Kampus Berdampak: Menjadi Pusat Inovasi, Transformasi Sosial, dan Peradaban

7 hours ago 1
 Menjadi Pusat Inovasi, Transformasi Sosial, dan Peradaban (MI/Duta)

BELUM lama ini, Kemendikti-Saintek secara resmi meluncurkan Dikti-Saintek Berdampak. Mendikti-Saintek Brian Yuliarto menegaskan Dikti-Saintek Berdampak merupakan langkah strategis dan transformatif yang dirancang untuk menjawab tantangan pembangunan nasional dan mendukung pencapaian visi Indonesia emas 2045. Menurut Brian Yuliarto (2025), sudah saatnya dibangun sistem pendidikan tinggi yang berkeadilan, relevan, dan berdampak.

Semangat 'berdampak' tampaknya juga perlu diejawantahkan kampus-kampus, baik yang di bawah naungan Dikti-Saintek, maupun di kementerian lainnya. Hal itu menjadi penting mengingat di tengah krisis global, transformasi digital, dan tantangan pembangunan berkelanjutan, peran perguruan tinggi tidak lagi sekadar sebagai tempat menimba ilmu atau menghasilkan ijazah.

Perguruan tinggi dituntut menjadi 'kampus berdampak, institusi yang kehadirannya terasa, terukur, dan berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat luas. Hal itu ialah lompatan dari paradigma lama, dari kampus sebagai ivory tower menuju kampus sebagai social impact powerhouse. Itu sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara (1936 & 2009), bahwa pendidikan harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

PARADIGMA KAMPUS BERDAMPAK

Konsep kampus berdampak bukan sekadar jargon. Ia merupakan pengejawantahan dari Tridharma Perguruan Tinggi secara holistis dan kontekstual, pendidikan, penelitian, dan pengabdian yang membumi dan memberdayakan. Konsep kampus berdampak itu sejalan dengan pendekatan engaged university (Watson et al, 2011), civic university (Goddard, 2009), dan entrepreneurial university (Etzkowitz, 2000), dengan perguruan tinggi tidak hanya mengedepankan keunggulan akademik, tetapi juga kebaruan sosial yang aplikatif dan inklusif.

Secara detail, kampus berdampak memiliki makna (1) menyediakan solusi berbasis riset untuk tantangan lokal dan global, (2) memberdayakan masyarakat melalui pengabdian yang kolaboratif, (3) menghasilkan lulusan yang memiliki civic responsibility dan kesadaran sosial tinggi, dan (4) menjadi penggerak transformasi sosial dan ekonomi berbasis nilai, ilmu, dan teknologi. Ringkasnya, kampus berdampak tidak cukup diukur dari peringkat internasional atau jumlah publikasi, tetapi juga dari dampak sosial-ekonomi yang nyata dan berkelanjutan.

MENGUKUR DAMPAK KAMPUS, MUNGKINKAH?

Kampus berdampak harus dimulai dari kurikulum berdampak. Itu artinya kurikulum di kampus harus didesain 'hidup dan lentur', selaras dengan dinamika masyarakat dan dunia kerja. Pendekatan seperti project-based learning, entrepreneurship education, dan service learning mendorong mahasiswa untuk mengembangkan literasi sosial dan kepemimpinan transformatif.

Kurikulum kampus berdampak ini juga harus didukung sekaligus melahirkan riset-riset berdampak. Itu artinya, dalam kampus berdampak, riset tidak berhenti di jurnal, tetapi menyatu dengan solusi, atau biasa disebut sebagai riset terapan dan berbasis kebutuhan lokal (problem-based research).

Para dosen dan segenap sivitas akademika kampus berdampak didorong meneliti bukan demi akreditasi semata, melainkan untuk menyelesaikan isu strategis seperti (1) ketahanan pangan berbasis teknologi, (2) inovasi energi terbarukan, (3) ekonomi kreatif dan UMKM digital, dan (4) pendidikan inklusif di daerah 3T. Pendekatan seperti triple helix (kampus–industri–pemerintah) dan quadruple helix (dengan partisipasi masyarakat sipil) memperkuat kontribusi riset kampus terhadap pembangunan nasional.

Selanjutnya, pengmas sebagai salah satu tridharma kampus sudah saatnya diubah orientasinya. Pada model kampus berdampak, pengmas harus menjadi kolaborasi jangka panjang berbasis kepercayaan dan pemberdayaan.

DARI ILMU KE AKSI: REFLEKSI PERJALANAN UNJ SEBAGAI KAMPUS BERDAMPAK

Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sudah mengukuhkan diri sebagai kampus berdampak. Hal itu direalisasikan dengan banyaknya pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi yang dampaknya sudah dirasakan masyarakat. Salah satu program unggulan ialah inkubator riset dan teknologi yang membantu dosen dan mahasiswa UNJ mengembangkan prototipe, aplikasi, dan kebijakan berbasis data untuk menjawab kebutuhan masyarakat.

Tidak hanya pada bidang pengabdian dan riset, UNJ juga berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan dunia industri. Kolaborasi itu menjadi bagian penting dalam menjamin bahwa inovasi yang dihasilkan tidak hanya selesai di atas kertas, tetapi juga bisa diterapkan secara nyata. UNJ turut berkomitmen membangun daerah melalui kolaborasi.

Tak kalah penting, UNJ juga membangun sistem tata kelola kampus yang berorientasi keberlanjutan (sustainability), inklusivitas, dan digitalisasi. Bahkan untuk memperkuat tanggung jawab sosial kampus, UNJ memiliki program UNJ Peduli. Program itu fokus pada kegiatan sosial dan kepedulian terhadap masyarakat.

Dalam konteks itu, UNJ bukan hanya center of excellence, melainkan juga center of relevance, tempat ilmu dikembangkan, nilai ditanamkan, dan solusi bagi masyarakat dihasilkan. Dengan komitmen yang kuat dan sinergi lintas sektor, UNJ telah menempatkan dirinya sebagai model nyata kampus berdampak, bukan hanya dalam slogan, melainkan juga dalam tindakan.

Kampus berdampak menjadi sebuah keharusan. Tentu saja transformasi menuju kampus berdampak bukan tanpa tantangan. Oleh karena itu, diperlukan kepemimpinan visioner dari perguruan tinggi, budaya kolaboratif antarfakultas dan lintas sektor, serta pendanaan berkelanjutan untuk program sosial. Tidak kalah pentingnya pemanfaatan teknologi secara optimal guna mendukung edukasi dan riset, sangat mendukung terealisasinya kampus berdampak.

Akhirnya, kampus berdampak ialah kampus yang hadir dan mengakar dalam realitas masyarakatnya. Ia bukan menara gading, melainkan mercusuar harapan. Ia bukan hanya tempat orang-orang pintar belajar, melainkan juga tempat semua orang berdaya bersama. Ketika kampus menjadi tempat bertemunya ilmu dan kemanusiaan, dari sanalah akan lahir generasi pelopor yang siap menyongsong Indonesia emas 2045: cerdas secara akademik, tangguh secara sosial, dan utuh secara moral. Semoga.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |