Frekuensi Kecing Sehari Bisa Menjadi Tanda Kesehatan Tubuh Kita

3 weeks ago 13
Frekuensi Kecing Sehari Bisa Menjadi Tanda Kesehatan Tubuh Kita urine(freepik)

PADA umumnya, seseorang buang air kecil sekitar 6 sampai 7 kali dalam sehari. Frekuensi antara 4 dan 10 kali masih dianggap normal, asalkan tidak mengganggu kualitas hidup. 

Perubahan dalam frekuensi buang air kecil dapat terjadi seiring waktu, misalnya selama kehamilan akibat perubahan hormon dan tekanan pada kandung kemih. Kondisi ini bisa berlangsung hingga 8 minggu setelah melahirkan.

Tanda-tanda buang air kecil tidak normal

Buang air kecil terlalu sering atau terlalu jarang bisa menjadi indikasi masalah kesehatan, terutama jika disertai gejala berikut:

  • Nyeri punggung
  • Darah dalam urine
  • Urine keruh
  • Kesulitan buang air kecil
  • Demam
  • Kebocoran urine di antara waktu ke toilet
  • Nyeri saat buang air kecil
  • Bau urine yang menyengat

Jika seseorang mengalami perubahan drastis dalam frekuensi atau jumlah urine, meskipun masih dalam batas normal, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

Faktor yang mempengaruhi frekuensi buang air kecil

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi seberapa sering seseorang buang air kecil meliputi:

  • Usia
  • Kapasitas kandung kemih
  • Asupan cairan
  • Konsumsi alkohol dan kafein
  • Kondisi medis, seperti diabetes atau infeksi saluran kemih (ISK)
  • Penggunaan obat atau suplemen tertentu

Jika terjadi perubahan yang drastis dalam pola buang air kecil, hal ini bisa menjadi tanda adanya kondisi medis yang perlu diperiksa lebih lanjut.

Kondisi medis yang mempengaruhi frekuensi buang air kecil

Beberapa penyakit atau gangguan kesehatan dapat menyebabkan perubahan dalam frekuensi buang air kecil, di antaranya:

  • Infeksi Saluran Kemih (ISK): Ditandai dengan seringnya buang air kecil, urgensi berkemih, nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil, serta nyeri punggung.
  • Kandung Kemih Terlalu Aktif: Bisa disebabkan oleh infeksi, obesitas, ketidakseimbangan hormon, atau gangguan saraf.
  • Sistitis Interstisial: Kondisi kronis dengan gejala mirip ISK meskipun tidak ada infeksi.
  • Diabetes: Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan tubuh mengeluarkan lebih banyak urine.
  • Gangguan Kadar Kalsium: Baik hiperkalsemia (kalsium tinggi) maupun hipokalsemia (kalsium rendah) dapat memengaruhi fungsi ginjal dan produksi urin.
  • Anemia Sel Sabit: Penyakit keturunan ini dapat memengaruhi konsentrasi urin dan meningkatkan frekuensi buang air kecil.
  • Masalah Prostat: Pembesaran prostat dapat menghambat aliran urin, menyebabkan seseorang lebih sering atau lebih jarang buang air kecil.
  • Kelemahan Otot Dasar Panggul: Bisa terjadi akibat penuaan atau persalinan, yang menyebabkan meningkatnya frekuensi buang air kecil.

Pengaruh Obat-obatan

Beberapa obat, seperti diuretik, dapat meningkatkan produksi urin dengan mengeluarkan lebih banyak cairan dari tubuh. Diuretik umumnya digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, atau masalah jantung. Contoh diuretik meliputi:

  • Bumetanide (Bumex)
  • Chlorothiazide (Diuril)
  • Furosemide (Lasix)
  • Metolazone (Zytanix)
  • Spironolactone (Aldactone)

Pengaruh asupan cairan

Konsumsi cairan yang cukup sangat penting bagi tubuh. Mengonsumsi lebih banyak cairan akan meningkatkan produksi urine. Sedangkan kurang minum dapat menyebabkan dehidrasi dan menurunkan jumlah urine yang dikeluarkan.

Minuman berkafein dan beralkohol memiliki efek diuretik yang dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil. Beberapa makanan dan minuman yang mengandung kafein meliputi:

  • Kopi
  • Soda berkafein
  • Minuman energi
  • Cokelat
  • Teh hitam dan teh hijau

Berapa lama air menjadi urine?

Ginjal terus-menerus menyaring darah untuk membuang limbah dalam bentuk urine. Waktu yang dibutuhkan agar air yang diminum berubah menjadi urine bergantung pada faktor seperti kesehatan ginjal, jumlah cairan yang dikonsumsi, serta tingkat aktivitas tubuh.

Cara mengatasi masalah buang air kecil

Jika frekuensi buang air kecil tidak mengganggu aktivitas sehari-hari dan tidak disebabkan oleh kondisi medis tertentu, umumnya tidak diperlukan pengobatan khusus. Namun, bagi yang mengalami gangguan, beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi:

  • Mengatur jumlah cairan yang diminum
  • Menghindari konsumsi kafein dan alkohol
  • Melakukan latihan kegel untuk memperkuat otot panggul
  • Mengubah pola hidup, misalnya dengan menjadwalkan waktu buang air kecil
  • Mengonsumsi obat jika diperlukan, sesuai anjuran dokter
  • Menjalani operasi jika diperlukan, seperti dalam kasus pembesaran prostat

Mencatat jumlah asupan cairan, frekuensi buang air kecil, dan gejala lainnya sebelum berkonsultasi dengan dokter dapat membantu diagnosis dan pengobatan yang lebih tepat.

Langkah pencegahan infeksi saluran kemih

Bagi yang sering mengalami ISK, beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah:

  • Menyeka dari depan ke belakang setelah buang air kecil
  • Buang air kecil setelah berhubungan seksual
  • Menghindari produk pembersih beraroma di area genital
  • Tidak menggunakan douche vagina
  • Mengenakan pakaian dalam berbahan katun dan pakaian yang longgar

Pertanyaan yang sering diajukan

Mengapa saya masih merasa ingin buang air kecil setelah selesai?

Ini bisa menjadi tanda kondisi medis seperti kandung kemih terlalu aktif atau ISK. Sebaiknya periksakan ke dokter.

Berapa lama seseorang bisa menahan buang air kecil?

Beberapa orang dapat menahan urin dalam waktu lama, tetapi hal ini tidak disarankan karena dapat melemahkan otot kandung kemih.

Seperti apa warna urine yang sehat?

Urine yang sehat biasanya berwarna kuning muda. Jika warnanya lebih gelap, itu bisa menjadi tanda dehidrasi.

Sebagian besar orang buang air kecil sekitar 6 - 7 kali sehari, dengan rentang normal hingga 10 kali. Perubahan frekuensi buang air kecil bisa dipengaruhi oleh faktor usia, kehamilan, atau kondisi medis tertentu.

Jika terjadi perubahan drastis dalam frekuensi buang air kecil, terutama jika disertai gejala seperti nyeri atau demam, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk menghindari komplikasi lebih lanjut. (Medical News Today/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |