Hipertensi Tak Terkontrol Picu Demensia, Ini Cara Mencegahnya 

5 hours ago 3
Hipertensi Tak Terkontrol Picu Demensia, Ini Cara Mencegahnya  Ilustrasi(Freepik)

Hipertensi yang tidak terkelola dengan baik terbukti meningkatkan risiko terjadinya demensia. Menjaga tekanan darah mulai dari usia dini bukan hanya bermanfaat untuk jantung, tetapi juga sangat penting bagi kesehatan otak. Deteksi dan pencegahan yang dilakukan lebih awal dapat memperpanjang masa produktif seseorang serta mencegah gangguan ingatan saat memasuki usia lanjut.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu faktor risiko utama yang menyebabkan penurunan fungsi otak. Jika dibiarkan tanpa pengendalian, kondisi ini dapat merusak pembuluh darah kecil di otak, yang pada akhirnya memicu gangguan kognitif jangka panjang, termasuk demensia vaskular dan penyakit Alzheimer. Risiko ini semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, terutama bagi individu yang tidak menerapkan gaya hidup sehat atau jarang memeriksakan tekanan darah mereka.

Menurut American Heart Association (AHA), menjaga tekanan darah tetap di bawah angka 120/80 mmHg dapat mengurangi risiko penurunan fungsi otak hingga 15 persen. Dr. Mitchell Elkind, peneliti senior AHA, mengungkapkan, “Mengendalikan tekanan darah sejak usia paruh baya merupakan strategi penting untuk mengurangi risiko gangguan kognitif dan demensia di kemudian hari. ”

Bahwa hipertensi yang tidak ditangani dapat menyebabkan stroke ringan (silent stroke) yang tidak menunjukkan gejala namun secara perlahan merusak jaringan otak. Jika kondisi ini dibiarkan, maka akan berpengaruh pada daya ingat, konsentrasi, serta kemampuan berbicara dan mengenali lingkungan sekitar.

World Health Organization (WHO)  bahwa sekitar 1,28 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami hipertensi, dan dua pertiganya berada di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Banyak di antara mereka yang tidak menyadari kondisi ini karena hipertensi sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal.

Pencegahan demensia yang disebabkan oleh hipertensi dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat. Dengan merekomendasikan pola makan seimbang seperti diet DASH, yang rendah akan garam dan tinggi serat, melakukan olahraga rutin minimal 30 menit setiap hari, menghentikan kebiasaan merokok, membatasi konsumsi alkohol, serta menjaga berat badan ideal. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin, bahkan saat merasa sehat, sangat dianjurkan.

Bagi individu yang menderita hipertensi, kepatuhan dalam mengonsumsi obat sesuai dengan arahan dokter adalah hal yang krusial untuk pengendalian tekanan darah dalam jangka panjang.

Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” karena tidak menunjukkan gejala yang jelas, namun dampaknya dapat merusak berbagai organ, termasuk otak. Jika dibiarkan, komplikasi yang ditimbulkannya dapat berpengaruh besar terhadap kualitas hidup pasien dan keluarganya. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menyadari bahaya hipertensi dan memahami pentingnya pencegahan.

Melindungi otak dari risiko demensia dimulai dengan kebiasaan sehat yang diterapkan hari ini. Semakin cepat hipertensi dikenali dan dikelola, semakin besar peluang seseorang untuk tetap sehat secara fisik dan mental hingga usia lanjut. (Hellosehat/WHO/E-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |