Guru BP Diajak Merefleksi Dan Bertindak Cegah Aksi Bunuh Diri Generasi Muda Lembata

2 weeks ago 15
Guru BP Diajak Merefleksi Dan Bertindak Cegah Aksi Bunuh Diri Generasi Muda Lembata Pelatihan peningkatan kapasitas dan dukungan kesehatan mental kepada Guru BP di Lewoleba.(MI/Alexander Taum)

PARA Guru Bimbingan Psikologi yang bertugas di sekolah-sekolah di Kabupaten Lembata, diajak untuk ikut merefleksikan, meneliti serta bertindak cepat guna mencegah aksi bunuh diri yang belakangan marak terjadi di kalangan generasi muda di Lembata dan Nusa Tenggara Timur pada umumnya.

Ajakan tersebut disampaikan Akademisi Universitas Nusa Cendana, Abdi Keraf dalam forum pelatihan peningkatan kapasitas dan dukungan kesehatan mental kepada Guru BP di Lewoleba, Rabu (26/2).  

Pelatihan yang diselenggarakan oleh PLAN Program Implementasi Area (PIA) Indonesia itu guna merespon maraknya aksi bunuh diri yang terjadi pada generasi muda Lembata.

Menurut Abdi Keraf, Akademisi pada fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana Kupang, fenomena gantung diri marak terjadi belakangan karena adanya masalah. Masalah sendiri terjadi karena ada kesenjangan antara ekspektasi atau harapan yang tidak sejalan dengan kenyataan.

"Dalam tugas pelayanan sebagai guru yang profesional, kita dituntut untuk To Be dalam teori empat pilar pendidikan Montesoi. Learning to do, learning to be, learning to live with, maka guru harus berada di empat pilar tersebut.

Abdi menghimbau para Guru BP untuk memelajari apa fenomena yang sedang terjadi. Apa yang melandasi anak generasi kita hari ini lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya. Apakah karena pendidikan berkontribusi, apakah orang tua, ataukah lembaga pendidikan, tempat anak anak datang menimba pendidikan.

Abdi Keraf, Dosen yang mengabdi pada Fakultas Kesehatan masyarakat, universitas Nusa Cendana, saat membawakan materi Kupang itu menjelaskan ada kecendrungan anak muda saat ini menyimpan segudang persoalan hingga muncul tindakan yang dinilai nakal di sekolah. Karena itu lingkungan sekitar dituntut untuk tidak turut menekan kondisi psikologis anak dengan tindakan represif.

"Lingkaran keluarga anak perlu peka pada sinyal sinyal yang di tunjukan baik lisan maupun tulisan oleh anak muda. Sinyal sinyal yang dipandang sang anak hendak mengakhiri hidupnya jangan dipakai untuk bercanda," ujar Abdi Keraf.

Dalam kesempatan itu, Abdi Keraf mengingtkan pentingnya melatih kemampuan individu mengolah stres, sebab tak jarang stres ditangani dengan distres atau cara negatif. Ada pula stres dapat pula diatasi dengan Eustres atau cara positip.

Selain itu, Abdi mengajarkan pentingnya para guru Bp mengajarkan  kemampuan mengendalikan emosi, marah, benci atau jengkel atau social emotional learning.

"Kesehatan mental dapat dipengaruhi faktor genetik, pengalaman traumatis yang disebabkan akumulasi dari kekerasan psikis yang terus menumpuk. Guru BP juga wajib membedakan mana konsekwensi dan mana hukuman," ujar Abdi Keraf.

Sementara itu, Erlina Dangu, Manager Program Implementasi area  Lembata, Plan Indonesia, mengatakan, kesehatan mental adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, sering kali berperan lebih besar daripada kesehatan fisik itu sendiri. Meskipun sering kali terabaikan, kondisi mental yang baik memungkinkan seseorang untuk mengelola stres, berhubungan dengan orang lain, dan berfungsi dengan baik dalam berbagai aspek kehidupan.

Remaja banyak mendapat tantangan baik dari diri mereka sendiri maupun dari lingkungan, apabila remaja tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi maka akan berakhir pada berbagai masalah kesehatan yang begitu kompleks sebagai akibat dari perilaku beresiko yang mereka lakukan termasuk prilaku beresiko remaja dikabupaten dan persoalan remaja yang mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Peningkatan kapasitas dan dukungan kesehatan mental kepada guru bimbingan penyuluhan disekolah, kepada anak Remaja SC yang ada di kota Lewoleba maupun kepada staff PLAN YPII sangat penting didiskusikan agar dapat memberikan dukungan bagaimana penanganan gangguan kesehatan mental yang dihadapi baik oleh peserta didik maupun tekanan yang dihadapi dalam kehidupan bagi anak remaja dan bagi staff plan PIA Lembata.

Erlina menyebut, tujuan peningkatan kapasitas untuk kesehatan mental bagi guru BP adalah, Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guru BP ( bimbingan penyuluhan ) terkait kesehatan mental; meningkatkan kepercayaan diri guru BP dalam membantu mengurangi resiko mengalami gangguan kesehatan mental bagi peserta didik, Memberikan perpektif baru atau metode baru kepada guru BP dalam menghadapi masalah gangguan kesehatan yang dapat membantu meringankan beban mental.
 
Selain itu kepada Guru BP,  Peningkatan Kapasitas Kesehatan mental juga dilaksanakan PLN bagi remaja. "Tujuannya agar anak ataun remaja dampingan, memahami tentang pentingnya kesehatan mental dan cara menjaga kesejahteraan emosional mereka, memahami dampak dari masalah kesehatan mental yang terjadi pada remaja, khususnya remaja SC di PIA Lembata. Pelatihan juga bertujuan agar remaja SC mampu mengekspresikan diri mereka secara kreatif, membangun rasa kebersamaan dan dukungan sosial di antara remaja. Remaja dapat menjadi support system bagi sesama remaja," ujar Erlina.  

Selain itu, Plan juga  meningkatkan kapasitas kesehatan Mental bagi Staff Plan agar mendapatkan metode dan cara membantu dalam mengatasi pekerjaan yang dihadapi, membantu Staff Plan PIA Lembata dalam merencanakan kerja -kerja dukungan terkait kesehatan mental. (E-2).

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |