
FENOMENA suhu udara dingin (mbedhidhing) di Jawa Tengah merupakan pertanda memasuki musim kemarau, diingatkan sejumlah daerah untuk mewaspadai terjadinya kekeringan dari mukai kekurangan air bersih, lahan pertanian hingga kebakaran hutan.
Pemantauan Media Indonesia Jumat (11/7) suhu udara dingin (mbedhidhing) kian terasa di sejumlah daerah di Jawa Tengah terutama di kawasan pegunungan dan dataran tinggi, bahkan pada malam hingga pagi hari suhu udara dapat mencapai dibawah 14 derajat celcius, sehingga terasa cukup menusuk tulang.
Warga di kawasan pegunungan dan dataran tinggi seperti lereng Gunung Ungaran, Muria, Merbabu-Merapi dan Dataran Tinggi Dieng memilih beraktivitas di dalam rumah dan menggunakan jaket tebal untuk mengatasi udara dingin tersebut, sedangkan berangkat ke sawah atau ladang lebih siang.
"Udara di sini kalau malam capai 14 derajat Celcius, bahkan tadi malam 12&13 derajat Celcius, lebih dingin dibandingkan biasanya," kata Defina,18, seorang pelajar di Ngoho, lereng gunung Ungaran perbatasan dengan Kabupaten Temanggung.
Hal serupa juga diungkapkan Sutrisno,50, warga lereng Gunung Merbabu, Getasan, Kabupaten Semarang bahwa udara dingin mulai terasa sejak beberapa hari ini, bahkan meningkat dibandingkan sebelumnya sehingga warga di kawasan ini memilih untuk bertahan di dalam rumah pada malam hingga pagi hari.
Warga lain Suparjo,45, di lereng Gunung Slamet di Pulosari, Kabupaten Pemalang bahwa udara dingin cukup mengganggu aktivitas warga terutama pada pagi karena menunda kegiatan di ladang yang sedang melakukan penanaman sayuran dan cabai. "Semoga tidak merusak tanaman akibat udara dingin ini," tambahnya.
Sementara itu petani di Bawang, Kabupaten Batang tang berada di sisi utara Dataran Tinggi Dieng mengaku pasrah dengan fenomena Mbediding ini, iatebavgampyr setiap tahun terjadi terutama pada bulan Juli-September, meskipun suhu dingin saat ini belum mencapai puncaknya seperti tahun lalu hingga dibawah 9 derajat celcius.
Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Giyarto mengatakan fenomena Mbediding terjadi di Jawa Tengah saat ini merupakan pertanda memasuki musim kemarau dan diperkirakan ayan mencapai puncaknya pada Agustus-September mendatang.
Meskipun masih ada hujan ringan di sejumlah daerah, lanjut Giyarto, seperti kawasan pegunungan tengah bagian utara Pekalongan dan Batang, namun fenomena suhu udara dingin dipicu oleh menguatnya monsun Australia tersebut berpotensi dilanda kekeringan di sejumlah wilayah seperti Solo Raya dan Jawa Tengah bagian timur.
Selain ancaman kekeringan terutama di daerah rawan seperti terjadi di tahun-tahun lalu, ungkap Giyarto, kekeringan Kemarau tahun ini disertai peningkatan radiasi matahari, sehingga cukup rentan terhadap kebakaran lahan dan hutan (arhutla) cukup tinggi, sehingga diminta warga untuk mewaspadai kondisi ini.
"Kami mengimbau warga agar berhati-hati saat melakukan aktivitas pembakaran dan harus dalam pengawasan karena kemarau dan panas membuat lahan dan hutan mengering," ujar Giyarto.
Demikian juga di sejumlah daerah rawan ku keringanan, menurut Giyarto, juga perlu mendapatkan perhatian dan kewaspadaan tinggi bagi pemerintah di daerah, karena dapat memicu kesulitan air bersih dan kekurangan air di lahan pertanian. (H-2)