
AKSI demonstrasi menentang kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump terus menyebar ke berbagai daerah di Amerika Serikat. Pemerintah federal melakukan tindakan represif di Los Angeles dan mengeluarkan ancaman penggunaan kekuatan bersenjata.
Los Angeles menjadi pusat awal gelombang protes sejak Jumat pekan lalu. Kota itu memberlakukan jam malam untuk mengendalikan massa.
Situasi per Rabu waktu setempat atau Kamis WIB, kebijakan jam malam sebagian besar berhasil. Polisi tetap menangkap sekitar 25 orang yang menolak mengikuti larangan yang berlaku.
Aparat berjaga di sekitar gedung pemerintahan, sementara para pemilik toko menutup jendela mereka dengan papan kayu untuk mencegah aksi perusakan. Kondisi di wilayah itu dilaporkan tenang pada Rabu.
“Saya bisa katakan bahwa semuanya berjalan cukup baik di titik pusat aksi ini,” kata Lynn Sturgis, 66, pensiunan guru yang turut berdemonstrasi.
“Kota kami tidak terbakar, tidak hancur, seperti yang coba digambarkan pemimpin kami yang buruk itu," imbuhnya.
Pengamanan Fasilitas Strategis
Menurut Wakil Komandan Army North, Mayor Jenderal Scott Sherman, sekitar 1.000 dari total 4.700 tentara yang diperintahkan Trump telah ditempatkan secara aktif di Los Angeles. Mereka bekerja bersama petugas ICE dalam pengamanan fasilitas strategis.
Sisa pasukan, termasuk 700 marinir, masih dalam tahap pelatihan penanganan kerusuhan sipil. Pentagon memperkirakan operasi ini akan membebani anggaran negara sebesar US$134 juta.
Akar dari unjuk rasa di AS bermulai dari operasi penangkapan imigran ilegal yang dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Meskipun sebagian besar aksi berlangsung damai, sejumlah insiden kekerasan seperti pembakaran taksi swakemudi dan pelemparan batu ke arah petugas memicu reaksi keras dari aparat, termasuk penggunaan gas air mata dan senjata pengendali massa.
Trump Buat Krisis
Pengerahan pasukan militer ditentang Gubernur California Gavin Newsom yang menilai Trump tengah memperkeruh keadaan demi keuntungan politik. “Demokrasi sedang diserang di depan mata kita. California mungkin jadi yang pertama, tapi jelas ini tidak akan berakhir di sini," ucapnya dalam pidato televisi.
Meski dihadapkan pada ancaman pengerahan militer, para demonstran tetap melanjutkan aksi mereka. Ribuan orang turun ke jalan di New York dan Chicago pada Selasa malam. Sementara itu, Gubernur Texas Greg Abbott dari Partai Republik mengumumkan pengiriman Garda Nasional untuk menghadapi aksi protes. Aksi serupa juga direncanakan di New York, Seattle, dan Las Vegas.
Pada akhir pekan ini, para demonstran merencanakan gerakan nasional bertajuk No Kings. Gerakan tersebut bertepatan dengan parade militer besar-besaran di ibu kota negara yang digelar untuk memperingati 250 tahun berdirinya Angkatan Darat AS sekaligus bersamaan dengan ulang tahun ke-79 Trump.
Pemerintah Trump menggambarkan protes-protes ini sebagai ancaman serius terhadap ketertiban dan kedaulatan negara sehingga memerlukan intervensi militer.
Namun, tokoh-tokoh dari Partai Demokrat menuduh Trump sengaja menciptakan krisis untuk mendulang dukungan politik. (AFP/Z-2)