ARCH:ID 2025, Panggung Urbahn Suarakan Filosofi Arsitektur Indonesia

5 hours ago 3
ID 2025, Panggung Urbahn Suarakan Filosofi Arsitektur Indonesia Ilustrasi(Dok Urbahn)

DI balik gemerlap kota-kota besar dan pesatnya pembangunan infrastruktur, terdapat benang-benang halus yang menjahit harmoni antara manusia, ruang, dan budaya.  Salah satu benang itu dijalin oleh Urbahn International, sebuah firma arsitektur yang berakar kuat di Indonesia namun menjulang dengan wawasan global. 

Di bawah Rafi Haikal, Urbahn menjelma menjadi rumah bagi para talenta arsitektur tanah air, dengan visi besar: membangun ruang yang fungsional, humanis, dan kontekstual dengan semangat kebangsaan yang tak lekang oleh waktu.

Bukan hanya sekadar kantor arsitektur, Urbahn International adalah cerminan dari masa depan desain Indonesia: progresif namun tetap membumi. Lebih dari 90 persen tim dan kepemilikan perusahaan ini adalah putra-putri bangsa, salah satunya adalah Ferdian Yosafat selaku Senior Architect, Intan Salamah selaku Project Manager dan Bima Surya selaku Designer.

"Kami percaya arsitektur bukan hanya soal bangunan, juga soal cerita, kenyamanan, dan hubungan antara ruang dengan penghuninya," ungkap Rafi di stand Urbahn International yang hadir di pameran ARCH.ID 2025, kawasan BSD, Serpong Tangsel.

Partisipasi Urbahn dalam ARCH:ID 2025, salah satu pameran arsitektur paling bergengsi di Indonesia, menjadi panggung untuk menyuarakan filosofi desain mereka.

Dengan tema “Connecting The Archipelago”, Urbahn mempresentasikan karya yang bukan hanya merespons konteks geografis, tapi juga budaya yang menggambarkan Indonesia sebagai inspirasi, bukan sekadar lokasi.

“Kolaborasi kami tak hanya terjadi di atas kertas, juga dengan pengrajin lokal, warga sekitar, hingga desainer lintas benua. Kami aktif merekrut dan membangun koneksi dengan komunitas sekitar proyek, dari New York hingga Nusa Tenggara Timur. Karena bagi kami, arsitektur yang baik adalah yang membuat semua orang merasa nyaman—bukan hanya penggunanya, tapi juga lingkungannya,” beber Rafi.

Portofolio Urbahn mencakup proyek-proyek yang sarat makna. Di bidang pendidikan, mereka merancang Universitas Indonesia Mandiri (UIM) dan Sekolah UIM Kebangsaan, keduanya dengan pendekatan ruang yang mendukung pembelajaran aktif dan inklusif. 

Di Lampung Selatan, Masjid Siti Zaenab berdiri sebagai ruang spiritual yang bersahaja, menyatu dengan alam dan masyarakat. Di Depok, SportZ menjadi pusat aktivitas dan interaksi sosial yang hidup, sementara di Nusa Tenggara Timur, Mota House Boutique Hotel membawa cita rasa lokal ke ranah hospitality premium.

“Bagi kami, tidak ada proyek yang ideal. Yang ada adalah lingkungan yang ideal. Karena itu, kami mendesain bukan hanya untuk menjawab kebutuhan klien, juga untuk merespons realitas sosial, iklim, hingga perasaan warga sekitar,” jelas Rafi.

Dengan prinsip design with empathy, Urbahn International terus meyakini bahwa ruang adalah media untuk membangun relasi, bukan sekadar fungsi.

Di tengah dunia yang terus berubah, mereka tak hanya menjual estetika, tapi menyuguhkan pengalaman—bahwa arsitektur bisa menjadi jembatan antara manusia dan harapannya. “Setiap bangunan adalah cerita. Dan kami ingin cerita itu relevan, membumi, dan menyentuh,” tutup Rafi. (H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |