BGN Akui Putar Otak hingga 'Jungkir Balik' Kejar Target MBG dari Prabowo

4 hours ago 2
BGN Akui Putar Otak hingga 'Jungkir Balik' Kejar Target MBG dari Prabowo DEPUTI Bidang Sistem Tata Kelola Badan Gizi Nasional (BGN), Tigor Pangaribuan (kiri depan).(Dok. Antara)

DEPUTI Bidang Sistem Tata Kelola Badan Gizi Nasional (BGN), Tigor Pangaribuan, mengaku pihaknya kini tengah bekerja sangat keras untuk bisa mencapai target yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto pada program makan bergizi gratis (MBG). Ia mengatakan, target yang ditetapkan untuk bisa dicapai tahun ini bahkan melampaui program serupa yang sudah dicapai oleh negara lainnya.

Tigor menyebut lembaganya kini seperti 'jungkir balik' untuk mengejar target 82,5 juta peserta pada 2025, angka yang jauh melampaui capaian negara-negara maju, seperti Finlandia.

Tigor mengungkapkan awalnya BGN hanya merancang program MBG untuk menjangkau 15 juta anak pada 2025. Target itu saja awalnya sudah dianggap paling ambisius, mengingat tantangan logistik dan infrastruktur, termasuk menyiapkan ribuan dapur layanan gizi yang harus memenuhi standar harian.

"Tadinya kami membuat rencana itu 15 juta pada tahun ini. Karena kita berpikir seperti Finlandia, itu persiapannya saja 5 tahun lebih kurang, tidak sampai 10 juta (penerima manfaat-red)," katanya dalam forum diskusi Ada Apa dengan Prabowo?, di Jakarta, Sabtu, (10/5).

Dikatakan Tigor, rujukan angka di negara paling berbahagia versi laporan World Happiness Report itu diketahuinya saat pertemuan BGN dengan tim dari Finlandia di European Union, baru-baru ini. Keputusan Prabowo untuk mendadak untuk mengubah capai target itu diambil karena presiden menyaksikan langsung antusiasme siswa dan orangtua terhadap program MBG.

Perubahan target tersebut membuat BGN harus putar otak untuk mengubah strategi. Dari rencana awal membangun 5.000 dapur layanan atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), kini melonjak jadi 30 ribu unit agar bisa melayani seluruh peserta dalam satu tahun. Setiap dapur ditargetkan melayani sekitar 3.000 anak per hari.

"Membahas ini, kami langsung jungkir balik. Gimana caranya menyediakan 30 ribu satuan pelayanan pemenuhan gizinya? Karena kan proses pemberian makannya dengan dapur-dapur yang melayani 3 ribu anak per hari," katanya. (ANT/H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |