Dari Kimono ke Batik: Busana Ali Charisma Menyatukan Warisan dan Kesadaran Modern

2 days ago 11
 Busana Ali Charisma Menyatukan Warisan dan Kesadaran Modern Koleksi Ali Charisma bertajuk Re-thinking Luxury pada ajang Indonesia International Modest Fashion Festival (In2motionfest)(Dok. In2motionfest)

GAUN berwarna merah tua berdetail ruffles di bagian pinggang dan bawah itu menciptakan gaun bervolume dan menampilkan kesan anggun. Gaun itu dipadupadankan dengan outer bermotif kotak-kotak abstrak dengan potongan asimetris dan lengan panjang.

Dipercantik dengan aksesori rantai panjang bertingkat berwarna emas yang menjuntai di bagian depan, menambah sentuhan glamor pada keseluruhan tampilan. Lalu, dipadukan dengan warna kerudung berwarna senada dengan gaun.

Busana itu merupakan salah satu koleksi dari desainer mode asal Indonesia, Ali Charisma. Koleksi bertajuk Re-thinking Luxury tersebut ditampilkan pada ajang Indonesia International Modest Fashion Festival (In2motionfest) yang digelar di JIExpo Kemayoran Jakarta, pada Jumat (10/10).

Re-thinking Luxury menggambarkan makna kemewahan yang perlu didefinisikan ulang di era modern, bahwa keanggunan sejati tidak lagi diukur dari kemewahan berlebih, tetapi dari keseimbangan, tanggung jawab, dan tujuan. 

Koleksi ini menantang persepsi tradisional tentang kemewahan dengan menggabungkan unsur yang saling bertolak belakang yaitu glamor dengan kesederhanaan, yang berharga dengan yang tak berharga, serta yang mahal dengan yang biasa.

Terinspirasi dari bentuk dan filosofi kimono Jepang yang menekankan keseimbangan, kesederhanaan, dan ketenangan, dipadukan dengan kekayaan batik Indonesia yang sarat makna dan keindahan budaya. Koleksi ini menampilkan reinterpretasi batik dalam potongan kimono kontemporer sebagai simbol dialog lintas budaya dan waktu, antara tradisi dan masa depan, antara elegansi dan kesadaran.

Motif batik yang digunakan mencerminkan perjalanan menuju keseimbangan hidup, antara kemewahan dan kesederhanaan, antara keindahan dan tanggung jawab. 

Siluet yang ditampilkan didominasi oleh bentuk H-line dan A-line, yang melambangkan struktur, harmoni, dan keseimbangan. Koleksi ini menggunakan perpaduan bahan katun, sutra, viscose, dan polyester merepresentasikan titik temu antara alam dan teknologi, sebagai metafora bahwa mode dapat menemukan keseimbangan antara kemewahan dan tanggung jawab.

Melalui karya ini, Ali Charisma konsisten melanjutkan misinya dalam mengampanyekan slow fashion, etical craftsmanship, serta sustainability sebagai gaya hidup, bukan sekadar label pemasaran.

Berdasarkan keterangan yang diterima Media Indonesia, pada Minggu (12/10), Ali Charisma menegaskan bahwa fesyen seharusnya tidak pernah merugikan baik  tidak terhadap manusia, tidak terhadap bumi, dan tidak terhadap tujuan hidup kita. Melalui koleksi ini, ia mengajak publik untuk meninjau kembali hubungan mereka dengan fesyen dan menjalani gaya hidup yang lebih sadar serta berkelanjutan. (Nas/M-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |