
PRESIDEN AS Donald Trump kembali memicu ketegangan perdagangan pada Jumat (23/5). Trump mengancam akan memberlakukan tarif sebesar 50% terhadap semua barang yang dikirim ke Amerika Serikat dari Uni Eropa.
Ia memperingatkan akan mengenakan Apple pajak impor sebesar 25%, terhadap iPhone yang tidak diproduksi di Amerika. Ia juga memperluas ancaman tersebut untuk mencakup semua jenis smartphone.
Ancaman terhadap Uni Eropa ini disampaikan hanya beberapa jam sebelum kedua belah pihak dijadwalkan melakukan pembicaraan dagang. Bulan lalu, Trump mengumumkan tarif 20% terhadap sebagian besar barang dari Uni Eropa, kemudian menguranginya menjadi 10% hingga 8 Juli untuk memberi waktu bagi negosiasi.
Dalam pernyataan setelah pertemuan, Uni Eropa menyatakan tetap berkomitmen untuk mencapai kesepakatan, sambil memperingatkan kembali bahwa mereka siap membalas. “Perdagangan UE-AS tak tertandingi & harus didasarkan pada rasa saling menghormati, bukan ancaman,” tulis Komisaris Perdagangan Uni Eropa, Maroš Šefcovic, di media sosial. “Kami siap untuk membela kepentingan kami.”
Dalam pernyataannya kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat sore, Trump menyatakan ketidaksabarannya terhadap proses negosiasi. Ia menegaskan rencananya untuk menaikkan tarif pada 1 Juni sudah ditetapkan.
“Saya tidak sedang mencari kesepakatan — kami sudah menetapkan kesepakatannya,” ujarnya, lalu menambahkan bahwa investasi besar dari perusahaan Eropa di AS mungkin bisa membuatnya mempertimbangkan penundaan.
“Kita lihat saja nanti, tapi untuk saat ini tarif akan berlaku mulai 1 Juni,” katanya.
Para analis menyebut masih belum jelas apakah retorika Trump akan menjadi kenyataan. “Kita harus ingat bahwa saat ini ini masih sebatas ancaman. Belum ada pengumuman resmi, belum ada perintah eksekutif,” ujar pakar perdagangan Aslak Berg dari Centre for European Reform kepada BBC.
Ia menilai pernyataan Trump itu dimaksudkan untuk menambah tekanan menjelang negosiasi. “Namun kenyataannya, Uni Eropa tidak akan mundur. Mereka akan tetap tenang dan melanjutkan negosiasi. Ini akan menjadi diskusi yang sangat sulit sore ini.”
Bursa Saham Melemah
Sejak kembali ke Gedung Putih, Trump telah beberapa kali memberlakukan dan mengancam tarif terhadap barang dari berbagai negara di dunia, dengan alasan langkah tersebut akan mendorong industri manufaktur AS dan melindungi lapangan kerja dari persaingan luar negeri.
Namun pengumuman tersebut memicu kekhawatiran global karena dapat membuat barang asing menjadi lebih mahal dan sulit dijual di pasar terbesar dunia. Trump beberapa kali mundur dari usulan paling agresifnya setelah gejolak pasar keuangan dan protes dari dunia usaha di AS.
Saham di AS dan Eropa merosot pada hari Jumat setelah ancaman terbaru ini, dengan indeks S&P 500 turun sekitar 0,7%, sementara Dax (Jerman) dan Cac 40 (Prancis) ditutup turun lebih dari 1,5%.
Saham Apple juga turun sekitar 3%. Perusahaan ini sebelumnya mendapat keringanan saat Trump membebaskan elektronik utama, termasuk smartphone, dari tarifnya bulan lalu.
"Menyulut Api"
Uni Eropa merupakan salah satu mitra dagang terbesar AS, mengirim lebih dari US$600 miliar barang ke AS tahun lalu dan membeli sekitar US$370 miliar barang dari AS, menurut data pemerintah AS.
Keluhan Trump terhadap Eropa terutama berfokus pada ketidakseimbangan perdagangan. Pasalnya Uni Eropa menjual lebih banyak barang ke AS dibandingkan yang dibeli dari AS.
Ia menyalahkan defisit perdagangan ini pada kebijakan yang dianggapnya tidak adil terhadap perusahaan AS, terutama dalam sektor otomotif dan produk pertanian. Trump menargetkan barang-barang dari UE dengan tarif 20% dalam pengumuman "Hari Pembebasan" bulan lalu, yang memicu rangkaian negosiasi antara AS dan banyak negara di dunia.
Sementara beberapa negara memilih pendekatan damai, UE seperti halnya Tiongkok dan Kanada, memberikan perlawanan keras. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan kepada Fox News bahwa ia berharap ancaman ini akan “menyalakan api” di bawah Uni Eropa agar bertindak lebih cepat.
Reaksi dari Eropa
Para politisi dari negara anggota UE menyambut ancaman tersebut dengan rasa kecewa. Perdana Menteri Irlandia, Micheál Martin, mengatakan UE telah bernegosiasi dengan "itikad baik" dan memperingatkan tarif akan merugikan kedua belah pihak.
“Kita tidak perlu menempuh jalan ini,” ujarnya. “Negosiasi adalah satu-satunya jalan ke depan yang berkelanjutan.”
“Kami tetap pada posisi yang sama: deeskalasi, namun kami siap merespons,” tulis Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Saint-Martin di media sosial pada Jumat pagi, seraya menambahkan bahwa tekanan yang diberikan “tidak membantu” proses negosiasi.
Menteri Ekonomi Jerman, Katherina Reiche, mengatakan negaranya membutuhkan “lebih banyak perdagangan, bukan lebih sedikit.”
“Kita harus melakukan segala cara agar Komisi Eropa bisa mencapai solusi negosiasi dengan Amerika Serikat,” ujarnya. (BBC/Z-2)