
WAKIL Ketua Komisi 1 DPR RI Sukamta khawatir berharap eskalasi konflik Thailand dan Kamboja di wilayah sekitar kuil suci Preah Vihear mereda. Ia juga berharap kedua negara dapat melakukan gencatan senjata agar tak lagi menelan korban jiwa.
“Saya optimis proses perdamaian untuk konflik saat ini juga akan mudah diwujudkan. Baik Thailand maupun Kamboja tentu tidak ingin ada korban jiwa bertambah juga sektor ekonomi terpukul akibat perang," kata Sukamta melalui keterangannya, Sabtu (26/7).
Di sisi lain, Sukamta berharap pemerintah Indonesia bisa proaktif untuk mendorong proses perdamaian antara Thailand dan Kamboja baik melalui hubungan diplomatik dengan kedua belah negara maupun melalui ASEAN.
“Hubungan baik antara Indonesia dengan kedua negara dapat digunakan untuk menjembatani proses perdamaian. Jika diperlukan Indonesia juga bisa mendorong adanya pertemuan tingkat ASEAN untuk membahas secara khusus upaya perdamaian antara Thailand dan Kamboja," katanya.
Diketahui, bentrokan antara Kamboja dan Thailand merupakan lanjutan dari konflik lama atas wilayah perbatasan sepanjang 800 km. Meskipun Mahkamah Internasional telah mengeluarkan putusan pada 2013, insiden mematikan kembali terjadi sejak Mei lalu ketika seorang tentara Kamboja tewas dalam bentrokan.
Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja berlanjut hingga hari ketiga pada Sabtu (26/7), dengan jumlah korban jiwa meningkat menjadi 33 orang, menjadikan ini sebagai bentrokan paling mematikan antara kedua negara dalam beberapa tahun terakhir.
Kamboja menyerukan gencatan senjata segera di tengah kekhawatiran eskalasi lebih lanjut. Pertempuran intens yang pecah sejak Kamis (24/7) melibatkan jet tempur, artileri berat, tank dan pasukan darat.
Situasi ini mendorong Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat pada Jumat (25/7) malam. Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan bahwa 13 orang tewas akibat konflik, terdiri dari delapan warga sipil dan lima tentara dan 71 lainnya luka-luka.
Di pihak Thailand, lima tentara tewas pada Jumat (25/7) menambah total korban tewas menjadi 20 orang, termasuk 14 warga sipil dan enam anggota militer. Dengan demikian, jumlah korban meninggal dalam bentrokan kali ini telah melampaui 28 orang yang gugur dalam konflik antara tahun 2008 hingga 2011.
Bentrokan terbaru terjadi sekitar pukul 05.00 pagi, Sabtu (26/7), ketika pasukan Thailand diduga melepaskan lima tembakan artileri ke Provinsi Pursat di Kamboja. Akibat kekerasan ini, lebih dari 138.000 orang mengungsi dari wilayah perbatasan Thailand, sementara di Kamboja lebih dari 35.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. (M-3)