5°C pun mungkin tidak cukup untuk menyelamatkan lapisan es.

Bahkan jika dunia hanya mempertahankan tingkat pemanasan saat ini, yaitu 1,2°C, hal itu masih bisa memicu surutnya lapisan es secara cepat dan kenaikan permukaan laut yang katastrofik, ungkap para ilmuwan.

Gabungan lapisan es Greenland dan Antartika menyimpan cukup air tawar untuk menaikkan permukaan laut global hingga sekitar 65 meter. Sejak 1990-an, jumlah es yang mencair telah meningkat empat kali lipat; saat ini mereka kehilangan sekitar 370 miliar ton es per tahun. Pencairan lapisan es kini menjadi kontributor utama kenaikan permukaan laut, dan laju kenaikan tersebut telah berlipat ganda dalam 30 tahun terakhir. Kondisinya diperkirakan akan memburuk.

Berbagai studi menunjukkan pemanasan 1,5°C "terlalu tinggi" untuk mencegah surutnya lapisan es secara cepat, yang tidak dapat dibalikkan dalam skala waktu manusia, dan dunia harus bersiap menghadapi kenaikan permukaan laut hingga beberapa meter dalam abad-abad mendatang, menurut studi tersebut.

“Anda tidak akan memperlambat kenaikan permukaan laut pada 1,5°C. Justru, yang terjadi adalah percepatan yang sangat cepat,” ujar Chris Stokes, salah satu penulis studi sekaligus glasiolog dari Durham University.

Ini menjadi ancaman eksistensial bagi populasi pesisir dunia. Sekitar 230 juta orang tinggal kurang dari 1 meter di atas permukaan laut. Bahkan perubahan kecil dalam jumlah es di lapisan es akan "mengubah secara drastis" garis pantai dunia, memaksa ratusan juta orang mengungsi dan menimbulkan kerusakan yang melampaui kemampuan adaptasi, kata studi tersebut.

Peningkatan Permukaan Laut

Para ilmuwan memperkiraka laut bisa naik hingga 1 cm per tahun pada akhir abad ini, masih dalam masa hidup generasi muda saat ini. “Anda akan menyaksikan migrasi daratan dalam skala besar yang belum pernah terjadi sejak peradaban modern,” kata Jonathan Bamber, penulis studi lainnya dan glasiolog dari University of Bristol.

Masih ada banyak ketidakpastian mengenai di mana tepatnya titik kritis (tipping point) itu berada. Perubahan iklim tidak berlangsung secara linier dan belum jelas kapan pemanasan akan benar-benar memicu kemunduran cepat atau bahkan keruntuhan lapisan es.

Yang sangat mengkhawatirkan, menurut para penulis studi, adalah bahwa perkiraan terbaik mengenai suhu "aman" untuk menyelamatkan lapisan es justru semakin menurun seiring bertambahnya pemahaman ilmiah tentang kerentanannya terhadap perubahan iklim.

Model awal memperkirakan pemanasan hingga 3°C baru akan menyebabkan ketidakstabilan lapisan es Greenland. Namun, estimasi terbaru menunjukkan pemanasan 1,5°C saja sudah cukup untuk memicunya.

Untuk menghindari keruntuhan cepat salah satu atau lebih lapisan es, para ilmuwan menyimpulkan bahwa pemanasan global perlu dibatasi lebih dekat ke 1°C di atas level pra-industri.

Bahan Bakar Fosil

Itu berarti diperlukan pengurangan besar-besaran dalam penggunaan bahan bakar fosil, sesuatu yang tampaknya sangat tidak mungkin saat ini, mengingat negara-negara seperti AS masih mengandalkan minyak, batu bara, dan gas.

“Dunia sudah mulai menyaksikan beberapa skenario terburuk dalam hal kehilangan es,” kata Stokes. Sangat sedikit hal yang kita amati saat ini yang bisa memberikan harapan,” ujarnya.

“Skenario terbaik yang bisa kita harapkan adalah kenaikan permukaan laut yang lambat dan stabil.”

Namun demikian, temuan ini tidak berarti dunia harus menyerah pada target iklim, karena setiap sepersekian derajat pemanasan berarti dampak yang lebih buruk, kata Stokes.

“Membatasi pemanasan hingga 1,5°C akan menjadi pencapaian besar. Itu seharusnya tetap menjadi target kita. Tapi bukan berarti hal itu akan memperlambat atau menghentikan kenaikan permukaan laut dan pencairan lapisan es.” (CNN/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |