
BULAN Ramadan merupakan bulan suci yang di dalamnya umat Islam diperintahkan untuk menunaikan ibadah puasa dan ibadah lain yang disyariatkan agama. Dalam bulan Ramadan itu pula kegiatan pendidikan juga penting untuk tetap dilaksanakan sebagai sarana pembentukan karakter luhur sekaligus meningkatkan kualitas belajar dan memenuhi capaian pembelajaran.
Pada sepuluh hari terakhir Ramadan 2025, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti berkesempatan memberikan ceramah Tarawih di masjid Al-Falah, Bendungan Hilir, Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (25/3/25). Hadir dengan naik MRT, Abdul Mu'ti menolak jemputan sepeda motor dan memilih berjalan kaki dari Stasiun MRT Bendungan Hilir ke Masjid Al-Falah yang berjarak kurang dari 600 meter untuk memberikan ceramah dan menunaikan salat Tarawih bersama.
Usai salat tarawih, sejumlah puluhan siswa mendekat menyalami Abdul Mu'ti seraya menyodorkan Jurnal, buku tugas pembelajaran selama bulan Ramadan untuk ditandatangani. Mu'ti menyapa akrab mereka dengan panggilan Gaes yang disambut tawa jemaah. Satu per satu catatan Jurnal Ramadan dibaca dan ditandatangani.
Salah seorang siswa yang meminta tanda tangan, Umar Alhafidz, 12, siswa SDN 12 Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, mengungkapkan bangga dan kegembiraan mendapat tanda tangan Mendikdasmen. "Saya sangat bersemangat sekali ketika mengetahui Bapak Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Pak Prof Dr. Abdul Mu'ti M.Ed. akan memberikan ceramah tarawih," ucapnya.
Hafidz, begitu panggilannya, mengaku menyimak dan mencatat ceramah Mendikdasmen. "Saya menyimak isi ceramah beliau dan mencatatnya di buku Jurnal kegiatan Ramadan. Setelah selesai Tarawih saya meminta tanda tangan beliau di buku Jurnal. Saya sangat senang sekali beliau tersenyum sambil menandatangani buku," ucapnya lebih lanjut.
Abdul Mu'ti mengungkapkan kegembiraannya melihat anak-anak bersemangat dan mencatat dengan baik ceramahnya. "Alhamdulillah, senang sekali menandatangani catatan ceramah Ramadan di Masjid Al-Falah Benhil. Anak-anak bersemangat dan mencatat dengan baik," ucapnya sambil tersenyum.
Meninggalkan Zuur
Mu'ti dalam ceramah Tarawihnya mengingatkan agar Ramadan ini hendaknya menjadi bulan untuk banyak berderma. Menyitir firman Allah dalam surat Al-Lail ayat 5-10, "Maka barangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan), dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah), serta mendustakan (pahala) yang terbaik, maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan)."
Dari ayat itu, menurut Mu'ti, barang siapa yang banyak berderma, banyak memberi, dan bertakwa, serta membenarkan ada balasan atas apa segala kebaikan yang kita lakukan, Allah akan memberikan kepadanya berbagai kemudahan untuk bisa meraih kebahagiaan. Sebaliknya barang siapa yang bakhil, pelit, kikir untuk berderma di jalan Allah, dan dia tidak mau meminta pertolongan kepada Allah, kata lain sombong, takabur, dan mendustakan balasan kebaikan atas perbuatan yang dilakukannya, Allah memudahkan baginya dengan berbagai macam kesulitan dalam kehidupannya.
Keyakinan ada balasan atas perbuatan manusia dan keyakinan ada hari akhir merupakan pembeda antara manusia yang beragama dan yang tidak beragama. Manusia yang tidak beragama itu berkeyakinan bahwa hidup ini hanya ada di dunia, tidak ada kehidupan di akhirat, tidak ada kehidupan setelah mati. Mereka berusaha untuk berfoya-foya dalam kehidupan di dunia karena merasa tidak ada konsekuensi apapun dari apa yang mereka lakukan. Sebaliknya orang-orang yang beriman berkeyakinan bahwa dunia ini tempat mencari bekal persiapan di akhirat.
Orang-orang yang mencari bekal untuk persiapan di akhirat, menurut Mu'ti, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah akan diberikan kemudahan-kemudahan dalam kehidupannya. Ahli tafsir menjelaskan, baginya dibentangkan jalan yang mudah untuk mendapatkan kebahagiaan di surga.
Kenapa orang yang bertakwa itu dimudahkan urusannya? Nabi Muhammad memberikan tuntunan barang siapa yang memudahkan urusan sesama muslim, memudahkan urusan manusia lain, Allah menjadikan baginya urusannya menjadi mudah.
"Kalau kita mencoba memahami makna dari ayat-ayat Al Quran, terutama kaitannya dengan puasa, misalnya, Nabi bersabda, 'Barang siapa dia itu berpuasa, tidak makan tidak minum, tetapi tidak meninggalkan azzuur, tidak meninggalkan perkataan dosa, perkataan bohong, perbuatan jahat, Allah tidak menghitung sama sekali bahwa dia itu berpuasa dengan tidak makan dan tidak minum, dalam keadaan lapar dan dahaga," tutur Mu'ti.
Mu'ti menjelasan lebih lanjut tentang makna azzuur seperti disampaikan oleh Zamakhsyari dalam tafsir Al-Kasy-syaf. Ia menjelaskan la yashadu al-zuur berarti menjauhi, meninggalkan perbuatan batil dan dosa (khatha). Walaupun tidak melakukan, bergabung, menyaksikan, atau membiarkan perbuatan jahat sama saja nilainya dengan mendukung terjadinya kejahatan dan dosa.
"Mudah-mudahan dengan menunaikan ibadah puasa ini kita diberikan oleh Allah kelapangan hati dan kelapangan rizki untuk kita menyisihkan sebagian rezeki yang kita miliki membantu sesama, membantu perjuangan di jalan Allah. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan kepada kita pertolongannya, memberikan kepada kita taufik, sehingga perbuatan baik yang kita lakukan merupakan investasi untuk kita menanam kebaikan tidak hanya untuk kehidupan di dunia tetapi juga kebahagiaan untuk kerhidupan di akhirat nanti," pungkas Mu'ti. (I-2)