
TEMA Hari Asma Sedunia 2025 yaitu Jadikan Perawatan Inhalasi Dapat Diakses oleh SEMUA ORANG! (Make Inhaled Treatments Accessible for ALL!) menekankan perlu memastikan bahwa orang dengan asma dapat mengakses obat inhalasi yang penting untuk mengendalikan penyakit yang mendasarinya dan mengobati serangan.
"Sebagai perusahaan biofarmasi global, AstraZeneca sadar bahwa kami memiliki peran penting dalam meningkatkan tatalaksana asma di Indonesia. Tatalaksana asma terbaik meliputi edukasi, deteksi dini, dan pengobatan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Oleh karena itu, Hari Asma Sedunia menjadi momen penting bagi kami untuk senantiasa meningkatkan akses bagi masyarakat Indonesia dalam memperoleh tatalaksana asma yang komprehensif," ujar Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay.
Asma merupakan penyakit yang disebabkan peradangan dan penyempitan saluran pernapasan, sehingga seseorang sulit bernapas. Penyakit tidak menular ini bisa mengenai siapa saja mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Gejala asma dapat berupa batuk, mengi, sesak napas, dan sesak dada, baik ringan maupun berat.
Menurut WHO, asma dialami oleh 262 juta orang di seluruh dunia pada 2019 dan menyebabkan sekitar 455.000 kematian. Sementara di Indonesia, prevalensi asma berdasarkan diagnosis dokter mencapai 1,6% dengan proporsi kekambuhan dalam 12 bulan terakhir sebesar 58,3%.
Meskipun asma dapat menjadi kondisi serius, bahkan dalam kasus paling parah dapat mengakibatkan kematian, dengan tatalaksana yang tepat, pasien tetap dapat menjalani kehidupan normal dan aktif. Oleh karena itu, edukasi bagi pasien dan keluarga sangat penting untuk memahami pengobatan asma untuk mengurangi risiko eksaserbasi (kekambuhan) dan ketergantungan berlebihan pada obat asma tertentu. Selain itu, dengan edukasi, orang yang memiliki gejala asma menyadari bahwa mereka perlu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, sehingga asma mereka tetap dapat terkontrol dan terhindar dari kondisi serius.
Ketergantungan berlebihan pada obat asma tertentu terlihat dalam studi lintas negara SABINA (SABA Use in Asthma) III. Studi yang melibatkan 8.351 pasien dari 24 negara ini menunjukkan 38% pasien asma menerima tiga atau lebih kanister inhaler SABA dalam setahun. Sebagai salah satu negara yang diikutsertakan dalam penelitian ini, 37% pasien di Indonesia diresepkan tiga atau lebih kanister SABA per tahun.
Hasil studi ini menunjukkan peresepan tiga atau lebih kanister SABA versus 1-2 kanister dikaitkan dengan kemungkinan asma yang terkontrol atau terkontrol sebagian yang semakin rendah dan tingkat eksaserbasi berat yang lebih tinggi.
Kesimpulan dari hasil studi ini adalah hubungan antara resep SABA (short acting beta-2 agonists) yang tinggi dan hasil klinis yang buruk di berbagai negara, tempat perawatan kesehatan, dan tingkat keparahan asma. Hasil studi ini mendukung inisiatif untuk memperbaiki morbiditas asma dengan mengurangi ketergantungan berlebihan pada SABA.
Senada dengan hasil penelitian tersebut, sebuah studi observasional di Inggris sebagai bagian dari Program Global SABINA menunjukkan penggunaan tiga atau lebih inhaler SABA dalam setahun mengakibatkan peningkatan risiko eksaserbasi sebesar 20% pada pasien ringan dan peningkatan risiko sebesar 24% pada pasien asma sedang hingga berat.
Global Initiative for Asthma (GINA) tidak merekomendasikan penggunaan SABA sebagai terapi tunggal pada asma. Penggunaan SABA sebagai terapi tunggal dikaitkan dengan peningkatan risiko eksaserbasi, perburukan fungsi paru, dan peningkatan risiko kematian karena asma.
Berdasarkan kondisi ini, AstraZeneca menginisiasi kampanye Stop Ketergantungan dengan menyediakan platform digital, www.stopketergantungan.id, yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat. Melalui situs ini, masyarakat dapat melakukan tes ketergantungan pelega SABA dengan menjawab lima pertanyaan.
Hasil tes akan menunjukkan apakah mereka berisiko tinggi, sedang, atau rendah. Setelah mengunduh hasil tes, masyarakat dapat berkonsultasi dengan dokter untuk tahap perawatan berikutnya. Selain tes ketergantungan, tautan ini menyediakan informasi mengenai risiko penggunaan pelega SABA secara berlebihan.
Asma merupakan penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan secara berkelanjutan. Berkelanjutan tidak berarti ketergantungan terhadap obat asma tertentu. Oleh karena itu, diperlukan tatalaksana asma yang komprehensif yang meliputi edukasi, deteksi dini, dan pengobatan. Dengan demikian, masyarakat mengetahui penanganan asma yang tepat.
"Sebagai bagian dari komitmen kami dalam mendukung penanganan asma, selain menghadirkan platform edukasi www.stopketergantungan.id, kami juga menjalin kerja sama dengan Good Doctor untuk menyediakan layanan kesehatan melalui aplikasi digital. Kedua inisiatif ini bertujuan mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi dan konsultasi mengenai penanganan asma yang dipersonalisasi, mulai dari penyesuaian gaya hidup hingga pilihan pengobatan terbaik bagi masyarakat Indonesia," tutur Esra Erkomay.
VP of Medical Operations PT Good Doctor Technology, dr. Ega Bonar Bastari, mengatakan sebagai penyedia layanan kesehatan berbasis teknologi, Good Doctor yakin bahwa perawatan asma dapat diakses oleh semua orang sesuai dengan tema Hari Asma Sedunia tahun ini. "Agar masyarakat memperoleh penanganan yang tepat, dalam kerja sama dengan AstraZeneca, kami menyediakan tautan Skrining Risiko Asma. Tautan ini berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien khususnya yang berkaitan dengan asma. Berbagai pertanyaan dalam tautan ini telah diverifikasi dan divalidasi oleh tim medis kami beserta jurnal penelitian medis bereputasi tinggi, sehingga keamananan dan keabsahannya dapat dipercaya."
Lanjut dr. Ega, berdasarkan jawaban pasien dan diagnosis yang dilakukan tim medis Good Doctor melalui telekonsultasi, pihaknya akan memberikan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Tahap demi tahap ini dilakukan untuk menghindarkan masyarakat dari ketergantungan terhadap obat tertentu dan memperoleh pengobatan sesuai dengan efikasi yang dibutuhkan.
Momentum Hari Asma Sedunia menjadikan kolaborasi AstraZeneca dan Good Doctor semakin memiliki peran penting dalam meningkatkan akses masyarakat Indonesia untuk memperoleh penanganan asma yang tepat. Kolaborasi ini sekaligus menjadi salah satu jalan untuk melaksanakan tema Hari Asma Sedunia 2025, yakni perawatan asma yang dapat diakses oleh semua orang di mana pun dan kapan pun. (RO/I-2)