
LEBIH dari 17 serangan Amerika Serikat (AS) dilaporkan menyasar kawasan barat laut Saada dan tengah bagian barat Amran, Yaman
Situs web milisi Ansarollah mengatakan pesawat tempur AS melakukan serangan udara agresif yang menyebabkan kerusakan material pada properti warga sipil. Laporan itu tidak memberikan rincian korban jiwa.
Washington telah mengumumkan serangan militer terhadap Houthi yang didukung Iran, berjanji untuk menggunakan kekuatan besar sampai kelompok itu berhenti menembaki kapal-kapal di rute pelayaran utama Laut Merah dan Teluk Aden.
"Hari itu terjadi gelombang serangan udara AS yang menurut para pejabat menewaskan para pemimpin senior Houthi dan menewaskan 53 orang," demikian laporan seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (26/3).
Semenjak itu, wilayah Yaman yang dikuasai Houthi telah mengalami serangan hampir setiap hari yang mana kelompok tersebut menyalahkan Amerika Serikat dan Houthi mengumumkan penargetan kapal militer AS dan Israel.
Kelompok Houthi mulai menargetkan kapal-kapal pengiriman setelah dimulainya perang Gaza, dengan alasan solidaritas dengan warga Palestina, tetapi menghentikan kampanye mereka ketika gencatan senjata mulai berlaku di Gaza pada bulan Januari.
Awal bulan ini, mereka mengancam akan memperbarui serangan di jalur perdagangan laut penting tersebut atas blokade bantuan Israel di wilayah Palestina, yang memicu serangan pertama AS di Yaman sejak Presiden Donald Trump menjabat pada bulan Januari.
Minggu lalu, Trump mengancam akan memusnahkan Houthi dan memperingatkan Teheran agar tidak terus membantu kelompok tersebut.
Sebelumnya, AS menegaskan akan terus melancarkan serangan terhadap kelompok pemberontak Houthi di Yaman hingga mereka menghentikan serangan terhadap kapal dagang di Laut Merah.
Pernyataan tegas ini disampaikan Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, sehari setelah serangan udara AS di Yaman pada akhir pekan menewaskan sedikitnya 53 orang, termasuk lima anak-anak dan dua perempuan, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi.
Operasi terbesar
Serangan tersebut menjadi operasi militer terbesar AS di Timur Tengah sejak Presiden Donald Trump memulai masa jabatannya di bulan Januari. Seorang pejabat AS mengatakan bahwa kampanye ini dapat berlangsung selama beberapa pekan ke depan.
"Begitu Houthi mengatakan mereka akan berhenti menembaki kapal-kapal kami, kami juga akan menghentikan serangan. Namun hingga saat itu tiba, operasi ini akan berlangsung tanpa henti," kata Hegseth.
Ia menjelaskan bahwa tujuan utama serangan ini adalah menghentikan ancaman terhadap jalur perdagangan strategis dan memulihkan kebebasan navigasi di Laut Merah.
"Iran telah mendukung Houthi terlalu lama, dan mereka sebaiknya mundur," sebutnya.
Sebagai respons atas serangan AS, pemimpin Houthi Abdul Malik al-Houthi mengancam akan menargetkan kapal-kapal AS di Laut Merah selama serangan terhadap Yaman terus berlangsung.
"Jika mereka melanjutkan agresi ini, kami akan meningkatkan eskalasi," ujarnya dalam pidato yang disiarkan televisi.
Militer Houthi mengeklaim telah menyerang kapal induk USS Harry S. Truman dan kapal perang AS lainnya di Laut Merah menggunakan rudal balistik dan drone.
Namun, pejabat AS membantah klaim tersebut, menyatakan bahwa 11 drone Houthi telah ditembak jatuh tanpa ada yang mendekati kapal induk tersebut.
Kecaman Rusia
Sementara itu, Rusia mengecam tindakan AS. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, meminta Washington segera menghentikan penggunaan kekuatan militer dan mendorong dialog politik.
Peringatan juga datang dari Iran. Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Hossein Salami, menegaskan bahwa Houthi membuat keputusan mereka sendiri, tetapi memperingatkan AS untuk tidak memicu eskalasi lebih lanjut.
"Kami memperingatkan musuh bahwa Iran akan merespons dengan tegas dan destruktif jika ancaman mereka berlanjut," katanya.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menegaskan bahwa Houthi tidak akan mampu melakukan serangan tanpa dukungan dari Iran.
"Ini adalah pesan kepada Iran: Jangan terus mendukung Houthi, karena Anda juga akan bertanggung jawab atas serangan terhadap kapal angkatan laut dan perdagangan global," sebutnya.
Kelompok Houthi sebelumnya telah melancarkan puluhan serangan terhadap kapal dagang di Laut Merah sejak perang antara Israel dan Hamas dimulai pada akhir 2023. Mereka mengklaim tindakan ini sebagai solidaritas terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Meski sempat menghentikan serangan saat Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata pada Januari, Houthi mengumumkan pada 12 Maret bahwa ancaman terhadap kapal Israel akan berlanjut hingga blokade terhadap bantuan kemanusiaan ke Gaza dicabut.
Situasi yang memanas di Laut Merah tidak hanya mengancam stabilitas kawasan tetapi juga mengganggu jalur perdagangan global yang vital, sementara AS bersumpah tidak akan mundur hingga ancaman Houthi benar-benar berakhir. (Fer/I-1)