
DI Desa Tebing Tinggi, Labuhanbatu, Sumatra Utara, para petani sawit swadaya merasakan perubahan yang luar biasa dalam cara mereka mengelola kebun sawit mereka.
Berkat peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh, kini mereka tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas kebun, tetapi juga menerapkan cara-cara yang lebih berkelanjutan dalam setiap aspek pengelolaan kebun.
Hasil panen yang terus meningkat dan koperasi desa yang semakin berkembang mencerminkan betapa besar dampak positif dari program SMILE (SMallholder Inclusion for Better Livelihood and Empowerment) yang mereka jalani.
Program ini, yang melibatkan kolaborasi antara tiga perusahaan—Asian Agri, Apical, dan Kao—bukan sekadar memberikan pelatihan teknis, tetapi juga membuka akses bagi para petani untuk terhubung dengan rantai pasok global yang berkelanjutan.
MI/HO
Melalui SMILE, para petani tidak hanya belajar keterampilan baru, tetapi mereka juga mendapatkan peluang untuk menjadi bagian dari ekosistem industri kelapa sawit yang lebih ramah lingkungan dan lebih menguntungkan.
Pada 22 April 2025, semangat perubahan itu begitu terasa saat para petani di Koperasi Tebing Tinggi Pangkatan Sejahtera (KTTPS) di Kabupaten Labuhanbatu meresmikan kantor baru mereka.
Kantor tersebut dibangun dari hasil penjualan Tandan Buah Segar (TBS) bersertifikasi, yang menjadi simbol nyata dari usaha dan dedikasi mereka.
"Pada 2020, kami berjuang keras, dan kini, di tahun 2025, kami menikmati hasil kerja keras kami. Gedung baru koperasi ini adalah salah satu bukti nyata usaha kami, yang tidak lepas dari dukungan luar biasa dari Asian Agri, Apical, dan Kao,” ujar Khairul Anam, Ketua Koperasi Tebing Tinggi Pangkatan Sejahtera, dengan penuh kebanggaan di sela-sela acara peresmian.
MI/HO
Peresmian ini dihadiri langsung oleh Terasawa Kenji, Global Strategic Sourcing Vice President of Kao Corporation. Head of Sustainability Asian Agri, Ivan Novrizaldie, dan Head of Sustainability Apical Group, Tor Mooi See, serta para petani KTTPS.
Lebih lanjut Khairul Anam mengapresiasi program SMILE karena telah mendampingi dirinya selaku petani sawit dan juga 773 petani anggota KTTPS dengan 1.814 hektar lahan sawit yang telah tersertifikasi Roundtable on Sustainable Production (RSPO).
Sertifikasi ini bukan sekadar formalitas. Bagi para petani, itu adalah pintu masuk menuju akses pasar global, harga jual yang lebih baik, dan kebanggaan atas praktik berkebun yang ramah lingkungan.
Imran, salah satu petani yang juga berperan dalam tim Internal Control System KTTPS, mengungkapkan perubahan yang ia alami. Imran menyoroti perubahan pola pikir yang terjadi berkat program SMILE.
“Dulu, petani di desa, khususnya anggota petani sawit, cenderung memiliki cara pandang yang terbatas. Mereka kini lebih memahami cara mengelola lahan dengan baik, menerapkan teknik budidaya yang ramah lingkungan, dan memiliki pandangan yang lebih terarah dalam pekerjaan mereka.” tambahnya.
Program ini juga memberikan nilai tambah jangka panjang. Melalui koperasi, para petani belajar mengelola keuangan, membentuk sistem gotong royong yang solid, dan memperkuat posisi tawar mereka dalam pasar. Dampaknya tidak hanya terasa di lahan, tapi juga di taraf hidup petani yang kini lebih sejahtera.
Head of Sustainability Asian Agri, Ivan Novrizaldie, mengatakan program ini menjadi bukti konkret kekuatan kolaborasi.
“Dengan dukungan teknis dan kelembagaan, para petani dapat naik kelas secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kantor koperasi ini adalah hasil nyata dari perjalanan panjang tersebut." ujar Ivan.
Tidak hanya mengenai pengelolaan kebun sawit secara berkelanjutan, salah satu fokus utama program SMILE juga memperkuat traceability, yakni ketertelusuran dari kebun sawit petani ke konsumen.
Kao, Asian Agri, dan Apical duduk bersama, membahas tantangan yang dihadapi petani sawit swadaya dalam mencapai sertifikasi, serta strategi untuk memperkuat pendampingan teknis, kemitraan, dan arah program ke depan.
Untuk memastikan tujuan ini tercapai, langkah selanjutnya adalah memperkuat hubungan yang lebih erat antara pabrik dan petani kecil, serta memberikan dukungan yang berkelanjutan. Hal ini penting agar traceability yang telah dibangun dapat berjalan efektif dalam mendukung keberlanjutan.
“Fokus kami adalah memperluas dampak yang sudah tercapai,” ujar Head of Sustainability Apical Group, Tor Mooi See. “Itu berarti memperkuat hubungan antara pabrik dan petani, memberikan dukungan berkelanjutan, dan memastikan rantai pasok kami tetap inklusif dan bertanggung jawab dari hulu hingga konsumen akhir.”
Tidak hanya meresmikan gedung baru koperasi, manajemen Kao, Asian Agri, dan Apical dalam kunjungan ini bertujuan mengevaluasi program SMILE dan menentukan langkah selanjutnya.
“Di Kao, kami percaya pada filosofi Gemba - turun langsung ke lapangan untuk memahami situasi secara menyeluruh. Sangat penting bagi kami untuk melihat secara langsung bagaimana minyak kelapa sawit diproduksi. Sebagai bahan baku utama dalam bisnis kami, minyak kelapa sawit sangat strategis. Kami melihat Asian Agri dan Apical sebagai mitra utama. Kunjungan ini mencerminkan komitmen bersama kami untuk mencapai hasil yang lebih baik,” ujar Terasawa Kenji, Global Strategic Sourcing Vice President Kao Corporation.
Program SMILE menjadi tonggak penting dalam perjalanan menciptakan rantai pasok kelapa sawit yang inklusif dan bertanggung jawab. Program ini mendukung visi keberlanjutan Asian Agri 2030 dan Apical 2030, dengan fokus pada Kemitraan Petani dan Pertumbuhan Inklusif sebagai pilar strategis hingga 2030.
Hingga saat ini, lebih dari 3.489 petani telah bergabung dalam program SMILE, dan 1.373 di antaranya telah berhasil meraih sertifikasi RSPO. Asian Agri dan Apical optimistis dapat mensertifikasi 5.000 petani pada 2030, memperkuat komitmen mereka terhadap keberlanjutan dalam industri kelapa sawit.
Tidak hanya kepada para petani, Kao, Asian Agri, dan Apical juga memberikan perhatian kepada masyarakat sekitar salah satunya kepada para siswa di SDN 03, Tebing Tinggi, Pangkatan, Sumatera Utara.
Di depan ratusan siswa-siswi dan jajaran guru SDN 03, manajemen Kao mengingatkan pentingnya kebersihan mulai dari diri sendiri. Mencuci tangan menjadi hal kecil yang membawa dampak besar bagi kesehatan para murid.
Ke depannya, petani swadaya yang tergabung dalam program SMILE ini berharap agar kemitraan antara Kao, Apical, dan Asian Agri terus berlanjut.
"Mereka tidak bisa dipisahkan. Apical membantu memastikan sawit kami bisa keluar ke pasar, dan Asian Agri selalu mendampingi setiap langkah kami. Semua saling melengkapi. Jika salah satu terputus, kemajuan dan semangat kami untuk membangun petani juga bisa hilang," ujar Khairul Anam.
Dengan harapan tersebut, kemitraan yang kuat antara perusahaan-perusahaan ini akan terus mendorong tercapainya hasil yang lebih baik, tidak hanya bagi para petani, tetapi juga bagi keberlanjutan industri kelapa sawit secara keseluruhan. (RO/Z-1)