Laba-Laba Kosmik: Fenomena Bintang yang ‘Memakan’ Pasangannya Sendiri

3 hours ago 2
 Fenomena Bintang yang ‘Memakan’ Pasangannya Sendiri Pulsar laba-laba yang berukuran jauh lebih kecil itu menembakkan energi begitu besar ke arah bintang pendampingnya yang jauh lebih besar, hingga sisi bintang yang menghadap pulsar menjadi dua kali lebih panas dari permukaan Matahari — perlahan membakar bin(NASA’s Goddard Space Flight Center)

DI bumi, laba-laba betina dikenal bisa memakan pasangannya sendiri. Rupanya, fenomena serupa juga terjadi di alam semesta, hanya saja pelakunya adalah bintang.

Profesor Manuel Linares Alegret dari Departemen Fisika Norwegian University of Science and Technology (NTNU) kerap berburu “laba-laba”, bukan di taman atau hutan, melainkan di angkasa. “Bintang-bintang ini bisa menguapkan tetangganya,” ujarnya sambil tersenyum.

Mereka disebut pulsar laba-laba (spider pulsars). Sistem bintang ganda ekstrem, di mana salah satu bintang perlahan-lahan “memakan” bintang pendampingnya.

Katalog Laba-Laba dari Langit

Linares memimpin tim ilmuwan yang memetakan seluruh jenis pulsar laba-laba yang diketahui. Hasilnya adalah sebuah katalog besar berisi lebih dari 100 sistem, diberi nama SpiderCat dan bisa diakses siapa pun yang ingin menjelajahi bintang-bintang pemangsa ini.

“SpiderCat adalah basis data terbesar yang mencatat semua pulsar laba-laba di Galaksi Bima Sakti, kecuali yang berada di gugus bola,” jelas Karri Koljonen, peneliti senior yang memimpin publikasi artikel tersebut di The Astrophysical Journal.

Tim ini juga melibatkan mahasiswa fisika dan insinyur seperti Bogdan Voaidas dan Iacob Nedreaas, yang membangun perangkat lunak untuk mendukung katalog tersebut.

“SpiderCat seperti perpustakaan hidup sistem bintang ganda di galaksi kita. Ia membantu astronom memahami bagaimana bintang-bintang ini berevolusi dari waktu ke waktu,” kata Nedreaas, yang menulis tesis masternya tentang proyek itu.

Apa Itu Pulsar?

Sebelum membayangkan seekor laba-laba kosmik, kita perlu mengenal pulsar lebih dulu. “Pulsar terbentuk saat bintang besar meledak menjadi supernova, meninggalkan inti padat yang disebut bintang neutron,” kata Linares.

Bintang neutron ini sangat kecil, jari-jarinya hanya sekitar 10 kilometer, namun padatnya tak terbayangkan. Satu meter kubik materinya bisa memiliki massa hingga sejuta triliun kilogram. Mereka berputar sangat cepat, bahkan bisa ratusan kali per detik.

Bayangkan Matahari berputar seperti blender raksasa di langit, begitulah ekstremnya pulsar.

Laba-Laba Pemangsa di Antara Bintang

“Pulsar laba-laba adalah pulsar yang berputar cepat dan memiliki bintang pendamping bermassa kecil di dekatnya,” jelas Marco Turchetta, kandidat doktor dari NTNU.

Pulsar ini memancarkan radiasi dan aliran partikel yang begitu kuat hingga perlahan mengikis dan menghancurkan bintang pasangannya. Proses itu menyerupai laba-laba betina yang memakan pejantan setelah kawin.

Para peneliti mengelompokkan pulsar laba-laba menjadi beberapa jenis:

  • Redbacks, dengan bintang pendamping yang lebih besar namun tetap ringan dibanding pulsar.
  • Black widows, di mana bintang pendampingnya sangat kecil.

Selain itu, ada jenis lain seperti huntsman dan tidarren, yang tak sepenuhnya masuk dalam dua kategori utama.

Mengintip Isi SpiderCat

Katalog SpiderCat mencatat berbagai data penting: seberapa cepat pulsar berputar, berapa lama dua bintang mengorbit satu sama lain, hingga massa dan jenis cahayanya, mulai dari gelombang radio, sinar-X, cahaya tampak, sampai sinar gamma.

Bagi para astrofisikawan, katalog ini adalah tambang informasi untuk memahami fisika ekstrem bintang neutron, percepatan partikel berenergi tinggi, dan perilaku materi di bawah tekanan luar biasa, kondisi yang tak bisa direplikasi di laboratorium di Bumi.

Menemukan “Laba-Laba” Terdekat

Tim NTNU yang tergabung dalam grup riset LOVE-NEST juga berhasil menemukan salah satu kandidat pulsar laba-laba terdekat di galaksi kita. “Kami menemukan sistem yang berjarak hanya sekitar 659 parsec, atau sekitar 2.149 tahun cahaya dari Bumi,” ungkap Turchetta.

Meski tampak jauh, dalam ukuran kosmik jarak itu sebenarnya cukup dekat, dan mungkin lebih baik begitu. Lagi pula, siapa yang ingin hidup di dekat bintang yang bisa melahap pasangannya sendiri? Alam semesta memang tampak penuh kekerasan, namun di balik ledakan, radiasi, dan kehancuran itu, tersimpan kisah menakjubkan tentang bagaimana bintang lahir, berevolusi, dan bahkan saling memakan demi bertahan di jagat raya yang tak pernah berhenti berdenyut. (Norwegian Scitech News/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |