Dakwah Terbuka: Rasul Kumpulkan Quraisy di Mana?

7 hours ago 3
 Rasul Kumpulkan Quraisy di Mana? Ilustrasi Gambar Tentang Dakwah Terbuka: Rasul Kumpulkan Quraisy di Mana?(Media Indonesia)

Menelusuri jejak sejarah Islam, kita akan menemukan momen-momen penting yang membentuk peradaban. Salah satu peristiwa krusial adalah ketika Rasulullah SAW secara terbuka mulai menyampaikan risalah kenabiannya kepada masyarakat Quraisy. Pertanyaan yang sering muncul adalah, di manakah lokasi spesifik Rasulullah mengumpulkan kaum Quraisy untuk berdakwah secara terang-terangan? Artikel ini akan mengupas tuntas peristiwa tersebut, menyoroti tempat, konteks, dan dampak dari dakwah terbuka pertama Rasulullah SAW.

Bukit Shafa: Saksi Bisu Dakwah Perdana

Mayoritas riwayat menyebutkan bahwa Bukit Shafa adalah tempat di mana Rasulullah SAW pertama kali mengumpulkan kaum Quraisy untuk berdakwah secara terbuka. Bukit Shafa, yang terletak di dekat Ka'bah, merupakan tempat yang strategis dan mudah diakses oleh masyarakat Mekkah. Dari atas bukit ini, Rasulullah SAW dapat menyeru seluruh penduduk Mekkah untuk berkumpul dan mendengarkan pesan yang akan beliau sampaikan. Pemilihan Bukit Shafa sebagai lokasi dakwah perdana bukan tanpa alasan. Tempat ini memiliki nilai historis dan religius bagi masyarakat Mekkah, sehingga diharapkan dapat menarik perhatian dan mengundang rasa ingin tahu dari mereka.

Selain itu, Bukit Shafa juga memberikan keuntungan taktis bagi Rasulullah SAW. Dengan berdiri di atas bukit, beliau dapat terlihat dan terdengar oleh seluruh masyarakat yang berkumpul. Hal ini memungkinkan beliau untuk menyampaikan pesan dakwahnya secara efektif dan efisien. Lebih lanjut, Bukit Shafa juga memberikan perlindungan alami bagi Rasulullah SAW dari potensi gangguan atau serangan dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan dakwahnya.

Riwayat tentang dakwah di Bukit Shafa ini dapat ditemukan dalam berbagai sumber sejarah Islam, termasuk dalam kitab-kitab hadis dan sirah nabawiyah. Salah satu riwayat yang paling terkenal adalah riwayat yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas RA. Dalam riwayat tersebut, diceritakan bahwa Rasulullah SAW naik ke atas Bukit Shafa dan berseru, Wahai Bani Fulan, wahai Bani Fulan! hingga seluruh kabilah Quraisy berkumpul di hadapannya. Kemudian, Rasulullah SAW bersabda, Bagaimana pendapat kalian jika aku mengabarkan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda di balik bukit ini yang akan menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayaiku? Mereka menjawab, Ya, kami tidak pernah melihatmu berdusta. Lalu Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan bagi kalian sebelum datangnya azab yang pedih.

Konteks Sosial dan Politik Mekkah Saat Itu

Untuk memahami sepenuhnya signifikansi dakwah terbuka Rasulullah SAW di Bukit Shafa, penting untuk memahami konteks sosial dan politik Mekkah pada saat itu. Mekkah merupakan pusat perdagangan dan keagamaan di Jazirah Arab. Masyarakat Mekkah didominasi oleh kaum Quraisy, yang memiliki kekuasaan politik dan ekonomi yang besar. Sistem sosial Mekkah didasarkan pada kesukuan, di mana setiap kabilah memiliki kepentingan dan loyalitasnya masing-masing.

Dari segi agama, masyarakat Mekkah pada saat itu masih menganut agama warisan nenek moyang mereka, yaitu penyembahan berhala. Ka'bah, yang seharusnya menjadi tempat ibadah kepada Allah SWT, dipenuhi dengan berhala-berhala yang disembah oleh masyarakat Mekkah. Praktik-praktik kemusyrikan dan kejahiliyahan merajalela di Mekkah, seperti perjudian, perzinaan, dan penindasan terhadap kaum lemah.

Dalam konteks inilah Rasulullah SAW diutus sebagai nabi dan rasul untuk menyampaikan risalah Islam. Dakwah Rasulullah SAW menentang keras praktik-praktik kemusyrikan dan kejahiliyahan yang merajalela di Mekkah. Beliau menyerukan kepada masyarakat Mekkah untuk meninggalkan penyembahan berhala dan hanya menyembah Allah SWT semata. Dakwah Rasulullah SAW juga menyerukan kepada keadilan sosial, persamaan hak, dan penghapusan penindasan terhadap kaum lemah.

Tentu saja, dakwah Rasulullah SAW tidak diterima dengan mudah oleh masyarakat Mekkah, terutama oleh kaum Quraisy yang memiliki kepentingan yang terancam oleh dakwah beliau. Kaum Quraisy menentang keras dakwah Rasulullah SAW dan berusaha untuk menghentikannya dengan berbagai cara, mulai dari intimidasi, penganiayaan, hingga percobaan pembunuhan.

Reaksi Awal Kaum Quraisy Terhadap Dakwah Rasulullah SAW

Reaksi awal kaum Quraisy terhadap dakwah Rasulullah SAW bervariasi. Sebagian dari mereka menolak mentah-mentah dakwah Rasulullah SAW dan menganggapnya sebagai ancaman terhadap tradisi dan kepercayaan nenek moyang mereka. Mereka mencemooh, menghina, dan mengolok-olok Rasulullah SAW serta para pengikutnya. Bahkan, mereka tidak segan-segan melakukan tindakan kekerasan terhadap para pengikut Rasulullah SAW yang lemah dan tidak memiliki perlindungan.

Sebagian lain dari kaum Quraisy bersikap lebih hati-hati dan memilih untuk mengamati perkembangan dakwah Rasulullah SAW terlebih dahulu. Mereka tidak secara langsung menolak dakwah Rasulullah SAW, tetapi juga tidak mendukungnya secara terbuka. Mereka khawatir bahwa dakwah Rasulullah SAW dapat memecah belah persatuan kaum Quraisy dan mengancam kekuasaan mereka.

Namun, ada juga sebagian kecil dari kaum Quraisy yang tertarik dengan dakwah Rasulullah SAW dan mulai mempertimbangkan untuk menerima Islam. Mereka melihat bahwa dakwah Rasulullah SAW membawa pesan-pesan kebaikan, keadilan, dan persamaan hak yang sesuai dengan fitrah manusia. Mereka juga terkesan dengan akhlak mulia Rasulullah SAW dan para pengikutnya.

Salah satu tokoh Quraisy yang paling keras menentang dakwah Rasulullah SAW adalah Abu Lahab, paman Rasulullah SAW sendiri. Abu Lahab selalu berusaha untuk menghalangi dakwah Rasulullah SAW dan menghasut masyarakat Mekkah untuk menentangnya. Bahkan, ketika Rasulullah SAW berdakwah di Bukit Shafa, Abu Lahab langsung memotong perkataan Rasulullah SAW dan mengatakan, Celakalah engkau! Apakah hanya untuk ini engkau mengumpulkan kami?

Dampak Dakwah Terbuka di Bukit Shafa

Meskipun mendapat penolakan dan perlawanan dari sebagian besar kaum Quraisy, dakwah terbuka Rasulullah SAW di Bukit Shafa memiliki dampak yang signifikan. Pertama, dakwah tersebut menjadi momentum penting bagi penyebaran Islam di Mekkah. Dengan berdakwah secara terbuka, Rasulullah SAW dapat menjangkau lebih banyak orang dan menyampaikan pesan Islam kepada mereka.

Kedua, dakwah di Bukit Shafa menunjukkan keberanian dan keteguhan Rasulullah SAW dalam menyampaikan risalah Islam. Meskipun menghadapi risiko yang besar, Rasulullah SAW tidak gentar untuk berdakwah secara terbuka dan menantang tradisi dan kepercayaan yang salah yang telah mengakar di masyarakat Mekkah.

Ketiga, dakwah di Bukit Shafa menjadi inspirasi bagi para pengikut Rasulullah SAW untuk terus berjuang dan berdakwah meskipun menghadapi tantangan dan kesulitan. Para sahabat Rasulullah SAW melihat bagaimana Rasulullah SAW dengan sabar dan gigih berdakwah meskipun mendapat penolakan dan perlawanan dari kaum Quraisy. Hal ini memotivasi mereka untuk terus berdakwah dan menyebarkan Islam meskipun menghadapi risiko yang sama.

Keempat, dakwah di Bukit Shafa menjadi titik awal dari konflik antara Rasulullah SAW dan kaum Quraisy yang semakin memuncak. Penolakan kaum Quraisy terhadap dakwah Rasulullah SAW semakin lama semakin keras, hingga akhirnya mereka melakukan tindakan kekerasan dan penganiayaan terhadap Rasulullah SAW dan para pengikutnya. Konflik ini akhirnya memaksa Rasulullah SAW dan para pengikutnya untuk hijrah ke Madinah.

Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Dakwah di Bukit Shafa

Kisah dakwah terbuka Rasulullah SAW di Bukit Shafa mengandung banyak pelajaran berharga yang dapat kita petik. Pertama, pentingnya keberanian dan keteguhan dalam menyampaikan kebenaran. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak boleh takut untuk menyampaikan kebenaran meskipun menghadapi risiko dan tantangan yang besar. Kita harus berani membela kebenaran dan melawan kebatilan, meskipun hal itu tidak populer atau bahkan membahayakan diri kita sendiri.

Kedua, pentingnya kesabaran dan keuletan dalam berdakwah. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bahwa dakwah membutuhkan kesabaran dan keuletan. Kita tidak boleh mudah menyerah ketika menghadapi penolakan atau perlawanan. Kita harus terus berdakwah dengan cara yang baik dan bijaksana, serta berdoa kepada Allah SWT agar memberikan hidayah kepada orang-orang yang kita dakwahi.

Ketiga, pentingnya mempersiapkan diri dengan ilmu dan pengetahuan yang cukup sebelum berdakwah. Rasulullah SAW memiliki ilmu dan pengetahuan yang mendalam tentang Islam, sehingga beliau dapat menjawab pertanyaan dan keraguan yang diajukan oleh kaum Quraisy. Kita juga harus mempersiapkan diri dengan ilmu dan pengetahuan yang cukup sebelum berdakwah, agar kita dapat menyampaikan pesan Islam dengan benar dan efektif.

Keempat, pentingnya menjaga akhlak mulia dalam berdakwah. Rasulullah SAW memiliki akhlak mulia yang sangat terpuji, seperti jujur, amanah, sabar, dan pemaaf. Akhlak mulia ini menjadi daya tarik bagi orang-orang untuk tertarik dengan Islam. Kita juga harus menjaga akhlak mulia dalam berdakwah, agar orang-orang tertarik dengan Islam dan terinspirasi untuk mengikuti ajaran-ajarannya.

Dengan memahami konteks sejarah dan pelajaran yang terkandung dalam kisah dakwah terbuka Rasulullah SAW di Bukit Shafa, kita dapat mengambil inspirasi dan motivasi untuk terus berjuang dan berdakwah di jalan Allah SWT. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan dan kemampuan untuk menyampaikan risalah Islam kepada seluruh umat manusia.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |