
Sulawesi Selatan sebagai gerbang Indonesia Timur memiliki banyak potensi pariwisata. Namun, salah satu tantangan yang dihadapi adalah konektivitas menuju kawasan pariwisata yang ada.
"Kita memiliki bandara (Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin) yang beroperasi 24 jam," kata Muhammad Arafah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, saat diskusi bertema "Kiprah Bank Indonesia dalam Pertumbuhan Ekonomi Daerah" di Makassar, Rabu (23/10) malam.
Namun, untuk menuju kawasan wisata di kabupaten dan kota lain membutuhkan waktu berjam--jam lewat jalur darat. Misalnya, dari Makassar ke Toraja membutuhkan waktu hingga delapan jam.
ISulawesi Selatan terdapat 21 kabupaten dan 3 kota. Masing-masing wilayah memiliki destinasi wisata unggulan.
"Kami terus membangun agar aksesibilitas semakin mudah," kata dia.
Selain jalan darat, Sulawesi Selatan juga sudah memiliki jalur kereta api yang menghubungkan Maros-Parepare. Menurut dia, transporasi kereta api sangat diminati masyarakat karena waktu tempuhnya lebih cepat.
Namun, tantangan yang dihadapi adalah pembangunan jalur kereta api membutuhkan waktu lama dan dana yang besar. Pembangunan jalur kereta api juga membutuhkan campur tangan pemerintah pusat.
Wisatawan juga bisa mengakses kawasan wisata lewat jalur udara. Pemprov Sulsel juga memberikan subsidi untuk penerbangan. Selain Bandara Sultan Hasanuddin, Sulawesi Selatan memiliki 9 bandara.
"Kita punya 24 kabupaten/kota dan lebih dari 300 pulau. Potensi pariwisata kita luar biasa karena hampir semua tempat di Sulawesi Selatan itu indah dan cantik," terang dia.
Ekonom Senior Bank Indonesia Sulawesi Selatan, Deded Tuwanda mengatakan, Sulawesi Selatan itu sangat kuat dengan destinasi-destinasinya. "Masing-masing desa wisata itu punya karakteristik keunggulannya sendiri-sendiri," papar dia.
Menurut Deded, potensi ekonomi di tingkat daerah dapat digerakkan tidak sekadar melalui dukungan anggaran pemerintah, tetapi juga lewat dorongan investasi yang berkelanjutan. (H-1)